jpnn.com, TANGERANG - Wakil Ketua MPR RI Dr. Hidayat Nur Wahid, MA mengatakan, jika kaum pekerja memahami pentingnya Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa, maka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tak akan pernah tercerai berai.
Karena itu, Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bagi kalangan pekerja adalah bagian penting agar kaum pekerja makin memahami dan mencintai Indonesia.
BACA JUGA: Sosialisasi Empat Pilar Perlu Melebur di Kegiatan Keagamaan
"Alhamdulillah, kali ini terjadi sebuah sejarah, rekan-rekan pekerja mementingkan adanya sosialisasi Empat Pilar. Ini pertama kali menghadiri sosialisasi Empat Pilar MPR RI untuk kaum pekerja," ujar Hidayat saat membuka Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bagi kalangan pekerja, bekerjasama dengan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) se-Tangerang Raya (Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan), Sabtu (14/7/2018) di Gedung Pertemuan Surya Kencana Abadi, Kota Tangerang.
Sekitar 400 pekerja yang tergabung dalam FSPMI se-Tangerang Raya dan 118 pengurus inti FSPMI tingkat perusahaan turut berpartisipasi. Hidayat memaknai antusiasme kalangan pekerja ini sebagai wujud cinta kaum pekerja kepada Indonesia.
BACA JUGA: Ketua MPR Ajak LDII Ikut Jaga Persatuan di Tahun Politik
"Ini pertanda kaum buruh ingin mendapatkan informasi yang lebih detail dan update tentang ketentuan bernegara," ujar Hidayat.
Hidayat menegaskan, pada hakikatnya kaum pekerja adalah bagian tak terpisahkan dari eksistensi Indonesia.
BACA JUGA: Cak Imin Beber Keberhasilan Reformasi, tapi Demokrasi Sakit
"Jika tak ada rekan-rekan pekerja, atau mereka yang mengabdikan diri dalam berbagai profesi untuk Indonesia secara ikhlas, apakah Indonesia bisa merdeka? Tentu saja tidak," tandas Hidayat.
Hidayat mencontohkan sejarah negara adidaya Uni Soviet, Yogoslavia, dan lainnya. Negara-negara ini bubar karena ideologi negara mereka (komunis) datang dari luar yang dipaksakan, dan kemudian tidak menghadirkan ketahanan nasional yang kuat.
Begitulah pada 1990-1991 Presiden Uni Soviet Michael Gorbachev menerapkan kebijakan reformasi (Glasnost dan Perestroika) yang akhirnya negara komunis pertama berbasis kaum pekerja itu pun bubar dan terpecah menjadi beberapa negara. Begitu pula Yogoslavia, juga terpecah menjadi beberapa negara.
"Beda dengan Indonesia, sekali pun negara kita terdiri dari 17 ribu pulau, negara kepulauan, ekonomi kita tidak sangat bagus, transportasi tidak sangat bagus, dan terjadi reformasi, tapi kita memiliki Pancasila sebagai ideologi yang dilahirkan dari kesepakatan bersama. Maka saat terjadi reformasi pun kita tetap utuh," tutur Hidayat.
Maka, lanjut Hidayat, kegiatan sosialisasi penting untuk menegaskan kembali bahwa kita mencintai Indonesia, Tanah Air dimana kita bekerja, negara dimana kita hidup dan menghidupi. Namun, dalam perkembangannya terjadi beragam kejadian dan perubahan yang sering tak kita sadari dan tidak kita ketahui.
“Beragam peristiwa kadang membuat kita kagok untuk menjadi bagian dan memaksimalkan peran serta di negeri ini. Sosialisasi dilakukan agar kita tetap mengenal Indonesia. Supaya kita tidak kagok dengan dinamika sejarah Indonesia," tandas Hidayat.
Hadir pada pembukaan Sosialisasi Empat Pilar MPR ini Indra, S.H., M.H., staf ahli Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid yang juga sebagai narasumber; Sekjen FSPMI/ KSPI Riden Hatam Azis, S.H.; Kepala Biro Setpim Setjen MPR Muhamad Rizal, S.H., MSi., dan Ketua FSPMI se-Tangerang Raya dan juga Ketua Panitia Penyelenggara Sosialisasi Jumadi. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cak Imin Ajak Luruskan Sejarah Proklamasi Bangsa Indonesia
Redaktur : Tim Redaksi