Saat Tidak Ada Kuliah Ikut Perajin, Kini Orderan Membeludak

Selasa, 24 Juli 2018 – 06:03 WIB
Shirojudin dan sejumlah peralatan pembuatan produk dompet kulit. Foto: Deni Kurniawan/Radar Ngawi/JPNN.com

jpnn.com - Shirojudin, warga Desa/Kecamatan Gerih, Ngawi, Jatim, menekuni kerajinan kulit yang fokus pada produk dompet. Karyanya kini rutin diborong beberapa brand produk kerajinan kulit ternama.

DENI KURNIAWAN, Ngawi

BACA JUGA: Suara Desahan dan Kamar Tarif Rp 500 Juta di LP Sukamiskin

JEMPOL dan telunjuk kiri Shirojudin kuat menekan penggaris yang menindih lembaran kulit. Sementara, telapak tangan kanannya menggenggam sebuah cutter. Berulang kali disayatkannya alat potong tersebut sealur dengan penggaris.

Sesekali pria itu menyeka keringat yang membasahi pelipisnya. Beberapa menit berselang, jadilah lembaran-lembaran kulit berbentuk persegi panjang. ‘’Mau buat dompet gantungan kunci mobil,’’ kata pria yang akrab dipanggil Judin itu.

BACA JUGA: Ingin Tahu Berapa Uang Saku Bulanan Lalu Muhammad Zohri?

Pemandangan itu biasa terlihat di teras rumah Judin di Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Gerih. ‘’Membuat lubang pada kulit untuk tempat menjahit juga di sini,’’ terang Judin sembari menunjuk dua landasan dan tatah berbagai ukuran di sudut teras.

Sejak awal 2017, hari-hari Judin dihabiskan dengan menyamak dan membuat dompet berbahan kulit. Buah ketelatenannya, beberapa brand dompet kulit kepincut dengan hasil kreativitas pria 24 itu. ‘’Dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya sudah langganan,’’ ujar Judin.

BACA JUGA: Cerita Sosok Ayahnya, Lalu Muhammad Zohri Menangis

Bagi Judin tidak jadi masalah ketika label brand perusahaan lain tertera pada karyanya. Pun berpayah-payah membuat handycraft berbahan kulit secara manual tetap dipilih Judin untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

Bukan tanpa alasan pria yang belum genap sebulan melepas masa lajang ini berprinsip demikian. Susahnya mencari tenaga yang telaten menyamak kulit menjadi kendala utama. ‘’Pernah ada yang coba, tapi tidak bertahan lama. Pas motong pola, kemeng katanya,’’ ungkap Judin.

Kini, Judin mengerjakan seluruh tahapan proses produksi kerajinan kulit seorang diri. Namun, tak jarang dia merasa kewalahan.

Sebab, pesanan tidak hanya datang dari tiga brand yang telah menjadi pelanggan tetap. ‘’Ada juga yang memesan suvenir sampai ribuan, seperti dompet gantungan kunci mobil ini,’’ imbuhnya.

Ketika pesanan tengah membeludak, Judin memilih mendahulukan order partai besar. Maklum, penyamakan dalam jumlah banyak akan lebih cepat dikerjakan lantaran bisa dikebut tiap tahapan prosesnya.

‘’Lumayan terbantu tenaga istri. Kebetulan dia juga lulusan ATK (Akademi Teknologi Kulit) Jogja,’’ tutur suami Ulfi itu.

Judin membanderol kerajinan kulit karyanya dengan harga bervariasi. Dompet kulit, misalnya, mulai Rp 35 ribu sampai Rp 250 ribu.

‘’Waktu masih di Jogja, saat tidak ada kuliah, saya ikut perajin,’’ ucapnya soal jurus menambah referensi tentang samak menyamak kulit.

Judin sempat bete saat awal ngenger ke salah seorang perajin. Pasalnya, pertanyaannya seputar samak menyamak tidak mendapat jawaban. Tidak menyerah dengan kondisi tersebut, dia berinisiatif mempelajari sendiri apa yang dipegangnya.

Mulai membuat pola, detail ukuran, sampai berbagai trik menyulap kulit menjadi benda-benda kerajinan. ‘’Sampai tiga kali pindah perajin kulit di sana (Jogja, Red),’’ ungkapnya.

Serampung kuliah pada 2016 lalu Judin sempat bekerja di salah satu pabrik jaket di Kota Madiun, Merasa kurang sreg, dia memutuskan resign dan kembali menekuni dompet kulit. Beberapa kenalannya sealmamater dari Magetan dihubungi.

Peranti-peranti samak dan lembaran-lembaran kulit akhirnya lekat kembali dengan tangannya hingga sekarang.

‘’Ambil kulit dari Magetan. Sesama penyamak, kadang juga lempar-lemparan garapan kalau sedang overload,’’ ujarnya. ***(isd)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lalu Muhammad Zohri Bercerita, Sungguh Mengharukan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler