Saat Wijianto Terbaring di RS, Istri Minta Cerai, Berpetualang Jalan Kaki

Jumat, 25 Agustus 2017 – 00:12 WIB
Wijianto (kaos putih dua dari kanan) bersama anggota Komunitas Sriwijaya Plus. FOTO: ALFERY IBROHIM/SUMATERA EKSPRES/JPNN.com

jpnn.com - Wijianto divonis menderita HIV/AIDS, lantas istri minta cerai. Dia berpetualang dengan berjalan kaki ke kota-kota di Tanah Air untuk memberikan motivasi kepada ODHA lainnya. Bagaimana ceritanya?

Kiki Wulandari – Palembang

BACA JUGA: Yama Carlos Pasrah Sudah Tak Dianggap Suami oleh Istrinya

Sosoknya periang. Sepintas tidak terlihat jika dalam diri Wijianto (35) terdapat virus HIV/AIDS. Pria asal Jawa Timur, itu baru tiba di Palembang, 17 Agustus lalu, pukul 23.00 WIB.

Ia berjalan kaki dari wilayah Kabupaten Banyuasin, sekitar pukul 09.30 WIB. “Perjalanan saya dari Banyuasin ke Palembang sungguh menyenangkan,” ujarnya memulai perbincangan usai memberikan motivasi di Puskesmas Sukarami, akhir pekan lalu.

BACA JUGA: Hiii...Charlie Sheen Dituduh Sengaja Menularkan HIV ke Pasangan Gay-nya

Selama perjalanan, masyarakat sangat antusias melihat aksinya yang berjalan kaki dengan membawa tas punggung yang terdapat tulisan “Langkah Kaki Jelajah Negeri, Cegah Penularan HIV, Dukung Orang yang Terinfeksi”.

Selama perjalanan, diakuinya, banyak pengendara, termasuk polisi yang menawarkan untuk naik kendaraan mereka.

BACA JUGA: Chat Cuma Dibaca Doang, Istri Minta Cerai

“Tapi, maaf saya tidak bisa menerimanya karena niat sudah ingin berjalan kaki. Bahkan, banyak anak-anak yang mengiringi langkah kaki saya,” ungkap Cak Gareng, sapaan akrabnya.

Tiba di Palembang, dia dijemput teman komunitas Sriwijaya Plus dan menginap di Rumah Kreatif Wong Kito Peduli CBC (Comunitas Best Center) Yayasan Intan Maharani Palembang.

Dia menceritakan, pada 2011 lalu, menjadi momok buat dirinya karena dokter memvonis dirinya mengidap HIV/AIDS. Padahal sebelumnya, dia terdiagnosis tuberculosis (TB) paru.

Awalnya gejala yang dialaminya kurang nafsu makan hingga berat badan turun 20 kilogram. “Dari 55 kg menjadi 35 kg,” tutur pria berkulit cokelat ini.

Setelah menjalani rangkaian pemeriksaan, ungkapnya, dirinya sudah di fase empat AIDS. Ironisnya, ketika digerogoti virus berbahaya itu, istri malah minta cerai karena takut tertular.

“Dengan kondisi saya masih terbaring di rumah sakit, dia minta pisah,” imbuhnya sambil memalingkan wajah.

Dengan berat hati, permintaan tersebut dikabulkannya. Tapi, ada kekhawatiran lain yang menggelayuti pikirannya, yakni kondisi putri semata wayangnya, apakah sudah tertular atau tidak.

Keduanya pun menjalankan pemeriksaan dan hasilnya mantan istri dan anaknya negatif HIV/AIDS.

“Saya yang sempat frustasi akhirnya kembali muncul semangat untuk sembuh demi anak,” ungkapnya yang mengaku terinfeksi HIV/AIDS karena sebelumnya adalah pecandu narkoba.

Setelah jatuh bangun mengatasi kecanduannya terhadap narkoba sekaligus mengobati dirinya dari HIV/AIDS, Wijianto pun mencoba menginspirasi sesama ODHA dengan menjelajah kota-kota di Indonesia untuk memberikan motivasi, edukasi secara langsung kepada ODHA lainnya.

Dari Jakarta, provinsi yang pertama diinjak, yakni Jawa Barat. Kunjungannya tidak hanya memberikan semangat kepada ODHA lain, juga pada masyarakat.

Saat ini, kata dia, stigma masyarakat tentang HIV/AIDS masih tinggi. Bahkan, penderita dikucilkan karena penyakitnya menular. Padahal, penularan tidak semudah itu.

"Ini yang harus masyarakat tahu bahwa penderita HIV/AIDS layak hidup di tengah masyarakat dan mereka bisa sehat seperti layaknya orang sehat,” tegasnya.

Selama berpetualang, Wijianto mengaku pernah bermalam di hutan. Apalagi waktu itu tidak ada bekal makanan.

Terpaksa, anak tunggal dari pasangan Wiji dan Swaji ini makan ular yang ditangkapnya di hutan untuk mengganjal perut yang lapar. Pernah juga, ia kehabisan uang di jalan.

“Saya langsung menelepon Yayasan Pelita Ilmu dan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia di Jakarta,” bebernya. Selain itu, saat dirinya pernah berpuasa dan Lebaran 2016 di Kota Gorontalo.

Alasannya saat itu lagi Ramadan sehingga dirinya fokus beribadah dan tidak menjalankan niatnya berjalan kaki.

“Saya fokus untuk ibadah di tempat saya pijak. Tahun ini Lebaran bersama keluarga,” tambahnya.

Sebagai manusia biasa, Wijianto mengaku dirinya terkadang mengalami drop. Hal itu pernah dialaminya beberapa kali saat berada di Gunung Lawu, Magetan, Bali, Gorontalo, dan Samarinda.

Saat itu, kondisi tubuhnya demam. “Tapi, saya membawa bekal obat HRV. Saya harus mengonsumsinya setiap hari,” bebernya.

Untuk obat, dirinya tidak pernah kehabisan atau ketinggalan. Sebab, dia memegang kartu dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.

“Jadi, saya bisa kontrol di rumah sakit atau puskesmas setempat untuk ambil obat selama sebulan,” paparnya.

Sementara itu, Staf Data Monitoring dan Evaluasi, Sandra, didampingi Rudy Muliansyah, selaku koordinator lapangan Sriwijaya Plus menambahkan, kedatangan Wijianto membuat banyak ODHA tumbuh semengatnya. Bahwa seorang ODHA, masih bisa sehat dan dapat melakukan aktivitas seperti biasa.

“Kami melakukan pertemuan untuk memotivasi di dua tempat, yakni Puskesmas Sukarami dan RS RK Charitas,” pungkasnya. (*/ce3)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jumlah Pengidap HIV Aids di Sini Bertambah Lagi


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler