Sadar Jadi Cucu Pahlawan Setelah Mengunjungi Indonesia

Selasa, 18 Juni 2013 – 07:04 WIB
REUNI. Pertemuan Keluarga KH Ahmad Dahlan dari Thailand dan Indonesia. Pertemuan ini digelar di Indonesia. Foto: Istimewa Keluarga
Erfan Dahlan (Dalam sejarahnya tertulis dengan nama Irfan Dahlan), memilih hijrah dan menetap di Thailand sejak tahun 1930. Ia kemudian menikah dengan Zahrah, aktivitas perempuan muslim Thailand yang juga memiliki garis keturunan dari Jawa Tengah. Mereka memilikin 10 orang anak dan beberapa diantaranya kemudian menjadi pendakwah bahkan menyiarkan Islam hingga hari ini.
Namun sayangnya mereka tak banyak tahu tentang sosok besar kakek mereka, pendiri Muhammadiyah yang juga pahlawan Nasional Indonesia, KH Ahmad Dahlan. Hingga akhirnya mereka mengunjungi Indonesia yang diakui mengubah banyak hal setelahnya.

Laporan: Afni Zulkifli-Bangkok


Saat JPNN bertanya, sejauh mana pemahaman cucu KH Ahmad Dahlan tentang kakek mereka, Mina (anak ke 6 Erfan Dahlan) mengaku tak banyak tahu tentang tokoh sentral Muhammadiyah asal Yogjakarta itu. Meski pernah diceritakan sang Ayah, namun Mina dan saudara-saudaranya tak pernah mendapatkan cerita utuh tentang sepak terjang sang kakek hingga dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional.

“Tidak banyak hal yang kami tahu soal KH Ahmad Dahlan atau pun Muhammadiyah, karena kami juga tidak banyak bertanya tentang itu. Kami juga tidak pernah mengunjungi Indonesia sebelumnya,” kata Mina.

Besarnya dampak menjadi keturunan KH Ahmad Dahlan, baru dirasakan Mina dan saudara-saudaranya sepeninggalan Ayahnya. Banyak orang dari Indonesia, selain mengunjungi Mesjid Jawa (yang juga didirikan oleh keluarga Zahrah-ibu Mina), kemudian datang berkunjung ke rumah mereka di Bangkok. Tujuannya sekedar bersilahturahmi dengan keturunan KH Ahmad Dahlan.

“Abang saya Dr Winai, pernah bertemu dengan Ketua Muhammadiyah Din Syamsudin. Namun kami tidak banyak tahu soal Muhammadiyah karena yang datang kemari hanya masyarakat biasa saja. Mereka mengunjungi Mesjid Jawa dan bersilahturahmi,” kata Mina dalam bahasa Inggris bercampur bahasa Indonesia.

Ketidaktahuan mereka tentang sosok KH Ahmad Dahlan terasa wajar. Meski Ayah mereka, Erfan Dahlan, meninggal dengan status Warga Negara Indonesia, namun Ibu mereka, Zahra, tercatat sebagai warga negara Thailand. Begitu pula dengan Mina dan 9 saudara lainnya yang lahir dan besar di Thailand. Sebelumnya mereka juga tak pernah berkomunikasi dengan keluarga besar KH Ahmad Dahlan di Indonesia.

Namun demikian Mina mengatakan, Indonesia baginya bukan negara asing. Mereka banyak diceritakan tentang negara asal Ayah dan keluarga Ibu mereka itu. Bahkan Zahra sekitar tahun 1986 pernah mengunjungi saudaranya di Jawa Tengah.”Mungkin karena terlalu sayangnya, sampai 3 bulan ditahan untuk tinggal bersama keluarganya di Indonesia,” kata Mina sambil tertawa.

Setelah itu beberapa kali Mina dan saudara-saudaranya mulai mengunjungi Indonesia terutama Yogyakarta. Salah satu kunjungan yang paling berkesan, ketika mereka diundang  menghadiri 1 Abad Muhammdiyah. Kunjungan itulah kata Mina yang mengubah banyak hal pemahaman dan rasa cinta mereka pada sang kakek, KH Ahmad Dahlan.

“Kami para cucu, merasa kaget sekali melihat banyak orang datang mengusung poster KH Ahmad Dahlan. Stadion hanya dalam waktu singkat, sudah diisi ribuan orang. Kami baru sadar ternyata kakek kami orang besar di Indonesia. Saya sendiri sampai merinding melihat lautan massa Muhammadiyah yang hadir ketika itu,” kata Mina mengungkap rasa bangganya.

Seketika setelah kunjungan itu, rasa bangga menjadi keturunan KH Ahmad Dahlan, ditularkan Mina dan saudara-saudaranya kepada putra putri mereka (Cicit-generasi ketiga KH Ahmad Dahlan) yang tersebar di Thailand hingga Amerika Serikat. Tidak hanya sekedar rasa bangga, mereka pun menjadikan nama Dahlan, sebagai nama resmi garis keturunan keluarga.

Keluarga besarnya di Thailand mulai memikirkan bahwa sejarah tak boleh terhapus begitu saja. Apalagi salah satu amanat Ayah mereka, adalah untuk tetap mengingat KH Ahmad Dahlan dan tanah leluhur bernama Indonesia.

“Karena kami ini generasi berikutnya, merasa bertanggungjawab untuk meneruskan cerita sejarah pada cucu dan cicit KH Ahmad Dahlan. Bagaimanapun, kami memiliki darah Indonesia dan harus menghormati para leluhur,” kata Mina.

Pada bulan April 2013, akhirnya dipimpin oleh Dr Winai Dahlan, keluarga besar KH Ahmad Dahlan yang terdiri dari 22 orang cucu dan cicit yang datang dari Bangkok dan AS, melakukan perjalanan ke Indonesia. Selain ziarah makam, mereka juga bertemu dengan keturunan KH Ahmad Dahlan lainnya di Jakarta dan Yogjakarta.

Mereka juga mengunjungi Taman Mini Indonesia Indonesia (TMII). Tujuannya agar cucu dan cicit KH Ahmad Dahlan, mengetahui tentang asal usul leluhur mereka. Bersama keluarga lainnya yang baru bertemu setelah puluhan tahun, kini sudah mulai terjalin kembali tali persaudaraan yang semula tak saling mengenal satu sama lain.

“Kini sudah tercipta hubungan baru antar mereka di generasinya. Dengan berkunjung ke Indonesia, rasa bangga menjadi keturunan KH Ahmad Dahlan begitu terasa. Indonesia kini menjadi negara asal leluhur atau negara kedua (second home town) buat kami,” ungkap Mina.

Apakah punya rencana untuk kembali ke Indonesia? Mendapat pertanyaan ini Mina hanya tertawa lepas. Ia mengatakan bahwa Thailand adalah tanah kelahirannya, namun Indonesia akan selalu tetap di hati ia dan saudara-saudaranya. Suatu ketika ungkap Mina, saat KH Ahmad Dahlan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, ada utusan pemerintah Indonesia yang datang ke keluarganya menyampaikan hadiah berupa satu unit rumah yang disebutnya terletak di Jakarta.

“Kami tidak tahu persis letaknya. Tapi rumah itu pada akhirnya kami tolak dan diserahkan kepada organisasi di sana (Muhammadiyah) untuk dijadikan pustaka atau museum KH Ahmad Dahlan saja. Karena lebih bermanfaat demi melanjutkan perjuangan beliau. Saya tidak tahu bagaimana nasib rumah tersebut,” kata Mina.

Bagi Mina dan saudara-saudaranya, menyandang status sebagai keturunan pejuang besar sekelas KH Ahmad Dahlan, sudah menjadi penghargaan tersendiri. Ia mengatakan, bahwa garis keturunan KH Ahmad Dahlan di Thailand awalnya malah tak mengerti tentang siapa sosok besar pendiri Muhammadiyah tersebut. Namun mereka sekelurga telah memiliki semangat juang yang sama dengan sang kakek.

“Allah Swt maha pengatur. Ia menjadikan keturunan KH Ahmad Dahlan di Thailand, juga melakukan dakwah dan menyiarkan Islam meski mereka tak tahu apapun tentang beliau sebelumnya,” kata Mina.

Sama seperti semangat yang ditularkan KH Ahmad Dahlan, yang menjadikan Muhammdiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan, begitu pula dengan keturunannya di Thailand. Jauh sebelum mereka tahu siapa kakek mereka, Erfan Dahlan dan anak-anaknya sudah menjalankan berbagai kegiatan dakwah dan sosial.

Erfan Dahlan memimpin dakwah Islam di Thailand hingga akhir hayatnya, begitu pula dengan istrinya Zahrah yang mendirikan Women Association of Thailand atau Asosiasi Perempuan Muslim Thailand. Sepeninggal keduanya, anak-anak mereka (cucu KH Ahmad Dahlan) mendirikan Yayasan bernama Erfan-Yupha Dahlan  untuk tetap mendukung kegiatan Muslim Women Association yang berkonsentrasi membantu pendidikan anak-anak miskin dan anak yatim.

“Yayasan ini didanai murni oleh keluarga besar Erfan Dahlan di Thailand. Konsentrasinya untuk kegiatan sosial dan dananya berasal dari penghasilan kami sendiri,” kata Mina.

Bolehkah minta foto kegiatan Yayasannya? “O, jangan. Kami tidak pernah mendokumentasikan kegiatan yayasan. Kata Ayah, Kakek mengajarkan bahwa berbuat baik itu cukuplah Allah saja yang tahu. Kalau perlu ketika tangan kanan memberi, tangan kiri tak perlu mengetahui,” kata Mina menjelaskan alasannya menolak permintaan JPNN.(bersambung)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Dari Surat Cinta sampai Kursi Roda

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler