Sahabat Ciliwung Minta Ecoton Bergabung Bersihkan Sungai Ketimbang Somasi Pemerintah

Sabtu, 28 Mei 2022 – 11:35 WIB
Koordinator Sahabat Ciliwung Depok, Hidayat Al Ramdani di Sungai Ciliwung. Foto: Dhika Rahardjo/JPNN

jpnn.com, DEPOK - Sahabat Ciliwung Depok, Jabar keberatan dengan  pernyataan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) terkait kondisi Sungai Ciliwung.

Pasalnya, Ecoton menyebut Sungai Ciliwung tercemar berat dan tidak ada atensi dari pemerintah pusat dan kabupaten/kota. 

BACA JUGA: PDIP Kerahkan Kendaraan Sampah ke Sungai Ciliwung

Diketahui, Ecoton telah melayangkan somasi terhadap Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada 24 Mei 2022 karena ada pencemaran di Sungai Ciliwung

“Kami keberatan dengan pernyataan yang disampaikan pihak Ecoton dan muncul di sejumlah media baru-baru ini,” kata Koordinator Sahabat Ciliwung Depok, Hidayat Al Ramdani di Jakarta

BACA JUGA: Rani Sahabat Kartini Berbagi Kasih dari Ciliwung Hingga ke Tanjung Priuk

Dayat, sapaan karibnya, pernyataan Ecoton tidak sejalan dengan sejumlah perubahan yang terjadi di Sungai Ciliwung saat ini.

Dia menegaskan pegiat dan komunitas di Ciliwung, baik mulai dari hulu (Kota Bogor dan Kabupaten Bogor), tengah (Depok) dan hilir (DKI Jakarta) melihat di lapangan sudah banyak perubahan dan perkembangan yang baik di Ciliwung.

BACA JUGA: Bentuk Satgas Cinta Ciliwung, PDIP Jaksel Bersinergi dengan Warga Jaga Ekosistem Sungai

“Kami melihat dari indikator hewan biotik, seperti anggang-anggang dan udang biru yang ditemukan teman-teman di Lenteng Agung, itu mengindikasikan bahwa kualitas air mulai membaik,” sambung Dayat.

Dayat menambahkan saat ini dia bersama komunitas lingkungan juga terus berupaya mengubah mindset masyarakat bahwa Ciliwung bukan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) terpanjang.

Perjuangan mengubah mindset warga itu sudah dilakukan komunitas lingkungan sekitar Ciliwung sejak lama.

Mereka berupaya agar masyarakat memerhatikan kebersihan serta kelestarian Sungai Ciliwung dengan memberikan informasi positif agar semua merawat kali sepanjang 120 km tersebut.

Menurut Dayat, bahkan ada komunitas yang berkeinginan mewujudkan Ciliwung sebagai destinasi wisata alam.

Sebab, melihat kondisi saat ini, Ciliwung cukup baik untuk dijadikan wisata alam.

“Kami yang arung jeram, berenang dan beraktivitas di Ciliwung, jujur saja tidak merasakan gatal-gatal dan lainnya. Jika Ciliwung tercemar berat, mungkin kulit kita akan alergi, gatal-gatal, ini berbicara secara awam ya,” beber Dayat.

Sementara itu, mengenai uji mutu air, lanjut Dayat, ada perkembangan yang baik yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Hasil uji perkembangan baik didapati di beberapa lokasi tempat pemasangan alat pengecek mutu air di beberapa titik.

“Mungkin masing-masing lembaga pengujiannya berbeda, seperti teman-teman dari Ecoton, kami tidak paham juga. Yang saya paham, untuk meneliti pencemaran air, misalnya menemukan pembuangan limbah, kita ambil dari yang terdekat dan beberapa meter ke depan, serta dampaknya apa, kami dari Sahabat Ciliwung juga melakukan pengujian itu jika menemukan ada pembuangan limbah ke Ciliwung,” bebernya.

Seperti di Depok, kata dia, pihaknya menginformasikan ke Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok.

Beberapa waktu lalu, pihaknya menemukan ada pabrik tahu yang membuang limbahnya ke Ciliwung.

“Setelah dilaporkan ke DLHK dan dinas terkait, kami tidak teriak-teriak ke media dan membuat sensasi, kami sampaikan ke pemerintah, tindak lanjutnya mereka menegur hingga akhirnya pihak pabrik membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah),” kata Dayat.

Sebelumnya komunitasnya juga menemukan ada rumah yang membuang kotoran tinjanya langsung ke Sungai Ciliwung.

Namun, setelah dilaporkan ke pemerintah, Pemkot Depok merespons dengan membuatkan septictank komunal.

“Salah satu contohnya di wilayah Kelurahan Pondok Cina. Itu kan bisa dilihat. Jadi pemberitaan yang menyatakan pemerintah tidak membuat tindakan apa-apa, lagi-lagi kami tidak setuju. Mulai dari komunitas yang berada di Bogor, Satgas naturalisasi dan di Depok dengan tim patrolinya, kerja sama pemerintah dengan komunitas serta masyarakat cukup baik. Jika dibilang tidak ada peran, ini seolah-olah mereka menghilangkan peran kami sebagai komunitas dan pemerintah,” ujar Dayat.

Menurut Dayat, apa yang disampaikan Ecoton dan dimuat di beberapa media menjadi sebuah kerugian bagi Sahabat Ciliwung yang sudah lima tahun lalu menjalankan program wisata arung edukasi sungai.

Padahal dia sudah memberikan kepercayaan kepada masyarakat dengan berpedoman pada kualitas air membaik yang diinformasikan secara online oleh kementerian.

“Kami meyakinkan ke sekolah dan masyarakat bahwa Ciliwung bisa digunakan untuk Arung Edukasi. Ini kan upaya kita, jadi wisata air ini bukan hanya arung jeramnya, kami mengajak masyarakat, sambil berwisata mereka memulung sampah anorganik,” terang Dayat.

Ketika ada pemberitaan dari pernyataan Ecoton, pihaknya pun terpaksa menelan pil pahit. Sebab, beberapa sekolah dan kelompok membatalkan Arung Edukasi Ciliwung.

“Buat kami ini kerugian, bukan berbicara materi, tapi kepercayaan yang dipupuk sejak beberapa tahun lalu jadi rusak. Bayangkan, satu perahu bisa lima sampai enam orang, di Arung Edukasi Ciliwung mereka mengangkat sampah anorganik sampai dua karung per perahu,” katanya.

Selanjutnya, ada data 1.332 pohon yang terlilit sampah. Pihaknya tidak menutup mata ada sampah yang tersangkut di pepohonan sepanjang bantaran Sungai Ciliwung, atau saat pihak Ecoton mengarungi Sungai Ciliwung.

“Apa ini jumlah yang pasti dan mereka hitung benar-benar. Pohon-pohon yang terlilit sampah, jika tidak, itu menjadi berita hoaks yang akhirnya memberikan dampak negatif. Setahu saya, mereka ngarung di wilayah Jakarta dan di sana tiap kilometernya ada petugas PPSU yang digaji Pemda DKI Jakarta, salah satu tugasnya untuk membersihkan itu,” ucapnya.

Menurutnya, saat pihak Ecoton mengarungi Ciliwung, malam sebelumnya hujan dan air sungai naik. Biasanya, ada tindakan dari Personel PPSU. Namun, Ecoton mengabaikan kerja keras orang-orang yang berjuang membersihkan Sungai Ciliwung.

“Kasihan mereka (PPSU) yang sudah berjuang membersihkan, tetapi kerja mereka dianggap tidak bekerja, hanya karena seseorang yang menyewa perahu, mengarung dan membuat statement ke mana-mana. Bukan bicara boleh atau tidak, tapi tidak eloklah, ketika mereka memberikan statement dan pemberitaan tanpa melihat kerja teman-teman di Ciliwung,” papar Dayat.

Dia menegaskan ketimbang menyebar somasi ke beberapa pejabat atau instansi dan berbicara ke mana-mana, sebaiknya pihak-pihak tersebut turut bergabung bersama pejuang-pejuang lingkungan guna melestarikan Sungai Ciliwung.

“Tentu buat Sahabat Ciliwung Depok, kami terbuka bagi siapapun yang memiliki kesamaan visi dan misi untuk menjaga kelestarian Sungai Ciliwung, kita lebih baik bekerja dan melakukan aksi nyata kemasyarakat, ketimbang menyalahkan pihak-pihak tertentu,” pungkas Dayat. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler