Rencananya, BUMN yang mengelola bisnis telekomunikasi ini akan menggunakan dana hasil penjualan saham untuk mengeluarkan smart phone dan tablet yang harganya dapat bersaing dengan produk lain. ”Untuk smart phone, PT Inti akan menjual seharga Rp 3 juta. Sedangkan untuk tablet akan dijual Rp 700 ribu yang bekerja sama dengan IMO," jelasnya.
Menurut Irfan, privatisasi yang dilakukan dapat menambah modal usaha perusahaan, meningkatkan nilai tambah, meningkatkan daya saing dan transparansi, serta mempercepat pengembangan kompetensi. ”Kini perseroan akan berorientasi pada laba,” katanya.
Tahun ini, PT Inti menargetkan penjualan sebesar Rp 1,2 triliun, naik sekitar 71,36 persen dibandingkan dengan perolehan 2011 sekitar Rp 723,12 miliar. Pencapaian ini didukung oleh sejumlah kontrak yang berhasil diperoleh pada tahun ini sekitar Rp 1,6 triliun, ditambah dengan kontrak yang dialihkan (carry over) mencapai Rp 871,9 miliar.
Direktur Pemasaran PT Inti Adiaris mengatakan, nilai kontrak tahun ini lebih besar dibanding perolehan kontrak pada tahun sebelumnya. Pada 2011, PT Inti berhasil mengantongi kontrak mencapai Rp1,5 triliun, dengan kontrak baru sekitar Rp1,1 triliun dan kontrak peralihan tahun 2010 sekitar Rp 400 miliar.
Sepanjang 2011, perusahaan yang mengelola bisnis telekomunikasi ini berhasil mengerjakan proyek dari Telkom, Telkomsel berupa power supply dan antena, Indosat dengan maintanance, PT XL Axiata Tbk, PT Pertamina Persero, serta pengerjaan pembangunan PLTS di Papua.
Pada tahun ini, PT INTI masih mengerjakan beberapa proyek dari Telkom, PT XL Axiata Tbk, TNI Angkatan Laut, Telkomsel, pengerjaan KwH meter. "Kontrak-kontrak terbesar kita diperoleh dari Telkom sekitar 60 persen, Telkomsel 30 persen, dan sisanya Dekominfo, PLN, dan XL,” kata Adiaris. (dri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Laba Semen Gresik Naik Jadi Rp 3,9 Triliun
Redaktur : Tim Redaksi