jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni mengingatkan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly tidak menggeneralisasi suatu daerah seperti Tanjung Priok ataupun wilayah lain dengan kriminalitas.
Legislator dari dapil DKI Jakarta III (Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu) itu mengingatkan Yasonna agar lebih berhati-hati memberikan pernyataan sebagai pejabat publik.
BACA JUGA: Sahroni: OTT Komisioner KPU Bukti KPK di Bawah Firli Cs Tetap Garang
"Pak Yasonna harus lebih bijak dalam menyampaikan statement, karena beliau ini kan Menkumham, pernyataan seperti ini kurang cakap muncul dari seorang Menkumham. Memang benar banyak kriminal muncul dari wilayah yang miskin, namun beliau tidak boleh generalisasi. Tidak semua anak Tanjung Priok seperti itu,” kata Sahroni.
Terlahir dari Tanjung Priok, Sahroni menegaskan dirinya tidak menjadi preman ataupun pelaku tindak kriminal. Dia menegaskan meskipun terlahir dan tumbuh besar di lingkungan keras tidak membuatnya terjerumus ke hal-hal negatif.
BACA JUGA: Sahroni Dorong Generasi Milenial Jadi Pengusaha Sukses
“Saya berasal asli dari Tanjung Priok, lahir dan besar di sini dengan kawasan daerah preman, namun hal ini bukan berarti saya preman. Jadi tidak bisa digeneralisasi atas asal daerahnya, tetapi balik lagi ke individunya masing-masing. Menkumham jangan menggeneralisir anak Priok pelaku kejahatan,” kata Sahroni.
Ia menceritakan, pada masa lalu Jakarta Utara, khususnya Tanjung Priok memang lekat dengan premanisme dan kejahatan lain seperti narkoba. Namun, tegas Sahroni, kondisi saat ini tidak serta merta bisa disamakan dengan masa lalu.
“Kalau dulu kami berjalan di kawasan Priok malam hari selalu merasa khawatir. Sekarang peredaran narkoba, kriminalitas berkurang jauh. Jajaran Polri terus menindak pelaku kejahatan dan menciptakan kamtibmas di kawasan Priok,” ucap Sahroni.
Bendahara Umum Partai NasDem ini mengatakan, Tanjung Priok seharusnya tidak lagi lekat dengan premanisme. Keberadaan Pelabuhan Tanjung Priok, tepatnya Jakarta International Container Terminal (JICT), yang sejak Februari 2019 lalu menjadi pelabuhan pertama Indonesia yang bisa melayani transshipment internasional menjadikan Priok sebagai penopang utama perekonomian. Bukan hanya Jakarta, tetapi Indonesia secara keseluruhan.
“JICT mendongkrak perekonomian Jakarta. Tanjung Priok bukan lagi sarang premanisme dan narkoba tetapi penopang perekonomian Indonesia. Saya bangga jadi anak Tanjung Priok,” katanya.
“Saya juga menjadi bukti bahwa Tanjung Priok, bahkan pada masa kelamnya tak serta merta menjadikan generasi muda menjadi preman, justru menjadi anggota DPR,” sahutnya.
Sahroni mengingatkan, pejabat negara ataupun para tokoh publik seharusnya tak mengecap sebuah daerah sebagai daerah hitam penghasil pelaku kejahatan. Langkah yang tepat seharusnya adalah mendorong adanya perubahan di daerah rawan kriminalitas tersebut sehingga menjadi kawasan aman dengan tingkat kesejahteraan tinggi.
“Saya selalu ingatkan masyarakat bahwa Tanjung Priok bukan lagi sarang premanisme, bukan lagi kawasan dengan peredaran narkoba yang tinggi. Saya akan bersuara lantang jika Priok masih dicap sebagai daerah penghasil preman dan kriminalitas tinggi,” tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, dalam kunjungannya ke Lapas Narkotika Kelas IIA Jatinegara, Jakarta, Kamis (16/1), Yasonna menyebut bahwa kemiskinan adalah sumber tindakan kriminal. Yasonna mencontohkan bahwa anak yang lahir dari kawasan Tanjung Priok yang terkenal keras dan Menteng yang terkenal sebagai kawasan elite akan tumbuh besar dengan cara berbeda.
“Yang membuat itu menjadi besar adalah penyakit sosial yang ada. Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin. Slum areas (daerah kumuh), bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak, tetapi coba pergi ke Tanjung Priok. Di situ ada kriminal, lahir dari kemiskinan," sebut Yasonna. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy