jpnn.com, JAKARTA - Belakangan ini semakin banyak anak Indonesia yang kecanduan gadget seperti smartphone dan peralatan gaming seiring perkembangan teknologi yang pesat dalam negeri.
Anak makin sulit membagi waktu untuk belajar dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya karena sibuk bermain gadget.
BACA JUGA: Gegara Kecanduan Game HP, Dua Remaja Alami Gangguan Jiwa
Hal ini sudah banyak dikeluhkan kalangan orang tua. Bahkan tak jarang ada orang tua yang sampai melakukan kekerasan demi menghentikan kebiasaan anak kecanduan gadget.
Menurut Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nahar, anak tidak bisa disalahkan karena kecanduan gadget. Orang tua yang harus berkaca diri atas kebiasaan anak.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Kabar Baik untuk Honorer yang Lolos PPPK Hingga Anies Baswedan Digugat
“Orang tua kesal karena anaknya kecanduan gawai. Padahal itu masalahnya bukan pada anaknya. Tetapi hal tersebut masalah parenting skill. Orang tua tidak memiliki kemampuan mengasuh anak,” ujar Nahar saat menghadiri media gathering bersama Menteri PPPA I Gusti Ayu Bintang Puspayoga di kantor Kementerian PPPA, Jakarta, Selasa (14/1).
Menurutnya, wali yang tidak memiliki parenting skill berarti itu termasuk kategori orang tua yang bermasalah. Orang tua, tegasnya, tidak bisa melakukan kekerasan pada anak hanya karena sibuk bermain gadget. Anak seharusnya dibimbing dengan cara persuasif dan edukatif karena kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah kecanduan gadget tersebut.
“Kalau anak kecanduan gadget ya jangan salahkan anaknya dong, siapa yang kasih gadget itu? siapa yang harus mendidik anak agar tidak kecanduan gadget. Orang tuanya kan. Jangan lempar tanggung jawab begitu saja apalagi sampai lakukan kekerasan anak karena masalah gadget. Gak bisa gitu. Harus dengan pendekatan lain,” pungkas Nahar. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia