jpnn.com - JAKARTA - Hari ini (23/9) warga Muhammadiyah melaksanakan salat hari raya kurban. Sementara besok (24/9) giliran pemerintah dan warga Nahdlatul Ulama (NU).
Meskipun ada dua versi pelaksanaan salat Idul Adha, Kementerian Agama (Kemenag) optimis masyarakat tetap tertib.
BACA JUGA: Wahai Para PNS...Bila Tak Mau Dianggap Mundur, Perhatikan Pengumuman Ini
Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag Machasin menuturkan, sejak awal mereka sudah memprediksi bahwa penetapan Idul Adha (10 Zulhijah) bakal ada dua versi. Perbedaan ini sudah terdeteksi ketika penetapan 1 Zulhijah pada Minggu pekan lalu (13/9).
Pemerintah dan NU menetapkan bahwa 1 Zulhijah pada Selasa (15/9). Sehingga Idul Adha versi mereka jatuh pada Kamis (24/9). Sementara Muhammadiyah menetapkan 1 Zulhijah pada Senin (14/9). Maka otomatis Idul Adha versi Muhammadiyah jatuh hari ini (23/9).
BACA JUGA: Kemenhub: Laporkan Pelanggaran, Giliran Disuruh Tanda Tangan Kok Ogah
"Kemenag berharap masyarakat tidak terlalu berlebihan menyikapi perbedaan ini," katanya. Selain itu Machasin mengatakan perbedaan penetapan hari-hari besar Islam di Indonesia tidak terjadi satu kali ini saja. Dia menuturkan perbedaan seperti ini pernah terjadi, dan masyarakat menyambutnya biasa saja.
Pada kesempatan audiensi dengan Presiden Joko Widodo, di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin, keputusan Muhammadiyah terkait penentuan Idul Adha tahun ini yang berbeda dengan pemerintah, juga sempat disinggung.
BACA JUGA: Kementerian LHK Bekukan Izin 4 Perusahaan Perkebunan
Kepada presiden, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berharap keputusan itu bisa dihargai sebagai sebuah hak konstitusional warga negara.
Di depan presiden pula, dia menyampaikan harapan agar ada dispensasi bagi mereka yang merayakan Idul Adha, hari ini. Kalaupun tidak diliburkan, menurut dia, mereka yang menunaikan shalat Id sehari lebih dulu sepatutnya diberikan dispensasi jam masuk kerja. "Terutama, di instansi-instansi pemerintahan," beber Haedar, usai pertemuan.
Kehadiran Haedar bersama sejumlah pengurus PP Muhammadiyah di istana ketika itu, adalah untuk memperkenalkan kepengurusan baru hasil Muktamar ke-47 di Makassar, yang dilaksanakan awal Agustus 2015 lalu. Sekaligus, menyampaikan sejumlah kajian-kajian yang telah dilakukan PP Muhammadiyah atas situasi kebangsaan terkini.
"Dan, karena sudah hari raya besok (hari ini, Red), sekarang kami sudah berpuasa. Jadi, tadi juga mohon maaf kalau tidak bisa menikmati hidangan yang sudah disiapkan," tutur Haedar, sambil tersenyum. (wan/dyn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Setelah Australia, TNI AL Tantang Malaysia
Redaktur : Tim Redaksi