jpnn.com - Menjelang PON XX Papua, seluruh elemen masyarakat, khususnya para milenial dan kalangan muda menyambut dengan gegap gempita.
Munculnya nama Nagita Slavina, istri artis ternama Raffi Ahmad menjadi ikon PON dan usulan Arie Kriting serta warga Papua lainnya untuk menyertakan para perempuan asli Papua menarik perhatian seluruh kalangan.
BACA JUGA: Jelang 100 Hari PON XX Papua, Para Tokoh Masyarakat Sambut Antusias
Sontak masalah ini menggugah rasa kebangsaan orang Papua sebagai bagian dari bangsa Indonesia, warga NKRI. Hal ini terbalik dengan ilusi dari segilintir orang yang terus memperingati tanggal 1 Juli sebagai hari kemerdekaan Papua.
Justru banyak warga Papua yang terus berkarya dan berprestasi bersama Indonesia serta memiliki kesempatan yang sama dalam berkebudayaan di Indonesia.
BACA JUGA: Kominfo Pastikan Akses Komunikasi pada Ajang PON XX Papua Bakal Berkualitas
Dalam diskusi virtual yang diselenggarakan INC TV diperbincangkan bahwa Papua sebagai kekayaan budaya yang memiliki kekhasan tersendiri sebagai bagian dari peradaban Indonesia.
Menurut penyelenggara, Ali A.H, sejak era pra kemerdekaan, Papua telah menyatu dengan daerah lainnya bagian timur Indonesia seperti Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan lainnya dalam ikatan ras melanisia.
BACA JUGA: Simak, Pernyataan Brigjen TNI Bangun Nawoko Terkait PON XX Tahun 2021
Artinya, Indonesia itu terdiri dari berbagai ras termasuk ras melanisia, jadi sejak dahulu kala, Indonesia telah menghilangkan sekat-sekat rasis.
“Sejatinya warga Papua bangga menjadi bagian dari Indonesia, Peradaban Papua adalah bagian dari peradaban Indonesia, karenanya wajar jika dalam PON XX di Papua, para anak muda ingin menampilkan representasi dari identitas budaya asli Papua dalam pagelaran nasional tersebut,” tegasnya.
Melalui keterangan tertulis, pihak penyelenggara menjelaskan bahwa polemik tentang ikon PON XX Papua telah menyadarkan kita bahwa orang Papua sangat bangga menjadi salah satu bagian peradaban Indonesia yang memiliki kekhasan seperti daerah lainnya. Bahwa Papua itu sangat bernilai dan mampu memberikan nilai bagi kebangsaan Indonesia.
“Ini menjadi bukti atas pernyataan Menkopolhukam bahwa warga Papua puas dengan kebijakan Indonesia di propinsi paling timur tersebut, bahkan 82 % sengat setuju dengan adanya otonomi khusus dan hanya 8 % yang menolaknya,” jelasnya.
Kebanggaan tersebut dirasakan juga oleh pemenang Indonesia Idol, Nowela dalam We Talkshow bertajuk “Papua and Civilizatioan : an Insider perspective” yang diselenggarakan oleh Compass Media menggandeng INC TV dan NU Channel (30/06).
Melihat persaudaraan Papua yang sangat erat, saat Nowela menang Indonesian Idol tahun 2014, ia sangat trenyuh sebagian besar masyarakat di Papua merayakannya dengan konvoi di jalan-jalan dan dipanggil untuk tur keliling Papua dan mendapat perlakuan istimewa sebagai talenta yang membawa nama Papua ke tingkat nasional.
Dilihat dari persaudaraan itu, Papua dapat bersatu untuk menjadi bagian dari Indonesia yang lebih baik.
“Rasa persatuan ini tidak bisa dihancurkan oleh apapun latar belakang kita. Kita sebagai putra-putri Papua harus kasih yang terbaik dan menunjukkan kalau kita bagian dari Indonesia. Lewat Papua, Indonesia akan menjadi bangsa yang lebih baik,” ujar artis yang saat ini turun ke berbagai pelosok daerah memberikan pelatihan dan vokasi kepada masyarakat.
Forum yang disiarkan langsung secara virtual di INC TV dan NU Channel tersebut menghadirkan Nowela Mikhelia (Penyanyi, Pemenang Indonesia Idol), Putri Nere (Miss Papua 2006), Stephen Wally ( Musisi asal Papua), dan Dr Sastro al Ngatawi (Budayawan) serta di pandu oleh Arie Kriting (artis dan komika asal timur Indonesia).
“Forum ini penting sekali untuk memupuk saling berangkulan, bergandengan, satu untuk Papua,“ ujar Arie Kriting.
“Sebenarnya tidak ada yang menghalangi Papua dalam berkiprah dan menunjukkan talentanya di Indonesia dan harus dilihat dari dua sisi; sisi pertama adalah Pemerintah yang membuka ruang terhadap warga Papua, sisi lainnya adalah orang Papua sendiri yang harus meraih kesempatan tersebut, meskipun 'ribet' tapi itu adalah 'ribet' yang diperlukan.” pangkasnya. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil