Sambut Ramadan 1439 H, Seribu Perantau Pulang Basamo

Rabu, 16 Mei 2018 – 00:30 WIB
Ilustrasi penumpang di bandara. Foto: Kaltim Post/JPNN

jpnn.com, LIMA PULUH KOTA - Menyambut Ramadan 1439 H, sekitar seribu perantau asal Nagari Pangkalan, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumbar, yang tergabung dalam Persatuan Keluarga Pangkalan (PKP) se-Indonesia, menggelar acara "pulang basamo" atau mudik bareng.

Mereka mudik untuk memeriahkan tradisi "Potang Balimau" di kampung halaman mereka. Potang Balimau yang sudah bertahun-tahun masuk kalender pariwisata Sumbar, tapi jarang disentuh oleh OPD terkait ini, akan digelar di sungai Batang Maek yang berada di samping Masjid Raya Pangkalan, Rabu siang ini (15/5).

BACA JUGA: Hasil Sidang Isbat: Awal Puasa Ramadan 1439 H Kamis

Menjelang tradisi "Potang Balimau" itu digelar, para perantau Pangkalan sejak Selasa siang (14/5), sudah mulai berdatangan. Kepulangan para perantau, disambutdengan penuh suka cita oleh niniak-mamak dan masyarakat Pangkalan yang tinggal di kampung halaman.

"Kami senang. Tidak kurang dari seribu perantau, pulang kampung untuk memeriahkan Potang Balimau," kata Sudirman Oncu, tokoh muda Pangkalan kepada Padang Ekspres (Jawa Pos Group), Selasa sore.

BACA JUGA: Sidang Isbat Awal Ramadan, 95 Titik untuk Pantau Hilal

Hal senada disampaikan Wali Nagari Pangkalan Rifdal Laksamano yang dihubungi secara terpisah. "Iya, para perantau kami sudah mulai pulang kampung, untuk menghadiri Potang Balimau. Insya Allah, tradisi yang sudah turun-temurun kami warisi ini, juga akan dihadiri Wagub Sumbar Nasrul Abit, Gubernur Riau Arsyajuliandi Rahman, dan Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi," kata Rifdal yang belum dua pekan menjabat wali nagari.

Ketua Panitia Potang Balimau Pangkalan 2018, Haji Syahrial Azhari, menambahkan, bagi anak nagari Pangkalan, baik yang tinggal di kampung halaman ataupun yang berjuang di perantauan, "Potang Balimau" tidak sekadar tradisi bersampan-sampan atau mandi-mandi di pinggir sungai Batang Maek, sehari menjelang kedatangan bulan suci Ramadhan. Lebih dari itu, "Potang Balimau" memiliki makna luas.

BACA JUGA: Tentukan Awal Puasa, Kemenag Gelar Sidang Isbat Sore Ini

"Melalui "Potang Balimau" ini, kami saling bersilaturahmi. Baik yang di kampung, maupun yang berada di rantau. Potang Balimau ini juga menjadi penanda, bahwa urang Pangkalan, bergembira menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan," kata Syahrial Azhari yang juga Penasehat PKP Pekanbaru.

Haji Syahrial yang pulang kampung bersama Ketua Pemuda Pancasila Provinsi Riau Anto Rahman, berharap, dengan banyaknya perantau Pangkalan yang pulang kampung, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten, dapat lebih memperhatikan tradisi "Potang Balimau", sebagai bagian dari budaya dan kearifan lokal masyarakat. "Apalagi, Potang Balimau kan sudah masuk kalender pariwisata Sumbar," kata Haji Syahrial.

Berdasarkan sejarah yang pernah diceritakan cerdik-cendikia asal Pangkalan Arfel Muchtar kepada wartawan, potang balimau di Pangkkalan memiliki sejarah yang panjang. Konon, dahulu kala, saudagar-saudagar dari Pangkalan Koto Baru, menjadikan sungai Batang Maek sebagai jalur bisnis mereka.

Menelusuri Batang Maek, para saudagar asal Pangkalan berniaga ke sejumlah daerah di nusantara. Bahkan menurut Arfel Muchtar, ada saudagar dari Pangkalan yang berdagang sampai ke Sambas, Kalimantan. Sepulang dari Sambas, saudagar yang riwayatnya hidup dari mulut ke mulut itu, membawa dua buah mimbar masjid, dengan menggunakan kajang (perahu) berukuran besar dan menelusuri sejumlah sungai.

Salah satu mimbar, diboyong ke Masjid Raya Pasar Bawah Pekanbaru, Riau, tempat saudagar asal Pangkalan banyak bermukim. Sedangkan satunya lagi, dibawa ke kampung halaman. Nah, mimbar yang dibawa dari Sambas ke Pangkalan tersebut, diyakini sampai di Pangkalan, saat warga setempat sedang menyambut bulan suci Ramadahan dan membangun masjid di pinggir Batang Maek.

Untuk mengenang peristiwa itulah, sebut Arfel Muchtar, warga Pangkalan Koto Baru, setiap kali datang bulan Ramadhan, selalu berbondong-bondong ke pinggir Batang Maek. "Tradisi itu, berlangsung turun-temurun, hingga kemudian kami namai sebagai potang balimau," tutur Arfel. (frv)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Awal Ramadan 17 Mei 2018, Puasa Hanya 29 Hari


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler