JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akhirnya menjawab teka-teki kesiapan mereka atas penerapan kurikulum baru. Kementerian yang dipimpin Mohammad Nuh itu telah merilis buku baru yang akan dipakai siswa berkaitan pada penerapan kurikulum baru. Sampul buku baru itu didominasi warna biru.
Di antara buku baru untuk SD yang sampulnya didominasi warna biru adalah untuk siswa kelas I dengan tema; Diri Sendiri. Sebagaimana diketahui pada kurikulum baru nanti, buku pelajaran siswa SD tidak terpecah dalam mata pelajaran. Tetapi buku-buku ini terdiri dari sejumlah tema, karena model pembelajarannya adalah tematik intergrasi.
Pihak Kemendikbud berkomentar tentang penggunaan warna biru dalam sampul buku baru itu. Staf Khusus Mendikbud bidang Komunikasi dan Media, Sukemi, mengatakan bahwa warna biru yang mendominasi sampul salah satu buku SD tidak ada muatan politik praktis. "Tidak lah kalau digunakan untuk kampanye (partai tertentu, red)," kata dia, Kamis (14/2).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud Chairil Anwar Notodiputro juga menegaskan, penggunaan warna biru dalam sampul buku kurikulum baru tidak ada kaitannya dengan warna partai politik tertentu. Menurutnya, penentuan warna biru itu bukan titipan dari partai tertentu. "Warna logo Kemendikbud juga biru," kata dia.
Pejabat asal Pulau Madura itu berharap masyarakat lebih menitikberatkan urusan konten buku baru itu. Untuk buku baru jenjang SD, disusun dengan lebih banyak komposisi gambar ketimbang tulisan. Dia juga mengatakan, jadwal pencetakan dan pendistribusian yang telah disusun masih sesuai dengan rencana.
Hasil evaluasi Kemendikbud pada buku-buku pelajaran kelas 1 SD saat ini menunjukkan buku-buku itu sangat tidak tepat. Di antaranya karena pada halaman satu atau pada hari pertama siswa belajar, sudah disuguhi deretan ejaan atau paragraf yang panjang. Suguhan ejaan atau tulisan yang panjang di halaman satu buku kelas 1 SD itu tidak tepat karena siswa belum diwajibkan bisa membaca.
"Jika di hari pertama SD sudah materi bacaannya panjang, berarti saat masuk SD harus sudah bisa membaca," tutur Mendikbud Mohammad Nuh dalam kesempatan lain. Kalau pada buku baru ini, tutur Nuh, lebih banyak sajian gambarnya sehingga anak kelas 1 SD tidak bosan.
Dia lantas menegaskan, siswa yang akan masuk SD tidak perlu diseleksi kemampuan baca, tulis, dan berhitung (calistung). Sebaliknya, seleksi masuk SD cukup dilakukan dengan melihat umurnya saja. Menteri asal Surabaya itu menambahkan, Kemendikbud melarang penggunaan ujian calistung saat penerimaan siswa SD. (wan)
Di antara buku baru untuk SD yang sampulnya didominasi warna biru adalah untuk siswa kelas I dengan tema; Diri Sendiri. Sebagaimana diketahui pada kurikulum baru nanti, buku pelajaran siswa SD tidak terpecah dalam mata pelajaran. Tetapi buku-buku ini terdiri dari sejumlah tema, karena model pembelajarannya adalah tematik intergrasi.
Pihak Kemendikbud berkomentar tentang penggunaan warna biru dalam sampul buku baru itu. Staf Khusus Mendikbud bidang Komunikasi dan Media, Sukemi, mengatakan bahwa warna biru yang mendominasi sampul salah satu buku SD tidak ada muatan politik praktis. "Tidak lah kalau digunakan untuk kampanye (partai tertentu, red)," kata dia, Kamis (14/2).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud Chairil Anwar Notodiputro juga menegaskan, penggunaan warna biru dalam sampul buku kurikulum baru tidak ada kaitannya dengan warna partai politik tertentu. Menurutnya, penentuan warna biru itu bukan titipan dari partai tertentu. "Warna logo Kemendikbud juga biru," kata dia.
Pejabat asal Pulau Madura itu berharap masyarakat lebih menitikberatkan urusan konten buku baru itu. Untuk buku baru jenjang SD, disusun dengan lebih banyak komposisi gambar ketimbang tulisan. Dia juga mengatakan, jadwal pencetakan dan pendistribusian yang telah disusun masih sesuai dengan rencana.
Hasil evaluasi Kemendikbud pada buku-buku pelajaran kelas 1 SD saat ini menunjukkan buku-buku itu sangat tidak tepat. Di antaranya karena pada halaman satu atau pada hari pertama siswa belajar, sudah disuguhi deretan ejaan atau paragraf yang panjang. Suguhan ejaan atau tulisan yang panjang di halaman satu buku kelas 1 SD itu tidak tepat karena siswa belum diwajibkan bisa membaca.
"Jika di hari pertama SD sudah materi bacaannya panjang, berarti saat masuk SD harus sudah bisa membaca," tutur Mendikbud Mohammad Nuh dalam kesempatan lain. Kalau pada buku baru ini, tutur Nuh, lebih banyak sajian gambarnya sehingga anak kelas 1 SD tidak bosan.
Dia lantas menegaskan, siswa yang akan masuk SD tidak perlu diseleksi kemampuan baca, tulis, dan berhitung (calistung). Sebaliknya, seleksi masuk SD cukup dilakukan dengan melihat umurnya saja. Menteri asal Surabaya itu menambahkan, Kemendikbud melarang penggunaan ujian calistung saat penerimaan siswa SD. (wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beasiswa Untuk Penghafal Al Quran
Redaktur : Tim Redaksi