Sangkur Raksasa di Tempat Latihan Kopassus dan Kisah Mistis Rangga Manik

Rabu, 16 Maret 2022 – 17:00 WIB
Belati atau sangkur raksasa di puncak Gunung Manik, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Foto: Nur Fidhiah Shabrina/JPNN.com

jpnn.com - Sebuah belati berukuran besar tertancap di puncak Gunung Manik, Bandung Barat. Keberadaan belati raksasa di kawasan latihan Kopassus TNI AD itu kerap dikaitkan dengan mitos, seperti bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 2004. 

Nur Fidhiah Shabrina, Lembang

BACA JUGA: Danjen Kopassus: Kami Menunggu Petunjuk Panglima TNI

MASYARAKAT atau pengguna jalan yang kerap melintasi jalur Cianjur-Kota Bandung via Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Bandung Barat, mungkin sudah tidak asing dengan pemandangan belati raksasa di puncak Gunung Manik. 

Namun, tidak sedikit masyarakat bertanya-tanya tentang asal-usul sangkur raksasa di puncak gunung yang juga dikenal dengan julukan Tebing 48  tersebut.

BACA JUGA: Jalan-Jalan ke Bandung Barat Coba ke Tempat Ini

Angka 48 pada nama itu didasarkan pada tebing setinggi 48 meter di Gunung Manik.

Tentu saja sangkur itu tidak jatuh dari langit. Ketua Forum Pemuda Citatah Asep Sulaiman mengatakan bayonet itu dibuat untuk menandai kawasan tersebut merupakan lokasi Kopassus berlatih.  

BACA JUGA: Bandung Barat Punya Fly Over Padalarang, Hengky Kurniawan Begitu Bangga

“Cikal bakalnya dibuat sangkur itu sebagai satu penanda dari Tebing Komando 48 di Gunung Manik," ujarnya kepada JPNN.com.

Asep menjelaskan Gunung Manik menjadi tempat latihan TNI Angkatan Darat (TNI AD) sejak 1960. Pada 1965, Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang kini menjadi Kopassus mulai berlatih di lokasi itu. 

Adapun sangkur raksasa itu baru dibuat pada 2004 oleh Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus).

Kini, namanya menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus).  

"Sangkur di atas bukit ini juga bukan yang pertama di Indonesia, tetapi pertama di Jabar, iya,” tutur Asep.

Memang sangkur raksasa itu tidak hanya ada di Gunung Manik

Di Pantai Kopassus atau Pantai Permisan, Nusakambangan, Jawa Tengah, juga ada benda serupa. 

“Kalau dilihat dari sisi keunikannya, justru yang di Cilacap itu lebih unik karena sangkurnya menjulang tinggi dan dipasang di tengah laut,” kata Asep.

Meski sangkur itu buatan manusia, tetap ada mitos yang menyertainya. 

Misal, ada mitos soal sangkur itu keluar secara alamiah dari celah batu di atas Gunung Manik. 

Mitos yang berkembang mengaitkan sangkur raksasa itu dengan gempa bumi disertai tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004.

Konon, pada saat itu juga ada gempa melanda Bandung Barat.

“Sering dikaitkan dengan mitos. Contohnya, di Bandung Barat terjadi gempa lebih dahsyat dari tsunami Aceh yang menyebabkan keluarnya sangkur dari celah batu,” papar Asep sebagaimana dilansir jabar.jpnn.com.

Menurut dia, pada 2004 tidak ada gempa di Bandung Barat sebagaimana mitos yang berkembang di masyarakat. 

Asep sebagai pemuda setempat mengetahui secara persis cikal sangkur akbar di Gunung Manik.

Oleh karena itu, Asep tak henti-hentinya memberikan informasi yang sebenarnya kepada pengunjung. 

“Tiga bulan pertama berdirinya sangkur, banyak didatangi tamu karena penasaran mau lihat belati itu dan menanyakan kebenarannya,” ujarnya. 

Asep menjelaskan mitos tersebut berkembang karena wilayah Gunung Manik sarat dengan cerita mistis

Misal, sekitar 50 meter dari tempat belati tertancap itu ada makam yang dikeramatkan penduduk setempat. 

Makam tersebut merupakan petilasan Raden Rangga Manik, leluhur warga setempat. 

Asep menuturkan Raden Rangga Manik bertapa di gunung itu dan kemudian menghilang.

Sebelum bertapa, Rangga Manik memberi wasiat agar pertapaannya kelak dikeramatkan.

“Di Gunung Manik ada sesuatu yang dikeramatkan. Jadi, ada makam yang dikeramatkan sehingga aura mistis sangkur ini pun sangat tinggi,” katanya.

Kini, belati tersebut menjadi ciri khas dari Tebing 48 dan banyak membuat masyarakat penasaran. 

Sayangnya, tidak bisa semua orang mendatangi langsung belati tersebut. 

Pengunjung yang mau mendatangi lokasi itu harus mengantongi izin dari Kopassus terlebih dahulu. 

Selain itu, pendaki juga harus menuruti sejumlah pantangan yang disampaikan juru kunci setempat.

Menurut Asep, warga setempat sudah tahu prosedur dan tata krama untuk menuju tempat tersebut.  

Oleh karena itu, mereka bebas dan tinggal berkoordinasi dengan pengurus lapangan. 

“Namun, kami mewanti-wanti untuk menjaga keamanan dan keselamatan, serta menjunjung tinggi pantangannya,” ujarnya. (mcr27/jpnn)

Artikel ini telah tayang di jabar.jpnn.com dengan judul:

Ini Fakta Menarik Belati di Puncak Gunung Manik Bandung Barat

 


Redaktur : Boy
Reporter : Boy, Nur Fidhiah Sabrina

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler