Santunan Sukhoi Hanya Rp 450 Juta

Sabtu, 12 Mei 2012 – 09:04 WIB

JAKARTA - Keluarga korban pesawat Sukhoi Superjet 100 yang menabrak gunung saat penerbangan gembira (joyflight) Rabu (9/5) lalu nampaknyanharus kecewa. Pasalnya santunan yang diberikan pabrikan pesawat Sukhoi (Rusia) hanya USD 50.000 atau sekitar Rp 450 juta per penumpang, jauh dibawah ketentuan di Indonesia yang Rp 1,25 miliar.  

"Kita sudah koordinasi dengan pihak Sukhoi Rusia, mereka sudah menyediakan asuransi masing-masing penumpang dapat Rp USD 50 ribu. Itu nanti akan kita berikan setelah proses identifikasi jenazah korban selesai semua. Kita tidak akan membuat prosesnya bertele-tele, begitu cocok akan kita bayar", ujar Sunaryo, konsultan PT Trimarga Rekatama selaku agen Sukhoi di Indonesia saat dihubungi kemarin.

Sunaryo mengaku asuransi yang diberikan itu bukan sebuah aksi spontan yang diberikan karena terjadi kecelakaan saat melakukan penerbangan gembira (joyflight, namun hal itu memang sudah menjadi komitmen Sukhoi sejak semula. "Itu bukan santunan reaktif tapi antisipatif. Sebelum terbang kita sudah declare (umumkan-red) bahwa semua penumpang telah diasuransikan," tegasnya.

Namun dia mengelak bahwa santunan tersebut diberikan kepada 45 orang yang ikut dalam penerbangan tersebut. Sebab delapan diantaranya merupakan awak pesawat yang kemungkinan mendapatkan angka santunan yang berbeda dibanding penumpang biasa. "Saya tidak tahu berapa yang untuk awak pesawat. Yang pasti Sukhoi harus menyediakan USD 50 ribu kali 37 orang (Rp 16,6 miliar-red)," tambahnya.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Harry Bhakti S Gumay mengatakan, Sukhoi harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap penumpang. Sebab penerbangan itu merupakan inisiatif mereka sebagai pabrikan pesawat asing dalam rangka melakukan promosi. "Ini kan harus dilihat siapa pelaksananya, operatornya siapa, ya aircraft company-nya (pabrik pesawat-red) yang harus mengcover semuanya," tukasnya.

Meski nilainya jauh dari angka santunan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan nomor 77 tahun 2011, namun Harry menyambut positif inisiatif Sukhoi tersebut. Korban "promosi pesawat" Sukhoi tersebut tidak dikover asuransi Jasa Raharja karena bukan merupakan penerbangan komersial. "Kalau bicara kecelakaan pas promosi, asuransinya pun dia (Sukhoi-red) harus tanggung semua," lanjutnya.

Namun begitu, sebagai negara Harry mengaku otoritas penerbangan Indonesia harus tetap bertanggung jawab untuk melakukan investigasi atas kecelakaan tersebut. Oleh karena itu KNKT (Komisi Nasional Keselamatan Transportasi) langsung turun tangan menyelidiki kejadian itu,"Hal itu merupakan amanat ICAO (International Civil Aircraft Asociation), tapi kita harus bekerjasama dengan tim Rusia," sebutnya.

Mengenai kemungkinan untuk melarang pesawat Sukhoi beroperasi di Indonesia, Harry menolak usulan itu. Sebab pihaknya belum mendapat kepastian mengenai penyebab kecelakaan pesawat Sukhoi itu. "Kita tidak boleh menjudge suatu kejadian, harus dilihat benar apa penyebabnya. Kalau bicara dunia penerbangan, dimana-mana ada kecelakaan, bahkan Airbus juga pernah," ungkapnya.

Dia mengakui bahwa sisi teknis pesawat memang merupakan salah satu penyebab kecelakaan. Namun ada beberapa penyebab lain yang juga krusial seperti kondisi cuaca, operasional dan juga personilnya (human error-red)."Yang penting pesawat itu sebelum terbang harus sudah memenuhi syarat-syarat keselamatan transportasi. Operatornya harus lebih tertib, sebelum terbang harus dicek benar apakah semua peralatan siap atau belum," sebutnya.

Mengenai penyebab pesawat menabark gunung, Harry belum bisa memastikan karena harus menunggu hasil penyelidikan KNKT. Dia yakin pilot Rusia itu sudah memiliki data mengenai letak bandara Atang Jaya ataupun Gunung Salak. "Saya pikir mereka bagus aja kalau mau turun 6000 kaki, tapi kalau secara visual mereka nggak bisa lihat karena kabut ya harus menghindar. Itu normal semua pilot tahu," jelasnya. (wir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Celaka karena Sabotase?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler