Saridi Husein

Oleh: Dahlan Iskan

Jumat, 24 Maret 2023 – 07:07 WIB
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SAYA dijemput Saridi. Tiba di Jeddah dari Neom tempo hari.

"Boleh berdiri di pinggir jalan?" tanyanya lewat WA.

BACA JUGA: Heboh 300 T

Saya paham maksudnya. Saridi tidak bisa parkir di pinggir jalan, lalu meninggalkan mobil di situ untuk mencari saya ke dalam terminal bus Jeddah.

Saridi tidak punya ijazah, pun sekolah dasar, tetapi mobilnya sedan Toyota putih 2000 cc masih kinclong. Baju panjang model Arab-nya juga putih disetrika licin.

BACA JUGA: Bencana Khudairy

Kopiahnya agak tinggi memahkotai rambutnya yang dicukur rapi.

Ia yang akan membawa saya ke Makkah. Satu jam perjalanan dengan mobilnya.

BACA JUGA: Riyadh Muda

Subuh itu saya pun bisa ngobrol dengan Saridi  sambil menahan kantuk.

Saridi asal Bangkalan, Madura. Kini ia tinggal di Jeddah, sejak lebih 10 tahun lalu.

Ia mensyukuri hidupnya dengan rasa syukur yang tidak habis-habisnya. Sebagai anak desa, tidak lulus SD, tidak bisa bahasa Arab, ia kini menjadi pemandu yang mumpuni bagi jemaah haji dan umrah.

Sebenarnya ia hampir saja tamat SD. Saridi keburu diajak orang tuanya merantau ke Jakarta. Ikut kerja apa saja.

Pekerjaan pertamanya ikut angkut es batu. Dibayar Rp 500.000 sebulan.

Lalu pindah-pindah kerja. Akhirnya terpikir untuk ke Arab Saudi. Saridi memilih ke Saudi sebagai TKI resmi: sopir pribadi.

Pun ketika tiba di Jeddah, ia belum bisa bahasa Arab. Juga hanya punya uang Rp 15.000 di kantongnya..

"Saya dijemput taksi di Bandara. Taksi dari calon majikan," katanya.

Sepanjang perjalanan, Saridi hanya diam. Ia menahan haus luar biasa.

Hari itu menjelang salat Jumat. Saridi dibawa mampir masjid.

Begitu turun di halaman masjid, Saridi langsung lari ke tempat wudu. Ia buka keran. Ia minum sepuasnya dari keran itu.

"Saya hidup lagi," katanya mengenang batinnya saat itu.

Saridi pun tiba di rumah majikan. Tiga lantai. Sepi.

Ia dapat kamar di dekat garasi. Ada mobil jenis CR-V di situ. Mobil itu harus ia mandikan  setiap hari. Dengan mobil itu ia harus mengantar majikan ke mana saja.

Seminggu di rumah itu Saridi heran: kok tidak pernah diminta mengantar juragan. Mobil itu juga tidak pernah jalan, tetapi Saridi terus membersihkannya tiap pagi.

Belakangan Saridi tahu juragannya seorang wanita tua. Sendirian. Belum pernah kawin. Tinggal di lantai 2.

Di lantai 3 tinggal seorang TKW asal Yogyakarta. Namun, Saridi tidak pernah bertemu TKW itu, apalagi juragannya.

Ketika datang di rumah itu, Saridi diberi uang 200 rial. Untuk makan.

Dua minggu kemudian uang itu habis. Ia tidak tahu harus bagaimana, tetapi tahu cara berbicara dengan juragannya: pakai interkom.

Maka atas saran temannya sesama TKI asal Madura, Saridi harus berani menghubungi majikan. Agar tidak mati kelaparan.

"Bilang saja mafi fulus," ujar temannya.

Ia pijit tombol interkom. Juragannya menyahut: "Ya... Muhammad...". Begitulah panggilan kepada laki-laki siapa saja di sana.

"Mafi fulus..." jawab Saridi.

"¢§®©¢¶," kata majikannya.

"Mafi fulus..." jawab Saridi lagi.

"¶¿¢£©÷§," kata majikannya lagi.

"Mafi fulus..." jawab Saridi konsisten.

Apa pun kata majikannya jawab Saridi sama. Ia memang tidak tahu apa arti kata-kata majikannya itu.

Akhirnya Sang Majikan memanggil mbak dari Jogja itu: apa maksud Saridi. Pun Saridi bertanya: apa maksud juragannya.

Ternyata sang majikan minta Saridi naik ke lantai atas. Ia diberi lagi uang 200 rial.

Dengan tambahan pesan: harus hemat. Uang itu harus cukup untuk makan sampai menerima gaji nanti.

Sang majikan memang hanya sesekali keluar untuk belanja. Sekali belanja bisa untuk satu minggu, tetapi dia dijemput keluarganyi.

"Kelihatannya keluarganyi kaya-kaya," ujar Saridi mengenang.

Saridi sebenarnya ingin sekali segera mencoba mobil CR-V itu, tetapi selalu terkunci. Kuncinya dibawa juragan dan disimpan di  lantai atas.

Lama-lama Saridi berpikir untuk mengisi waktu kosongnya dengan mencari uang. Malam-malam ia jualan air Zamzam. Yakni air dari sumber zaman kuno di dekat Ka'bah.

Sumber air itu mendadak ada ketika istri Nabi Ibrahim yang di Makkah, Hajar, melahirkan bayi Ismail. Tidak ada air.

Hajar mondar-mandir dari bukit Safa ke bukit Marwa. Lalu mendapat air di tengahnya.

Air itu juga memberi rezeki Saridi, bahkan ia kemudian berkembang memiliki jaringan perdagangan air Zamzam.

Setelah kontrak kerjanya berakhir, Saridi lebih fokus ke bisnis. Hidupnya berubah total. Ia terus mensyukuri nasib baiknya di Arab  Saudi.

Di bandara Jeddah saya dijemput Madura yang lain lagi: Husein. Asal Sampang.

"Saya juga tidak punya ijazah SD," ujar Husein.

"Tidak pernah sekolah?" tanya saya.

"Tidak," jawabnya.

"Waktu kecil ke mana saja?" tanya saya.

"Sejak kecil saya mondok. Di pesantren Sampang juga," jawabnya.

"Berarti pernah di ibtidaiah?"

“Pernah".

"Pernah di sanawiah?"

“Pernah".

"Pernah di aliah?"

“Pernah".

"Jadi, Anda punya ijazah ibtidaiah, tsanawiah, dan aliah?"

“Punya".

Saya pun tertawa keras. Di dalam hati.

Husein anak kembar. Bersama Hasan.

Kini Hasan masih kuliah di Sampang. Adik-adiknya juga masih sekolah semua.

Ia tujuh bersaudara. "Ayah saya meninggal ketika saya berumur 16 tahun," katanya.

Menurut Husein, ia pun ingin kuliah, tetapi tidak mungkin ibunya membiayai tujuh anak sekolah. Maka ia putuskan untuk mengalah.

Ia pergi ke Jakarta. Kerja apa saja.

Di Jakarta, Husein gabung temannya di Gondangdia. Ia ikut tinggal di bawah rel layang stasiun kereta Gondangdia.

Di situ ada gardu listrik. Konstruksi gardu listrik itu beton. Bagian atasnya rata.

Di atas gardu listrik itulah ia tinggal. Bisa untuk 6 orang.

Husein ikut orang Sunda jualan telur gulung. Dua minggu kemudian ia sudah bisa membuat telur gulung sendiri.

Lalu ia jualan sendiri. Keliling. Pakai sepeda.

Pernah juga Husein ikut jualan bakso di Gambir. Akhirnya jadi TKI resmi di Arab Saudi.

Kini Husein jadi pemandu jemaah haji dan umrah. Tahun depan ia ingin membiayai ibunya datang ke Jeddah. Untuk naik haji ke Makkah.

Saridi dan Husein punya jalan sendiri mengubah nasib mereka.

Pun Saridi dan Husein lainnya dari Madura. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bisikan Partner


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Dahlan Iskan   Saridi Husein   Neom   Jeddah   Makkah   Arab Saudi   haji   umrah   Disway   Tkw   Disway hari ini   Sandi  

Terpopuler