Saring Informasi jadi Kunci Keharmonisan Pemilu 2024

Minggu, 28 Januari 2024 – 11:15 WIB
Seminar Literasi Digital Komunitas Pemuda Pantang Menyerah di Wisma Tien Catering, Kabupaten Purbalingga. Foto dok. Kemenkominfo

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Komunitas Pemuda Pantang Menyerah Mohamad Irwan menyampaikan kunci keharmonisan pesta demokrasi adalah pintar menyaring informasi.

Era digital mengubah sikap masyarakat dalam mendapatkan informasi dari cara konvensional menjadi digital.

BACA JUGA: Cooling System Pemilu, Kapolres Inhil Ziarah dan Temui Tokoh Masyarakat di Kuindra

Oleh karena itu, perlu keterampilan dalam memilah dan memilih informasi di ruang digital untuk menciptakan pesta demokrasi atau pemilu 2024 yang harmonis.

“Sekarang orang-orang kalau mau cari informasi seputar pemilu itu lewat media sosial, makanya literasi digital perlu untuk Bapak Ibu pelajari agar bisa menyikapi perbedaan pendapat dengan teman atau anggota keluarga di dunia nyata maupun dunia maya,” terang Mohamad Irwan dalam sambutannya pada seminar Literasi Digital Komunitas Pemuda Pantang Menyerah di Wisma Tien Catering, Kabupaten Purbalingga, belum lama ini.

BACA JUGA: Pemuda Serukan Pencegahan Isu Identitas di Pesta Demokrasi 2024

Irwan menambahkan penting untuk menjaga keharmonisan jelang pemilu agar masyarakat tidak terpecah belah akibat dari perbedaan pilihan.

Sikap toleran juga dapat menjadi solusi untuk mengawal pesta demokrasi agar tetap berjalan dengan damai.

BACA JUGA: BSKDN Kemendagri Kunker ke Parepare, Menjaring Isu Strategis Pemilu 2024

Dalam kesempatan yang sama, Yukendro Pramono selaku Pegiat Literasi Digital mengatakan bahwa masyarakat harus dapat menyerap informasi secara bijak di media sosial untuk menghindari hoaks atau disinformasi mengenai informasi tentang Pemilu 2024.

“Kalau Bapak Ibu dapat informasi di media sosial, harus divalidasi dulu, cek dulu apakah itu berita benar atau tidak,' ucapnya.

Dia mengungkapkan medsos merupakan media yang langsung, di mana semua orang bisa share apa yang dia mau. Berbeda dengan wartawan, yang punya kode etik, sehingga tidak bisa share informasi semaunya.

Menurut Yukendro, masyarakat harus menerapkan nilai-nilai sosial seperti sopan santun dan saling menghargai di ruang digital. Selain itu, masyarakat juga senantiasa berhati-hati saat menggunakan media sosial agar dapat menjaga ruang digital untuk tetap aman dan damai.

“Untuk menuju Indonesia Emas 2045, agar kita bisa berjalan ke sana, kita sebagai pengguna media sosial juga harus berhati-hati dalam memanfaatkannya,” tambahnya.

Perwakilan Bawaslu Kabupaten Purbalingga, Setyawati menanggapi pernyataan dari Yukendro mengenai sikap waspada saat menggunakan media sosial.

Dia mengatakan bahwa pengguna media sosial harus berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi di masa menjelang pemilu karena bisa berpotensi untuk memunculkan informasi palsu atau hoaks.

“Sebentar lagi tinggal menghitung hari kita akan melaksanakan Pemilu 2024, jadi kalau Bapak Ibu mendapatkan informasi di media sosial, silakan untuk disaring sebelum di-sharing dan jangan mudah terpancing dengan berita-berita yang provokatif agar terhindar dari hoaks,” ucapnya.

Agar terhindar dari hoaks, pengguna media sosial harus mengetahui ciri-ciri hoaks itu sendiri. Contohnya, judul berita yang sensasional dan mengandung unsur provokatif, menggunakan website yang mirip dengan media besar.

Lalu, memakai teori cocoklogi dengan mengambil informasi dari potongan-potongan video yang kemudian dibuat dengan asumsi pribadi lalu disebarkan di media sosial.

Jadi, lanjutnya, mulai sekarang bersikap bijak saat menggunakan media sosial. Selalu bersikap hati-hati dan bersikap rasional. 

"Kalau dapat berita yang mengandung ciri-ciri unsur hoaks jangan ikut disebar, tetapi kalau beritanya informatif boleh untuk dikirim ke teman atau grup keluarga,” tuturnya.

Tidak hanya berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi, Muhamad Wafa selaku kepala Suku Komunitas Literasi Digital Purbalingga menambahkan masyarakat juga harus bisa berpikir terbuka untuk menyikapi diferensiasi informasi yang terjadi di ruang digital. Sebab, tanpa pikiran yang terbuka, akan sulit membayangkan kehidupan demokrasi yang lebih baik.

Wafa juga mengajak para peserta untuk mengawal pemilu ini agar tetap damai dan lancar, sehingga event yang dilakukan setiap 5 tahun ini tidak memecah belah bangsa hanya dari perbedaan pendapat dengan saling mengirim informasi politik tanpa disaring terlebih dahulu.

“Karena filter yang terbaik adalah diri kita sendiri sebagaimana kita memilah dan memilih informasi yang akan kita cerna untuk diri kita ataupun untuk orang lain,” pungkasnya.

Sebagai informasi, kegiatan Seminar Literasi Digital Komunitas Pemuda Pantang Menyerah dengan tema “Menjaga Pemilu Aman dan Damai di Ruang Digital” merupakan rangkaian kegiatan program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). (esy/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler