Satelit Kedua Indonesia Siap Diorbitkan

Untuk Mitigasi Bencana dan Pemantau Lalu Lintas Perkapalan

Selasa, 05 Juni 2012 – 09:09 WIB

JAKARTA - "Diam-diam" pemerintah Indonesia melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) sedang mempersiapkan pengorbitan satelit kedua yang diberi nama Lapan-A2 atau Lapan-Orari. Satelit ber-budget antara Rp 30 miliar sampai Rp 40 miliar itu siap diorbikan sekitar dua bulan lagi.
 
Perkembangan proyek satelit ini dipaparkan oleh Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan Soewarto Hardhienata di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kemarin (4/6). Soewarto menuturkan, misi dari satelit Lapan-A2 ini untuk meneruskan misi yang diemban oleh satelit pendahulunya yaitu satelit Lapan-A1 atau Lapan-Tubsat.
 
Dengan beberapa kecanggihannya, Soewarto mengatakan jika misi satelit Lapan-A2 ini masih tetap sebagai satelit pengamatan (surveillance). Dengan kamera dimiliki, satelit ini mampu menyuguhkan foto daratan Indonesia sekelas foto warna resolusi tinggi 6 meter.
 
"Foto-foto ini khususnya untuk daerah-daerah bencana. Jadi satelit ini lebih berfungsi untuk mitigasi bencana," kata dia. Misi lain dari satelit yang akan diluncurkan di India ini adalah, memantau lalu lintas dan data-data penting kapal-kapal yang berlayar di perairan Indonesia.
 
Data-data lalu lintas pelayaran ini diantaranya bisa dimanfaatkan sebagai misi pertahanan oleh TNI angkatan laut, Badan Koordinasi Kemanan Laut, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta pihak-pihak lainnya.
 
Keunggulan lain dari satelit Lapan-A2 atau Lapan-Orari ini adalah, bisa menjadi penghubungung sektiar 700 ribu pengguna radio amatir atau orari. Selama ini, radio amatir ini hanya memiliki jangkauan yang tidak luas.
 
Padahal, menurut dia potensi radio orari ini cukup penting terutama ketika terjadi bencana. "Kalau sudah ada bencana, telekomunikasi kabel atau seluler biasanya padam karena bencana," katanya. Untuk itu, peran komunikasi diambil alih oleh radio amatir atau orari. Untuk memperluas jangkauan radio amatir ini, akan memanfaatkan keunggulan satelit Lapan-A2.
 
Di saat proyek satelit Lapan-A2 hampir rampung, Lapan juga sedang mengerjakan proyek satelit Lapan-A3 atau Lapan-IPB. Satelit ini diperkirakan akan diorbitkan tahun depan.
 
Misi satelit Lapan-IPB ini didukung oleh satelit Lapan-B1 yang juga masih dalam masa pengerjaan. Selain menjalankan misi-misi yang diembang oleh satelit pendahulunya, satelit Lapan-IPB ini berguna untuk menjaga ketahanan pangan.
 
Satelit ini dirancang untuk bisa memprediksi musim produksi tanaman padi. Selain itu juga mampu mengamati pertumbuhan sawah, saluran irigasi, dan pertumbuhan lahan perkebunan. Tidak kalah penting lagi, satelit yang bekerjasama dengan IPB ini juga bisa mengamati peningkatan atau penurunan debit air di waduk-waduk seluruh Indonesia.
 
Soewarto mengatakan, perkembangan dunia persatelitan Indonesia cukup menggembirakan. Dia menuturkan, satelit Indonesia Lapan-A1 yang sudah mengorbit saat ini cukup sukses menjalankan misinya.
 
Satelit ini diantaranya berhasil merekam foto perkembangan kawah gunung Merapi, gunung Bromo, dan beberapa gunung lainnya. Selain itu, satelit ini juga pernah dimanfaatkan untuk memantau perkembangan proyek jembatan Suramadu dan pengerjaan tol Kanci-Pejagan.
 
PR Lapan selanjutnya adalah membuat roket peluncur satelit. Hingga saat ini, Indonesia masih belum memiliki roket peluncur satelit. Roket-roket yang ada masih sebatas roket untuk keperluan militer.
 
Soewarto mengatakan, ilmu tentang roket peluncur satelit cukup sulit dan membutuhkan biaya yang sangat mahal. "Pembuatan roket peluncur satelit ini terdiri dari beberapa tingkatan. Kita masih di tingkat paling bawah," kata dia. Namun, dia tetap optimis Indonesia bisa menyamai India yang sudah lebih dulu memiliki roket peluncur satelit. (wan)

Satelit Buatan Indonesia :

1. Satelit Lapan-A1/Lapan-Tubsat
- Mengorbit pada 10 Januari 2007.
- Diluncurkan di India
- Satelit pertama buatan Indonesia. Diperkirakan berumur 10 tahun.
- Digarap oleh 18 engineering Indonesia di Berlin, Jerman dan dibimbing tim dari Technical University of Berlin (TU-Berlin)
- Bisa dikendalikan dari bawah.
- Fungsi : satelit pengamat bumi (earth observation), penguasaan teknologi, dan pengawasan (surveillance).
- Rekaman kinerja : memantau pembangunan jembatan Suramadu, memantau perkembangan gunung Merapi, gunung Bromo, dan gunung Cisadane. Memotret kota-kota besar dan bandara-bandara dari angkasa.

2. Satelit Lapan-A2/Lapan-Orari
- Rencananya diorbitkan 2 bulan lagi.
- Dibikin di Indonesia oleh ahli-ahli Indonesia
- Diluncurkan di India bekerjasama dengan lembaga antariksa India (ISRO), karena Indonesia belum memiliki roket peluncur satelit.
- Misi:
a. Mendukung penanggulangan bencana
b. Kamera digital yang terpasang bisa diarahkan memotret bulan dan lingkungan antariksa
c. Pemantauan lalu lintas pelayaran dan navigasi kapal melalui data AIS (Automatic Identification System)
d. Pengamatan (surveillance) bumi dengan kamera video PAL cakupan 80  km.


3. Satelit Lapan-A3/Lapan-IPB
- Rencana diorbitkan 2013.
- Kemungkinan besar masih diluncurkan di India.
- Buatan ahli-ahli Indonesia
- Misi:
a. Perbaikan kualitas mitigasi bencana dari satelit Lapan-A2
b. Memberikan data satelit resolusi menengah 17 meter multispectral 3 band pada daerah yang terkena bencana.
c. Menjadi alat komunikasi orari yang lebih luas, dan menggantikan potensi kerusakan telekomunikasi seluler karena terjangan bencana.

4. Satelit Lapan-B1
- Rencana diorbitkan pada 2015
- Dirancang untuk mendukung program pertanian dan ketahanan pangan.
- Mampu memprediksi musim produksi tanaman padi, pertumbuhan sawah, irigasi, pertumbuhan wilayah perkebunan, serta memantau kenaikan dan penurunan air waduk.


5. Satelit Tele-Education Satellite
- Belum jelas rencana pengorbitannya.
- Digunakan untuk mendukung pembelajaran jarak jauh
- Penggabungan pendidikan berkualitas dari perkotaan ke pedesaan.
- Termasuk penyaluran data-data terkait kesehatan, kebersihan, dari kota ke desa.

Sumber: Lapan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tahap Pertama, Pontianak Dijatah 100 Unit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler