Kamis (12/4) ini, usia mantan Wapres Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX genap satu abad. Berbagai acara dipersiapkan masyarakat Jogjakarta untuk merayakan 100 tahun raja Jogja yang semasa hidupnya mengabdikan takhtanya untuk rakyat itu. Bagaimana Sultan HB IX di mata putra-putranya?
HEDITIA DAMANIK, Jogja
SRI Sultan HB X tampak terkejut ketika Radar Jogja (Jawa Pos Group) mengajukan pertanyaan tentang sosok almarhum Sultan HB IX. Gubernur DI Jogjakarta itu berdiam sejenak sebelum memberikan komentar tentang sosok Sultan HB IX sebagai ayah sekaligus seorang raja.
"Sebagai orang tua, beliau (Sultan HB IX) selalu menyediakan diri menjadi tempat berdialog secara terbuka kepada anak-anaknya, termasuk dengan saya," kata Sultan HB X seusai menerima audiensi pengurus SPS (Serikat Perusahaan Surat Kabar) Cabang DIJ di Gedung Wilis, Kantor Gubernur Kepatihan, Senin (9/4).
Menurut raja Keraton Jogjakarta tersebut, Sultan HB IX adalah profesional. Bangsawan yang punya nama kecil Raden Mas Dorojatun (12 April 1912 - 2 Oktober 1988) itu bisa membuat garis pemisah yang tegas antara hubungan orang tua-anak dan hubungan pekerjaan.
Dia selalu bisa menjadi tempat pembelajaran yang demokratis bagi anak-anak maupun rakyatnya. "Kalau saya tidak sependapat (dengan pemikiran Sultan HB IX, Red), saya pun bisa berargumentasi mengapa saya tidak sependapat. Itu yang saya maksud mengapa beliau bisa membedakan hubungan orang tua-anak dan hubungan pekerjaan," sambung raja yang memiliki nama lahir BRM Arjuna Darpita itu.
Putra tertua Sultan HB IX dari istri KRA Widyaningrum tersebut menilai sifat keterbukaan terhadap perbedaan itu yang membuat HB IX layak menjadi tumpuan berproses bagi anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Sementara itu, putra Sultan HB IX dari istri KRA Astungkara, GBPH Yudhaningrat, memiliki cerita berkesan tersendiri tentang ayahnya. Saat duduk di kelas 1 SMA Negeri 3 Jogjakarta, lelaki bernama lahir BRM Sulaksmana tersebut sedang tergila-gila menjadi joki kuda. Karena banyak waktunya dihabiskan untuk berlatih berkuda di Alun-Alun Selatan, dia sampai tidak masuk sekolah hingga tiga bulan. Akibatnya, dia tidak naik kelas.
Yudhaningrat awalnya sangat takut dan khawatir dimarahi bapaknya. Namun, begitu ada kesempatan bertemu bapaknya, kekhawatiran itu langsung sirna. Yudhaningrat justru gembira karena bapaknya memberikan hadiah berbagai perlengkapan berkuda, seperti celana joki, helm, hingga cemeti.
Meski begitu, dia tetap dinasihati agar melaksanakan tanggung jawab untuk sekolah dengan baik. "Beliau sangat bijaksana. Sejak itu saya jadi rajin sekolah," ujar kepala Dinas Kebudayaan Pemprov DIJ ini.
Dia pun mengenang ayahnya sebagai seseorang yang menginginkan kebersamaan dalam keluarga. Ketika akan kembali ke Jakarta, Sultan HB IX biasanya mengumpulkan seluruh keluarga untuk masak bersama. Menurut dia, setiap anak punya tugas masing-masing dalam acara masak-memasak itu.
Acara tersebut juga tidak boleh diserahkan kepada abdi dalem. "Makanan kesukaan beliau itu mangut lele dan semur anak burung dara," jelas Yudhaningrat.
Menurut dia, Sultan HB IX adalah negarawan yang memiliki loyalitas tinggi terhadap NKRI. Hal itu dibuktikan dengan kesediaannya untuk tinggal lebih banyak di Jakarta daripada di Jogja.
"Bahkan, beliau pernah bilang baru akan balik ke Jogja ketika meninggal dunia. Itu akhirnya terbukti di kemudian hari," tutur anak yang mengagumi Sultan HB IX sebagai sosok pendiam, tapi bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
Yudhaningrat berharap ayahnya bisa menjadi teladan bagi masyarakat Jogja maupun Indonesia. Dirinya juga berharap agar pada peringatan seabad HB IX tersebut, masyarakat bersedia mendoakan arwah HB IX agar bisa tenang di alam sana. "Semoga beliau mendapat tempat di sisi Allah SWT," tandasnya.
Untuk menghormati dan mengenang satu abad Sultan HB IX, berbagai acara dipersiapkan pihak keraton maupun masyarakat Jogjakarta. Ritual akan diawali dengan ziarah ke makam raja Jogjakarta pada 1940-1988 tersebut di Imogiri, Bantul, sore hari ini (11/4).
Rabu besok (12/4) puncak peringatan dilangsungkan di Pagelaran Keraton mulai pukul 11.00. Peringatan yang dipimpin langsung Sultan HB X itu khusus untuk keluarga besar keraton. Pada intinya acara itu untuk mengenang dan mendoakan almarhum.
Pihak keraton juga memberikan kesempatan kepada masyarakat yang ingin memperingati satu abad Sultan IX. Di antaranya dengan pentas seni dan kebudayaan. "Jadi, seharian besok Jogja akan ramai. Dari pagi sampai sore untuk memperingati satu abad Sultan HB IX," tandasnya. (*/c2/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kiprah Lilis Mariani, Perempuan Ahli Roket Indonesia
Redaktur : Tim Redaksi