Satu Bulan Wafatnya Jiang Zemin

Oleh Darwin Iskandar*

Senin, 02 Januari 2023 – 22:44 WIB
Mantan Presiden Tiongkok Jiang Zemin meninggal dunia dalam usia 96 tahun akibat leukimia dan kegagalan multiorgan tubuh pada 30 November 2022. Foto: Reuters/Antara Foto

jpnn.com - PADA 30 November 2022, Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (PKT), Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional, Dewan Negara Republik Rakyat Tiongkok, Dewan Nasional Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat, Komisi Militer Pusat Partai Komunis Tiongkok dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) mengumumkan wafatnya Jiang Zemin.

Mantan presiden RRT itu meninggal dunia dalam usia 96 tahun akibat penyakit leukimia dan kegagalan multiorgan (CRI Online, 2022). Jiang dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Revolusioner Babaoshan Beijing pada 5 Desember 2022.

BACA JUGA: Eks Presiden Jiang Zemin Wafat, Begitu Besar Jasanya Bagi Ekonomi China

Biografi politik yang ditulis oleh Michael Wicaksono (2017:525-543) mencatat Jiang sevagai sosok yang cukup kontroversial. Namun, dalam tulisan ini, penulis mencoba merangkum biografi singkat Jiang dari obituari yang disampaikan oleh Xi Jinping pada saat Pertemuan Peringatan Kawan Jiang Zemin, satu hari setelah pemakaman Jiang (Jinping, 2022).

Jiang lahir di Kota Yangzhou, Provinsi Jiangsu pada 17 Agustus 1926. Pada musim dingin 1943, dia berpartisipasi dalam gerakan mahasiswa patriotik dan progresif yang diorganisasi oleh PKT.

BACA JUGA: Komunis Kucing

Hingga pada April 1946, Jiang bergabung ke PKT. Pascakemerdekaan RRT, PKT menugaskan Jiang bekerja di perusahaan negara, lembaga penelitian ilmiah, kementerian, dan komisi nasional.

Pada Kongres ke-12 PKT, Jiang terpilih sebagai anggota Komite Sentral PKT. Selanjutnya, Jiang menjabat wali kota Shanghai, wakil sekretaris, dan sekretaris Komite Partai Kota Shanghai pada 1985.

BACA JUGA: Kerelaan Anda

Pada saat Komite Sentral ke-13 PKT menggelar sidang pleno pertama, Jiang terpilih sebagai anggota Politbiro Komite Sentral PKT. Namun, kekacauan politik terjadi di Tiongkok pada pergantian musim semi dan musim panas 1989.

Jiang yang berupaya menjaga stabilitas Kota Shanghai dengan tegas mendukung dan menerapkan keputusan Komite Sentral PKT untuk mengambil sikap yang jelas melawan kekacauan, mempertahankan kekuatan negara sosialis RRT, dan menjaga kepentingan fundamental rakyat.

Jiang juga secara efektif menjaga stabilitas Kota Shanghai dengan mengandalkan dukungan solid dari seluruh anggota partai, pejabat, dan warga kota.

Pada Juni 1989, Jiang terpilih sebagai anggota Komite Tetap Biro Politik Komite Sentral PKT dan Sekretaris Jenderal Komite Sentral PKT pada Sidang Pleno Keempat Komite Sentral ke-13 PKT. Ketika Jiang mengambil posisi kepemimpinan inti PKT dan Tentara Pembebasan Rakyat (TPR), Tiongkok sedang menghadapi tekanan eksternal dan kesulitan internal yang serius.

Pada saat itu Jiang dengan tegas menyatakan, “Demi kepentingan partai dan rakyat, saya akan mengabdikan diri sampai mati”.

Pada November 1989, Sidang Pleno Kelima dari Komite Sentral ke-13 PKT memutuskan Jiang menjabat ketua Komisi Militer Pusat PKT.  Saat Tiongkok dan gerakan komunis internasional mengalami gejolak pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, Jiang berhasil menstabilkan reformasi dan pembangunan Sosialisme Berkepribadiaan Tiongkok.

Selama masa kepemimpinanya, Jiang mampu mengatasi kesulitan dan risiko di bidang politik, ekonomi, dan bencana alam. Jiang berhasil menahan dampak krisis keuangan di Asia dan mengatasi bencana banjir pada 1998.

Jiang memimpin kepemimpinan kolektif pusat selama 13 tahun antara Sidang Pleno Keempat Komite Sentral ke-13 PKT hingga Kongres ke-16 PKT dengan menjunjung tinggi panji-panji Marxisme-Leninisme, pemikiran Mao Zedong, dan teori Deng Xiaoping.

Jiang berjasa dalam memformulasikan ekonomi pasar sosialis dan Pikiran Penting Tiga Butir Mewakili. Jiang berhasil mewujudkan kembalinya Hong Kong dan Makau, prinsip Satu-Tiongkok, serta dengan penuh semangat berjuang melawan pemisahan diri dan kemerdekaan Taiwan.

Pada 2004, Jiang secara sukarela mengundurkan diri dari jabatan ketua PKT dan Komisi Militer Pusat. Setelah pensiun, Jiang mendukung kebijakan Komite Sentral PKT dalam membangun Sosialisme Berkepribadian Tiongkok dan dengan tegas mendukung pembangunan PKT yang bersih dan jujur.

Pikiran Penting Tiga Butir Mewakili
Pada 8 November 2002, Jiang menyampaikan laporan berjudul 'Membangun Masyarakat Cukup Sejahtera di Segala Bidang dan Menciptakan Situasi Baru untuk Mencapai Sosialisme Berkepribadian Tiongkok; di depan delegasi Kongres PKT ke-16.

Jiang menawarkan pemikirannya yang disimpulkan menjadi Tiga Mewakili (Sange Daibiao) yang menurutnya merupakan warisan dan perkembangan dari Marxisme-Leninisme, Pikiran Mao Zedong, dan Teori Deng Xiaoping.

Kongres ke-16 PKT akhirnya memasukkan Pikiran Penting Tiga Mewakili sebagai ideologi penuntun PKT dalam Konstitusi PKT, selain Marxisme-Leninisme, Pikiran Mao Zedong, dan Teori Deng Xiaoping (Zemin, 2002). Kemudian pada 2004, Teori Tiga Mewakili dimasukkan ke dalam perubahan konstitusi negara.

Dengan demikian, Pikiran Penting Tiga Butir Mewakili menjadi ideologi pedoman nasional (China Keywords Online, 2018).
Tesis Tiga Mewakili ini sebenarnya sudah mulai dikaji sejak Sidang Pleno Keempat dari Kongres Nasional ke-13 PKT pada 23-24 Juni 1989 di Beijing.

Selama kunjungan Jiang ke Provinsi Guangdong pada Februari 2000, dia mengajukan gagasannya tentang Teori Tiga Mewakili, yaitu PKT harus mampu menjadi perwakilan dari: pertama, tren pengembangan kekuatan produktif yang maju; kedua, orientasi budaya maju; dan ketiga, kepentingan mendasar dari mayoritas rakyat Tiongkok.

Jiang kembali menyampaikan tesisnya itu secara sistematis pada saat perayaan ulang tahun ke-80 PKT pada Juli 2001 (Zemin, 2002).

Xi Jinping sewaktu menjabat sebagai Wakil Presiden RRT, anggota Dewan Harian Politbiro Komite Sentral PKT, dan juga Direktur Sekolah Partai Komite Sentral PKT, menilai Pikiran Penting Tiga Mewakili merupakan penghubung dari teori sebelumnya dengan teori selanjutnya dari Sistem Teori Sosialisme Berkepribadian Tiongkok (Jinping, 2008:5). Jinping menyampaikan penilaiannya itu pada saat pembukaan Angkatan Belajar Musim Semi 2008 Sekolah Partai Komite Sentral PKT.

Berbeda dengan Xi, Suar Suroso (2015:269-270) yang pernah menjadi Sekretaris DPP Pemuda Rakyat pada 1956 menafsirkan Teori Tiga Mewakili menjadi negasi terhadap teori-teori sebelumnya. Tesis Jiang itu menjadi hasil dari penyimpulan pengalaman dalam pembangunan Sosialisme Berkepribadiaan Tiongkok di awal abad ke-21.

Teori Deng Xiaoping diperkaya dengan Teori Tiga Mewakili Jiang Zemin. Hukum negasi dari negasi berlaku dalam perkembangan Teori Sosialisme Berkepribadian Tiongkok.

Berdasarkan penyimpulan pengalaman praktik pembangunan sosialisme di Tiongkok, muncullah rumusan baru melengkapi yang lama. Teori lama tidak ditinggalkan atau dibuang.

Menurut Suroso, Marxisme dari perspektif filsafat ilmu pengetahuan tidaklah mandek, tetapi berkembang terus. Pandangan Xi dan Suroso di atas bisa saja dianggap sebagai bentuk rasionalisasi ideologi Marxisme-Leninisme di Tiongkok, seperti halnya Mao mesinifikasikan Marxisme melalui jalan “Desa Mengepung Kota”, “Perang Revolusi Agraria” dan “Demokrasi Tipe Baru” yang dianggap menyimpang dari Marxisme.

Namun, seperti yang disampaikan oleh Jiang ketika meyakinkan kelompok konservatif, Marxisme itu bukan dogma. Menurutnya, kebijakan ditentukan berdasarkan realita kondisi negara (Kuhn, 2010:97) atau seperti yang diajarkan oleh Mao tentang “mencari kebenaran dari kenyataan”, yaitu menemukan kebenaran melalui praktik dan melalui praktik menguji serta mengembangkan kebenaran.

Menurut Suar (Suroso, Op. Cit., 376), mencari kebenaran dari kenyataan adalah dasar dari ideologi Marxisme. Upaya sinifikasi Marxisme atau menerapkan Marxisme sesuai dengan syarat?syarat objektif Tiongkok juga dilakukan oleh para pemimpin Tiongkok pasca Mao.

Teori Tiga Mewakili yang digagas oleh Jiang sebagai jawaban atas pertarungan geopolitik internasional saat itu, terpuruknya perekonomian Tiongkok akibat konflik dalam negeri khususnya Peristiwa Tiananmen 1989, dan runtuhnya Uni Soviet dan negara-negara satelitnya (Zemin, Op. Cit. 2002).

Dalam pertarungan geopolitik internasional pada saat itu, Amerika Serikat menggunakan dalih Peristiwa Tiananmen untuk meminta kepada lembaga-lembaga pinjaman internasional agar menunda memberikan pinjaman hutang baru kepada Tiongkok. Bagi RRT, pinjaman baru menjadi stimulus dalam pembangunan reformasi dan keterbukaan mereka.

Implikasi dari tindakan lembaga-lembaga ekonomi negara-negara Barat ini menyebabkan merosotnya nilai ekspor dan meningkatnya defisit perdagangan RRT pada 1989 (Dittmer, 1990:37-38). Barry Naughton (2009:15) menilai Peristiwa Tiananmen memicu perubahan pola perekonomian dan politik RRT ke depan.

Faktor dalam negeri yang menjadi pemicu lahirnya gagasan Teori Tiga Mewakili adalah perdebatan teoritis pembangunan sosialisme di antara elite PKT. Pada awal-awal kepemimpinan Jiang, faksi konservatif pada saat Kongres ke-13 PKT (Desember 1990) menilai pecahnya Peristiwa Tiananmen disebabkan RRT menempuh jalan reformasi dan keterbukaan.

Jalan itu, menurut mereka, akan menjadikan RRT sebagai negara kapitalis. Bagi Chen Yun yang menjadi representasi dari faksi konservatif, ekonomi pasar telah merusak ideologi sosialisme (Kuhn, 2010:75).

Faksi konservatif meminta kepada Jiang sebagai pemimpin RRT yang baru untuk menghentikan program reformasi dan keterbukaan. Pandangan faksi konservatif ditentang oleh Deng ketika ia pada 18 Januari sampai 21 Februari 1992 melakukan perjalanan ke wilayah selatan Tiongkok.

Deng mengecam faksi konservatif yang dianggap membahayakan proses pembangunan sosialisme di Tiongkok. Deng menganggap faksi konservatif lebih berbahaya dibandingkan faksi liberal.

Oleh karena itu, Deng meminta Jiang menurunkan posisi para petinggi PKT yang tidak mempromosikan reformasi dan keterbukaan. Deng juga memaksa Jiang untuk mendukung dan meneruskan program reformasi dan keterbukaan (Xiaoping, 1994:362-363).

Setelah Jiang mengikuti saran Deng, tugasnya selanjutnya ialah meyakinkan faksi konservatif untuk meneruskan program reformasi dan keterbukaan. Jiang menyiapkan argumentasi yang tepat untuk meyakinkan faksi konservatif.

Keruntuhan dan disintegrasi Uni Soviet serta bubarnya negara-negara sosialis di Eropa Timur dijadikan alasan oleh Jiang untuk meyakinkan faksi konservatif. Berdasarkan penelitiannya, keruntuhan dan disintegrasi Uni Soviet disebabkan pengabaian atas reformasi.

Dengan alasan itulah Jiang berhasil meyakinkan faksi konservatif (Kuhn, Op. Cit. 2010:76).  Teori Tiga Mewakili pun menjadi penghubung antara Pikiran Mao Zedong dengan Teori Deng Xiaoping.

Tanpa adanya tesis Jiang itu, perekonomian Tiongkok tidak mungkin bisa seperti yang dinikmati oleh rakyat RRT saat ini. Apabila Jiang menempuh jalan antireformasi dan keterbukaan yang menjadi pandangan faksi konservatif, bisa saja perekonomian Tiongkok tidak ada bedanya dengan negara-negara sosialis lainnya seperti Kuba maupun Korea Utara.

Meskipun tidak runtuh seperti Uni Soviet, Tiongkok diisolasi oleh negara-negara kapitalis Barat dan sekutu-sekutunya. Ekonomi politik yang diterapkan oleh RRT pada masa kepemimpinan Jiang diformulasikan dalam terminologi Ekonomi Pasar Sosialis.

Pada Kongres Nasional ke-14 PKT, Jiang menguraikan secara singkat tentang Ekonomi Pasar Sosialis yang menurutnya telah diadvokasi oleh pemimpin PKT Generasi Kedua sejak Kongres ke-11 PKT. Pada Kongres PKT ke-12 telah dirumuskan bahwa perencanaan adalah yang utama dan regulasi pasar merupakan hal sekunder.

Kemudian pada Sidang Paripurna Ketiga, Komite Sentral PKT mengambil kesimpulan bahwa ekonomi komoditas adalah tahap yang tidak dapat dilewati dalam pembangunan sosial ekonomi. Ekonomi sosialis Tiongkok adalah ekonomi komoditas terencana berdasarkan kepemilikan publik.

Kesimpulan itu dipertegas kembali pada Kongres Nasional PKT ke-13 yang di dalamnya menyatakan bahwa ekonomi komoditas terencana sosialis harus menjadi sistem yang mengintegrasikan perencanaan dengan regulasi pasar (Zemin, 1992).

Oleh karena itu, menurut Jiang, PKT harus secara tepat mengenali dan menangani hubungan antara perencanaan dan pasar, serta menjadikan Teori Deng Xiaoping tentang Sosialisme Berkepribadiaan Tiongkok sebagai pedoman PKT.

Jalan yang ditempuh oleh PKT membangun sosialisme melalui pasar, menurut Ketua Komite Sentral Partai Komunis Jepang Fuwa Tetsura (2002:2-5), sebenarnya juga dilakukan oleh V.I. Lenin dalam menerapkan Kebijakan Ekonomi Baru yang dimulai pada Maret 1921.

Lenin pada awalnya menolak mengadopsi ekonomi pasar dengan mengadopsi kebijakan “pertukaran hasil produksi” yang mengatur petani untuk membarter jagung dengan komoditas industrial dan produk lainnya dari perkotaan. Akan tetapi, kebijakan ekonominya itu tidak berhasil.

Maka pada Oktober 1921, Lenin mengadopsi ekonomi pasar sebagai suatu keharusan dalam pembangunan awal sosialisme di Uni Soviet. Lima tahun pascakematian Lenin, Joseph Stalin mengganti Kebijakan Ekonomi Baru menjadi “Kolektivisasi Pertanian” yang memaksa petani mengumpulkan gandum mereka untuk diberikan kepada negara.

Pengenalan ekonomi pasar di Uni Soviet diperkenalkan kembali oleh Mikhail Sergeyevich Gorbachev. Dengan demikian, menurut Tetsura, Lenin adalah pemimpin Uni Soviet pertama yang mengangkat persoalan ekonomi pasar dan sosialisme.

Kapitalis Dalam Tubuh Partai
Sistem Ekonomi Pasar Sosialis berimplikasi terhadap perusahaan-perusahaan milik negara. Menurut penelitian Toshiki Kanomori dan Zhao Zhijun (2004:29), jumlah perusahaan milik negara mengalami penurunan dari 1.547.190 pada 1992, menjadi 1.049.700 pada 2003.

Jumlah perusahaan kolektif mengalami penurunan dari 4.159.417 pada 1992, menjadi 1.625.500 pada 2003. Adapun jumlah perusahaan asing meningkat dari 84.317 pada 1992, menjadi 226.373 pada 2003.

Perusahaan swasta pada 1992 yang berjumlah 139.633, meningkat 30 kali lipat menjadi 3.005.524. Dengan demikian, perusahaan swasta telah mendominasi perekonomian RRT sejak dibukanya program reformasi dan keterbukaan.

Perusahaan swasta juga paling banyak menyerap sektor tenaga kerja. Pada 1989, sektor swasta hanya menyerap 1,6 juta tenaga kerja.

Namun, pada 2003, daya serap perusahaan swasta mengalami kenaikan sebesar 43 juta orang (Ibid., 34). Dengan komposisi seperti itu, sektor swasta memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap pembangunan tenaga produktif di RRT.

Tidak mengherankan apabila PKT pada 2002 membuka keanggotaan partai dari kalangan kapitalis nasional (Ibid., 7-8). Alasan diterimanya kapitalis nasional sebagai anggota dan kader PKT disampaikan oleh Jiang pada Kongres ke-16 PKT.

Menurut Jiang, para kapitalis nasional telah memberikan fungsi pendorong sangat penting dalam perkembangan ekonomi masyarakat di RRT. Peran kapitalis nasional sejajar dengan peran yang diberikan oleh proletar dan petani dalam pembangunan Sosialisme Berkepribadiaan Tiongkok (Zemin, Op. Cit. 2002).

Selain itu, PKT juga mengalami krisis rekrutmen yang menjadi alasan lainnya bagi Jiang untuk merekrut kapitalis nasional. Data statistik memperlihatkan keanggotaan PKT pada 1991 didominasi oleh generasi tua dan berpendidikan tidak tinggi (Gungwu dan Yongnian, 2003:200).

Menariknya, survei yang dilakukan pada 1990-an menunjukkan petani muda di Distrik Ning, Provinsi Gansu, tidak tertarik menjadi anggota PKT. Alasan mereka ialah menjadi anggota PKT tidak memberikan keuntungan ekonomi bagi mereka.

Begitu juga dengan para pekerja yang enggan menjadi anggota PKT. Dalam survei yang dilakukan di Provinsi Hunan, hanya sekitar 9,4 persen pekerja di sana yang ingin bergabung dengan PKT (Ibid., 193).

Dengan fakta-fakta seperti itu, akan sulit bagi PKT untuk meningkatkan tenaga produksi dalam upaya memodernisasi sosialisme di RRT. PKT membutuhkan keanggotaan yang berasal dari tenaga-tenaga muda terdidik dan terampil yang akan dididik menjadi kader partai yang merah dan ahli.

Teori Tiga Mewakili menjadi alasan logis bagi PKT untuk memasukkan kapitalis nasional sebagai anggota dan kader PKT. Akan tetapi, menurut penelitian Gungwu dan Yongnian (Ibid, 195), para kapitalis nasional sebagai anggota dan kader PKT tidak dapat memegang posisi penting dalam tubuh PKT.

Kebijakan politik PKT ini masih diwarisi hingga kepemimpinan PKT Generasi Kelima saat ini.(***)

*Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sidang DPR


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler