Belum diketahui secara pasti motif pembantaian satu keluarga di ini, namun kuat dugaan karena perampokan.
Para korban pembunuhan tersebut adalah Patar Ginting (50), Istrinya Handayani (45) dan anak perempuan mereka Aisyah Ginting (7). Mayat Patar ditemukan duduk di teras rumahnya, dengan luka bacok di kepala, leher dan dagu.
Mayat Handayani ditemukan di kamar mandi lama kondisi tanpa celana, dengan luka di perut dan leher. Sedangkan, mayat sang anak ditemukan di ruang tengah dalam kondisi luka sabetan di leher.
Peristiwa pembunuhan sadis tersebut tidak diketahui warga secara pasti, sebab rumah korban berada jauh dari rumah penduduk lainnya. Warga Dusun Pondok Tengah mengetahui pembunuhan setelah adanya pemberitahuan dari Pastina Beru Barus (56) yang tinggal di belakang rumah korban kepala dusun. Dengan cepat, kepala dusun melapor ke kepala desa dan selanjutnya melapor ke Mapolsek Namorambe.
Berita pembunuhan tersebut langsung tersebar ke seluruh warga Namorambe. Karena itu, dalam sekejab, warga Namorambe langsung berduyun-duyun mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP). Beberapa orang ibu-ibu langsung mengelarkan air mata begitu melihat kondisi keluarga Patar Ginting yang berprofesi sebagai tukang kusuk refleksi tersebut.
"Kami juga kaget begitu mendengar kabar kalau keluarga Patar dibantai di rumahnya. Kami menduga motif pembunuhan ini adalah perampokan, sebab Patar merupakan orang baik. Setahu kami warga disini, dia tidak pernah memiliki musuh, karena orangnya juga sangat baik," ujar Rosma Beru Pandia (45) di lokasi kejadian kepada Sumut Pos.
Beru Pandia mengatakan, sosok Patar merupakan orang baik dan suka menolong orang. Sebagai tukang kusuk refleksi, Patar dikatakan tidak pernah mematok besar tarif kepada pasiennya, tapi sukarela dengan cara memasukkan ke kotak infak yang telah disediakan di tempat pengobatannya. "Saya juga sudah dua kali diobatinya dan langsung sembuh," katanya.
Sementara itu, Pastina Beru Barus ketika ditemui di Mapolsek Namorambe mengatakan, kejadian pembunuhan tersebut diperkirakan sekitar pukul 03.00 WIB.
Dijelaskan, saat kejadian, listrik di rumahnya dan rumah Patar tiba-tiba padam. Dia pun keluar untuk menghidupkan stopkontak di meteran listriknya. Tiba-tiba dia mendengar suara jeritan Handayani dari rumahnya.
"Malam sebelum kadian, lampu rumah saya dan rumah Patar itu juga padam. Tapi, saat itu tidak ada kejadian apa-apa. Saya keluar untuk mengecek stopkontaknya. Stopkontaknya memang dibalikkan. Setelah saya hidupkan, saya menuju ke depan dan bertemu dengan juga dengan istri Patar yang juga keluar untuk menghidupkan lampu rumahnya. Saat itu, kami sempat bertemu dan heran mengapa lampu dirumah kami mati tiba-tiba. Tapi memang tidak ada firasat. Kami menduga mungkin karena daya tariknya kuat, sehingga stopkontaknya balik," jelasnya.
Begitu juga saat kejadian, Pastina Beru Barus mengatakan bahwa listrik mereka padam secara tiba-tiba. Tapi, situasinya berbeda. Setelah menghidupkan lampu rumahnya, dia mendengar jeritan Handayani dan keributan di rumah Patar. Saat itu juga, Pastina membangunkan putranya Peristiwa (16) untuk melakukan pengecekan ke depan.
Dari samping rumah Patar, ibu dan anak ini melihat sebuah mobil terparkir di jalan dalam kondisi lampu hidup. Tapi, secara tiba-tiba dia melihat beberapa bayangan orang datang mengejar. Karena ketakutan, ibu dan anak ini pun langsung berlari ke arah hutan untuk bersembunyi.
"Begitu mendengar suara jeritan kesakitan dari Handayani aku membangunkan Peristiwa untuk melakukan pengecekan. Kami melihat sebuah mobil berhenti di jalan depan Rumah Patar itu. Tapi, belum sampai di depan,ada bayangan beberapa orang yang ingin mengejar kami. Langsung kutarik tangan anakku untuk berlari ke hutan guna bersembunyi," paparnya.
Ditambahkan, beberapa orang dari pelaku juga ikut mengejar dirinya dan anaknya. Tapi, mungkin karena kehilangan jejak, pelaku pun kembali ke mobilnya dan pergi.
"Kami bersembunyi di jurang yang dibelakang itu. Baru tadi pagi kami berani keluar dan menemukan Patar dan keluarganya sudah tidak bernyawa. Saya pun langsung melapor ke kepala dusun dan kepala desa baru ke kantor polisi ini," ucapnya.
Pihak kepolisian dari Polsek Namorambe, Polres Deli Serdang dan Polda Sumut pun langsung turun ke lokasi. Dua ekor anjing pelacak dan tim Inafis pun dikerahkan untuk menyelidiki kasus ini.
Saat polisi melakukan penyelidikan, selain di rumah korban yang dipenuhi bercak darah, ditemukan juga bekas darah di batang pohon pisang yang berada di belakang rumah korban. Kotak infak yang sudah kosong ditemukan di bawah pohon durian.
Kapolres Deli Serdang AKBP Dicky Patrianegara di lokasi kejadian menyatakan, berdasarkan penyelidikan awal, pembunuhan ini diduga terjadi pada Minggu dinihari, sekitar pukul 04.00 WIB. Diduga pelaku mematikan listrik sehingga memancing korban untuk keluar, dan seterusnya dibunuh.
"Pelaku sengaja mematikan listrik untuk memancing korban keluar. Begitu keluar, pelaku langsung membacok kepala korban. Kemungkinan pelaku lebih dari satu orang, ini masih penyelidikan. Ada tiga saksi yang sudah kita mintai keterangan," kata Dicky.
Dicky menyatakan, dugaan sementara kasus merupakan perampokan. Pelaku mengambil kotak infak yang diduga berisi sekitar Rp 5 juta, yang disimpan di rumah korban. Kotak infak itu merupakan tempat donasi yang diberikan tamu untuk jasa Patar yang merupakan tukang kusuk dan "orang pintar".
Kotak infak yang sudah kosong itu ditemukan tak jauh dari lokasi kejadian. Sejumlah perhiasan juga diduga diambil pelaku, sebab kondisi lemari yang acak-acakan.
Kapolres berjanji akan mengungkap kasus ini hingga tuntas dengan menangkap pelaku. Kajadian ini dikatakan pembunuhan sadis. Selain itu, Kapolres mengatakan korban merupakan orang baik yang suka membantu warga.
"Dari keterangan warga, korban merupakan orang baik yang suka membantu. Doakan kami untuk bisa mengungkap kasus ini," harapnya. Ketiga mayat korban ini pun dibawa ke Rumah Sakit Adam Malik Medan untuk diotopsi. (mag-7)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ganja Sedang Ngetrend di Wilayah Jabar
Redaktur : Tim Redaksi