Itu dikatakan pekerja sosial Kementerian Sosial, Ary Fany Lujiandany saat dijumpai INDOPOS di Panti Asuhan Bina Remaja Mandiri Jalan Kramat Benda RT 03/027, Kelurahan Baktijaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Rabu (26/12) sore. ”Raehan dan kedua kakaknya mengalami gizi buruk. Itu kami ketahui setelah datang ke rumah mereka beberapa waktu lalu,” terangnya.
Dia juga mengaku tidak sanggup melihat kondisi saudara-saudara Raehan tersebut. Menurutnya juga, Slamet pernah dirawat di Panti Pemulihan Gizi di Kecamatan Sukmajaya. Pihaknya juga sempat melakukan rekam medis kepada kedua saudara Raehan itu. Hasilnya sangat mengejutkan, Slamet rupanya juga mengalami penyakti tubercolosis (TB) dan kelainan kromosom gen.
Kedua penyakit itu diketahui setelah dilakukan uji CT scan. Kedua uji kesehatan ini dilakukan untuk menjalani pemeriksaan psikologis bagi keluarga Raehan. Sedangkan Sarah akan melakukan uji CT scan pada Kamis pekan depan. ”Ibu anak ini memang mengalami gangguan jiwa. Itu bisa menular. Kasus ini diketahui pada November 2012 atas laporan Panti Pemulihan Gizi Sukmajaya,” cetusnya juga.
Ary-sapaan Ary Fany Lujiandany, mengaku saat ini pihaknya fokus menangani Raehan dulu karena dia balita. ”Anggota keluarga Raehan sudah mendapatkan Jamkesda,” ungkapnya lagi. Aryjuga mengatakan dari hasil rekam medis yang dilakukan pihaknya menyatakan Raehan mengalami celebral palsy atau gejala kelumpuhan otak serta epilepsi.
Itu terjadi lantaran polah asuh salah yang dilakukan sang ayahnya Tarmid, 40 yang bekerja sebagai pemulung. ”Petugas UPT Puskesmas Sukmajaya melakukan pemeriksaan pada Raehan sebulan sekali. Keduanya juga diberikan vitamin dan suplemen. Tarmid tinggal bersama tujuh pemulung lainnya yang sudah berkeluarga. Mereka tinggal di lapak milik bosnya,” cetusnya lagi.
Dari delapan pemulung itu hanya anak-anak Tarmid yang mengalami gizi buruk. ”Anak-anak pemulang lainnya bisa diasuh karena ibunya ada. Sedangakn Raehan dan kakaknya tidak diasuh ibunya,” jelas alumnus IISIP Jakarta ini. Hal serupa ikut disampaikan pekerja Panti Asuhan Bina Remaja Mandiri bernama Yanti. Dia membenarkan, jika UPT Puskesmas Sukmajaya setiap bulan memberikan bantuan kepada Raehan.
Yakni, berupa 28 bungkus biscuit dan susu untuk kebutuhan satu bulan. Selain makanan itu, pihaknya juga memberikan bubur tim dan nasi kepada balita penginap gizi buruk warga Kota Depok ini. ”Awal masuk ke panti berat Raehan 5,4 kg dan setelah mendapatkan penanganan beratnya naik 9,8 kg,” ungkapnya juga.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dineks) Kota Depok Hardiono membantah jika kedua balita gizi buruk itu tidak ditangani jajarannya. Pasalnya, keduanya sudah ditangani Puskesmas Sukmajaya. Namun, pemilik panti belum bersedia agar kedua balita itu dirawat.
”Kami meminta agar pihak Puskesmas Sukmajaya meminta kepada pemilik panti agar kedua balita itu dirawat. Kalau enggak mau, harusnya bikin surat penolakkan,” terangnya kepada INDOPOS. Hardiono mengungkapkan, bahwa pihak panti memahami sulitnya menangani kasus gizi buruk.
”Ini bagian kepedulian Pemkot Depok terhadap warganya. Saya perintahkan dua balita gizi buruk itu dibawa ke Panti Pemulihan Gizi Sukmajaya dan dirawat di sana. Tenaga dokter ada, penyuluh gizi ada. Saya yakin setelah dirawat lebih dari 2 mingguan pasti kondisinya membaik. Kalau ada penyakit penyerta akan kami rujuk ke RSUD untuk diobati,” cetusnya juga.
Sedangkan, Kepala UPT Puskesmas Sukmajaya, Wahyudin mengatakan pihaknya sudah melakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita gizi buruk tersebut. Pihaknya juga telah menganjurkan agar kedua balita itu dirawat di puskesmas. ”Pihak panti belum bersedia karena tidak ada yang menjaga,” ujarnya. (cok)
BACA ARTIKEL LAINNYA... ABG Tewas Terlindas Truk
Redaktur : Tim Redaksi