Satu Keluarga Positif COVID-19 Menolak Bantuan Pemkot Surabaya, Terungkap Alasannya

Selasa, 02 Juni 2020 – 13:58 WIB
Petugas puskesmas mendistribusikan makanan untuk warga berstatus ODP, PDP, dan OTG COVID-19 di Kota Surabaya. FOTO: ANTARA/HO-Humas Pemkot Surabaya

jpnn.com, SURABAYA - Satu keluarga muda warga Kenjeran, Kota Surabaya, Jatim, dinyatakan positif COVID-19 berdasarkan hasil tes swab.

Satu keluarga yang terpapar corona itu terdiri suami istri serta tiga anaknya. Hanya satu anaknya yang tidak terjangkiti virus corona jenis baru itu.

BACA JUGA: Khofifah Indar Parawansa: Kami Turut Berdukacita Sedalam-dalamnya

Mereka menolak bantuan berupa makanan dari Pemkot Surabaya.

"Saya dicurhati istri dari keluarga muda itu. Kebetulan saya kenal. Mereka memutuskan menolak bantuan dari pemkot supaya bisa digunakan untuk keluarga lain yang membutuhkan," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti saat dicurhati oleh istri dari keluarga muda yakni Lina Riskiyanti Kisworo di Surabaya, Selasa (2/6).

BACA JUGA: Kabar Baik dari Magetan, Sungguh Bikin Lega, Lihat Datanya

Menurut Reni, pada awalnya suami istri di keluarga muda tersebut dinyatakan reaktif berdasarkan tes cepat (rapid test) dari puskesmas setempat.

Petugas puskesmas mengusulkan mereka berlima untuk ikut tes swab lewat jalur Dinkes Surabaya. Hanya saja belum bisa dipastikan kapan jadwalnya.

BACA JUGA: Serius Bro, Rizal Ramli Menyebut Presiden Jokowi Bijaksana

Untuk memastikan keluarga muda positif atau negatif, kata Reni, akhirnya si suami memutuskan semua anggota keluarga melakukan swab mandiri di Rumah Sakit Premier Surabaya.

Hasilnya suami istri beserta tiga dari empat anaknya dinyatakan positif.

Tiga anak yang dinyatakan positif yakni anak kelas 5 (11 tahun), kelas 2 (8 tahun) dan usia 5 tahun.

Sedangkan anak bungsu perempuan berumur 3 tahun dinyatakan negatif.

"Ayahnya kemudian menjalani perawatan medis di salah satu rumah sakit Surabaya, sedangkan ibu dan anak-anaknya isolasi mandiri di rumah," ujarnya.

Selain itu, kata Reni, keluarga tersebut menolak bantuan dari Pemkot Surabaya berupa makanan setiap hari selama isolasi mandiri di rumahnya supaya bantuan itu bisa digunakan untuk keluarga lain yang membutuhkan.

Alasan lain, cara mengantar makanan dilakukan oleh petugas yang memakai pakai baju alat pelindung diri (APD) sehingga menjadi kurang nyaman dan tidak enak jika dilihat tetangganya.

Selama isolasi mandiri di rumah, keluarga tersebut disiplin mematuhi protokol kesehatan sehingga hasil swab yang kedua dari lima anggota keluarga dinyatakan negatif.

"Saya jadi mengikuti masa masih sedih selama Ramadan. Semoga sehat-sehat selalu keluarganya," katanya.

Dia katakana, yang bisa diambil pelajaran dari kisah warga tersebut adalah tenang, disiplin isolasi mandiri dan keyakinan bahwa setiap sakit akan Allah sembuhkan.

Selain itu, peran ibu sangat penting membuat semua anggota keluarga optimistis dan akhirnya selamat sembuh atas izin-Nya.

"Kisah itu inspiratif bisa memperkuat imun warga yang mengikuti kisahnya agar tidak menyepelekan COVID-19 namun juga tidak takut berlebihan," katanya.

Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya Febria Rachmanita sebelum mengatakan pihaknya memberikan perhatian khusus pada anak-anak yang terpapar COVID-19.

Febria menjelaskan untuk anak yang terpapar COVID-19 akan mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Mereka akan diarahkan ke ruang anak dan mendapat penanganan khusus dari dokter spesialis anak.

Menurutnya, sebagian anak-anak tersebut tertular karena orang tuanya maupun anggota keluarga lainnya.

"Mereka bisa tertular dari orang tua atau pun keluarganya," katanya.

Ia menyebut ada sekitar 127 anak di Ibu Kota Provinsi Jawa Timur terpapar virus corona jenis baru atau COVID-19.

Dari angka tersebut, 36 anak di antaranya berusia 0-4 tahun. Lalu, 91 kasus lainnya adalah anak dengan usia 5-14 tahun. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler