Satu Keluarga Tewas Tertimbun Longsor

Rabu, 16 Januari 2013 – 07:30 WIB
BOGOR - Hujan deras yang mengguyur wilayah Bogor dan kawasan Puncak, Cisarua, mengakibatkan tebing setinggi 35 meter milik Pusat Diklat (Pusdiklat) Security Group Artha (SGA) longsor dan menimbun empat rumah dan masjid di Kampung Legok Bagong, RT 06/02, Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Selasa (15/1) pagi.

Dalam peristiwa longsornya tebingan tersebut sekitar pukul 05.45 wib, pada saat hujan deras mengakibatkan enam orang penghuni rumah tewas karena tertimbun reruntuhan rumah dan ribuan kubik tanah. Keenam korban tewas tersebut adalah Hendi (12), Haris (55), dan empat korban lainya merupakan satu keluarga yakni Karminah alias Inem (45), dan ketiga anaknya Robi (15), Roni (17) dan Ita (11). Sementara korban selamat dan mengalami luka parah yakni Udin (60), dan Ira (12).

Kapolsek Megamendung, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Dikdik Kurnianto mengungkapkan bencana longsor itu bermula saat seluruh penghuni rumah baru bangun tidur dan hendak beraktifitas. Namun saat itu kondisi cuaca tengah diguyur hujan beasar. "Tiba-tiba terdengar suara gemuruh, dan langsung menimbun rumah mereka," terang Kapolsek disela-sela evakuasi korban.

Sementara itu Wawan (54), kerabat Maman (48), menuturkan, saat kejadian Maman tidak berada di rumah karena sedang bekerja sebagai sopir mobil boks dari Cipanas ke Jakarta.

"Saat longsoran itu menimbun rumah tersebut saya langsung menghubungi Maman, agar segera pulang tanpa memberi tahu apa yang terjadi. Setelah Maman tiba dilokasi baru saya beri tahu bahwa istri dan tiga anaknya masih tertimbun," ungkapnya.

Berdasarkan pantauan, proses evakuasi yang dilakukan Tim Search And Rescue (SAR) gabungan berhasil mengevakuasi lebih awal jasad Hendi dan Haris pada pukul 07.00 WIB. Sedangkan jasad Inem, Robi, Roni dan Ita berhasil dievakuasi dari timbunan tanah dan puing bangunan sekitar pukul 13.00 WIB.

"Para korban ditemukan secara terpisah, dengan posisi sebagian besar tertelungkup, setelah petugas gabungan melakukan evakuasi selama 7 jam dengan menggunakan alat seadanya seperti, cangkul dan linggis," terang Kepala Desa Cipayung, Cucu Budiawan

Ia menambahkan sebelumnya dilokasi tersebut tidak pernah terjadi longsor. Pihaknya menduga longsor kali ini disebabkan, tidak berjalannya sistem drainase bangunan vila yang ada diatas.

"Kami sempat melakukan pengamatan dan meminta keterangan warga, longsor terjadi karena selokan di Vila atau Pusdiklat Security Group Artha yang berada diatas pemukiman penduduk mampat karena sampah. Sehingga air meluap dan merembes ke tanah," tegasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Yos Sudrajat mengaku pihaknya masih melakukan kordinasi dengan sejumlah instansi terkait, dalam penanganan musibah bencana longsor ini. "Yang jelas saat ini kita lakukan tanggap darurat dan melakukan evakuasi korban tewas maupun luka-luka. Setelah itu baru kita petakan dan langkah apa saja yang mesti dilakukan agar tidak terjadi longsor susulan," katanya.

Menurutnya proses evakuasi sempat terkendala dengan kondisi medan yang terjal, sehingga menyulitkan tim SAR dalam melakukan pencarian dan pengangkatan jenazah. "Lokasi longsoran susah ditembus karena lokasinya berada dilembah dan dekat dengan bantaran kali ciesek yang merupakan anak sungai ciliwung,"terangnya.

Ia menambahkan, dengan kondisi tersebut tim gabungan akihirnya melakukan  evakuasi dilakukan secara manual tanpa bantuan alat berat. Karena lokasi longsor sendiri berada dibawah tebing, "Proses evakuasi berjalan lambat karena semuanya digunakan secara manual,"terangnya.

Wakil Bupati Bogor Karyawan Faturahman mengaku pihaknya segera mengevaluasi keberadaan vila atau bangunan-bangunan dikawasan Puncak, yang rawan longsor. "Ketika terjadi seperti ini, mestinya seluruh penghuni yang memiliki bangunan diarea rawan longsor bertanggungjawab untuk mencegah terjadinya bencana," ungkapnya.

Meski demikian, menurutnya dari kejadian longsor di Kampung Legok Bagong, RT 6/2, Desa Cipayung, Megamendung, Kabupaten Bogor pihaknya menuding pemilik bangunan Pusdiklat Security Group Artha bertanggungjawab. "Mestinya sebelum membangun pihak pemilik bangunan membuat bronjong atau turap untuk mencegah terjadinya longsor. Maka dari itu, saya akan perintahkan pihak Camat dan Kepala Desa untuk meninjau keberadaan dan perizinan bangunan diatas pemukiman penduduk itu," tegasnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan pihaknya akan segera merelokasi warga yang masih tinggal di area rawan longsor. "Setelah itu, pihaknya akan mengkaji kelengkapan surat-surat kepemilikan tanah dan bangunan, apakah perlu ganti rugi atau tidak, itu biar pemkab yang menanganinya," katanya.

Kapolsek Megamendung AKP Dikdik Kurnianto mengatakan pihaknya untuk sementara masih fokus melakukan evakuasi, sedangkan untuk mengetahui penyebab longsor masih dalam penyelidikan. "Kita masih mintai keterangan sejumlah saksi, baik warga sekitar maupun pemilik Pusdiklat Security Group Artha yang berada diatas kenapa tebingnya tidak dipondasi, padahal dibawah banyak rumah," katanya.

Ketua RT 06/2,  Nurdin (43) mengungkapkan longsoran yang terjadi akibat tidak kuatnya tebingan milik SGA yang tampa turap tersebut itu bukan hanya menimbun empat rumah akan tetapi juga merusak tujuh rumah lainya yakni rumah Ajum, Ugan, Ending, H Ijah, Titin, Darwis, Selni.

"Untuk menghindari korban lain dan terjadinya longsoran susulan, puluhan warga kami kini kita evakuasi ke SDN Cipayung 7 dan rumah warga yang masih aman,"terangnya. Ia menambahkan, dikampung tersebut terdapat 47 kepala keluarga, dan 17 KK menjadi yang menjadi korban tertimbun longsor.  (sdk)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 50 Kelurahan di DKI Kebanjiran

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler