jpnn.com - Nur Hidayat, Mahasiswa Universitas Semarang (USM) berhasil membuat inovasi baru yakni menciptakan energi listrik dari lumpur yang diambil dari letupan Bledug Kuwu, Kecamatan Kradenan, Grobogan, Jateng. Seliter lumpur yang diambil, mampu menghasilkan energi listrik selama 5 jam. Seperti apa?
M HARIYANTO
BACA JUGA: Perasaan Drg Mieke Sylvia saat Identifikasi Korban Lion Air
INOVASI ini diciptakan oleh Nur Hidayat, mahasiswa Teknik Elektro semester 7. Sejak kecil, pria 22 tahun ini memang suka dengan aktivitas elektro dan rasa penasarannya dengan letupan lumpur Bledug Kuwu.
“Awalnya melihat warga Desa Kuwu memanfaatkam lumpur jadi garam. Saya pun tergelitik kenapa tidak dicoba saja garamnya diolah jadi pengantar tegangan listrik?" ungkapnya saat ditemui Jawa Pos Radar Semarang di Auditorium Kampus USM, beberapa hari lalu.
BACA JUGA: Curhatan Honorer K2 di Hari Guru: Kami Juga Manusia
Dari rasa penasaran itu, Nur menyambangi dan menyusuri hamparan lumpur Bleduk Kuwu seluas 45 hektare. Dari situ, selanjutnya ia melakukan penelitian terhadap kandungan di dalam lumpur yang diambilnya sebanyak satu liter.
"Ternyata setelah diteliti mendalam, kandungannya 58 persen mineral. Sisanya berupa endapan garam. Makanya saya akan melakukan uji laboratorium di BPPT," katanya.
BACA JUGA: Di Tangan Budi, Harga Batu Akik Tetap Tinggi, Ratusan Juta!
Diakuinya, penelitian ini telah dituntaskan selama sebulan terakhir. Dari kegiatan ini, ia juga telah merogoh kocek pribadi untuk membiayai temuan ilmiahnya tersebut.
"Sejak Oktober sampai November saya mengeluarkan biaya pribadi Rp 600 ribu. Tapi hasilnya sangat memuaskan," ujarnya.
Nur menjelaskan, endapan lumpur Bledug Kuwu mempunyai manfaat istimewa. Dari penelitiannya, ia telah menemukan kandungan logam yang cukup tinggi untuk dapat diubah menjadi energi listrik.
"Kadar besi pada lumpur Bledug Kuwu mencapai 1,873 persen. Kemudian terdapat pula kandungan tembaga, seng, magnesium ditambah aluminium," terangnya.
Endapan lumpur yang telah dikeringkan tersebut, kemudian dimasukan dalam paralon-paralon kecil yang telah diisi untaian kabel dan lempengan tembaga. Dengan sebuah pemantik kecil, bola lampu yang telah tersambung pada panel tersebut lalu menyala dengan tegangan 15 watt.
"Ketika garam terkena air, akan mengalami proses mengurai senyawa negatif dan positif. Garam inilah yang bisa mengantarkan ion listrik melalui seng dan besi-besi yang dipasang di paralon," jelasnya.
Hasilnya pun menakjubkan. Lumpur kering tersebut mampu menyalakan bolam-bolam yang telah dirakit dengan komponen lainnya. Untuk seliter lumpur yang diambil dari Bledug Kuwu, sudah bisa menghasilkan tegangan 16,4 volt untuk menyalakan lampu selama lima jam.
"Ke depan, garam yang dihasilkan dari lumpur Bledug Kuwu bisa jadi energi alternatif karena cadangan minyak Indonesia terus mengalami penurunan. Karena minyak bumi tidak dapat diperbaharui, maka lumpur jadi solusi bagi di masa mendatang," katanya.
Menurut Nur, banyaknya sel panel yang digunakan juga mempengaruhi tingginya tegangan listrik yang dihasilkan dari lumpur. Bahkan, menurutnya, dengan menggunakan sel panel 25 buah sudah bisa menghidupkan sebuah mesin kendaraan bermotor.
Menurutnya, energi ini sangat ramah lingkungan dan lumpur kering tersebut bisa dikembalikan ke tempat semula.
"Ini sangat ramah lingkungan. Karena setelah saya pelajari, lumpur Bledug Kuwu hanya dibiarkan begitu saja oleh warga desa. Sehingga menjadi sampah. Saya rasa inilah peluang yang harus digunakan sebagai energi alternatif pengganti cadangan minyak bumi yang terus menurun setiap tahunnya," tegasnya.
Nur meminta adanya dukungan penuh dari kampusnya agar temuan ilmiahnya dipublikasikan dalam jurnal internasional. Minimal lumpur sebagai pembangkit listrik mampu dikenal luas oleh masyarakat Indonesia di tengah situasi negara yang sedang krisis energi. "Ke depan, saya kepingin menciptakan daya listrik dalam skala besar menggunakan lumpur Bledug Kuwu," katanya.
Dari hasil penelitian ini, ia berharap bisa menjalin kerja sama terpadu dengan Pemkab Grobogan agar dapat mengambil lumpur Bledug Kuwu dalam jumlah besar. Kerja sama itu harus dilakukan mengingat lokasi tersebut sejak lama menjadi kawasan yang dilindungi negara.
"Jika gagal terwujud, saya ingin mengambil lumpur dari Lapindo Sidoarjo yang kemungkinan punya kandungan serupa. Diteliti dulu juga," terangnya.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan USM, Muhammad Khairul Latif, berjanji bakal memberikan penghargaan bagi Nur Hidayat yang mampu mengolah lumpur menjadi energi listrik. Penghargaan itu bentuk apresiasi kampusnya bagi mahasiswa yang berprestasi di bidang akademik maupun non akademik.
"Seperti pemanfaatan lumpur Bledug Kuwu untuk energi alternatif merupakan buah kreativitas mahasiswa yang harus disupport penuh. Kita akan berikan bantuan insentif bagi saudara Nur Hidayat untuk membiayai penelitian lanjutannya," ungkapnya.
Latif menambahkan, temuan atau kegiatan positif mahasiswanya tersebut harus membawa manfaat bagi masyarakat sekitar. Bahkan, dalam waktu dekat akan merancang pameran dan menggandeng Pemkab Grobogan untuk menyikapi pemenuhan bahan baku lumpur. (*/aro)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengenal Kapolresta Sidoarjo AKBP Zain Dwi Nugroho
Redaktur & Reporter : Soetomo