Satu Pelaku Masih Diburu

Penyerangan Markas AL Tewaskan 13 Orang

Rabu, 18 September 2013 – 07:20 WIB

jpnn.com - WASHINGTON DC - Petugas keamanan dengan dibantu pasukan khusus federal akhirnya bisa menguasai keadaan setelah insiden penembakan di markas Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat di Washington DC Senin sore waktu setempat atau kemarin dini hari WIB.

Sedikitnya 13 orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka. Seorang penembak bisa ditembak mati, namun seorang lainnya hingga tadi malam belum tertangkap.
 
Wali Kota Washington DC Vincent Gray mengumumkan, pelaku diidentifikasi sebagai Aaron Alexis yang berasal dari Fort Worth, Texas. Alexis, 34, tewas saat tembak-menembak dengan aparat keamanan.

BACA JUGA: Danone China Diselidiki karena Dugaan Suap

Gray menambahkan, belum diketahui motif penembakan itu. Tetapi, dia kemudian menegaskan, "Tidak ada alasan untuk menilai insiden ini sebagai serangan teroris."
 
Kepala Kepolisian Washington DC Cathy Lanier menambahkan, pihak berwenang masih mencari tersangka pelaku kedua. Orang itu digambarkan sebagai laki-laki berkulit hitam yang berusia 40-50 tahun dengan tinggi 155 sentimeter dan berat 80-90 kilogram.

Dia mengenakan pakaian bergaya militer yang berwarna kecokelatan dan membawa senjata "laras panjang".
 
Hingga tadi malam, tepatnya pukul 22.00 WIB atau sekitar pukul 10.00 waktu setempat, suasana tegang masih terlihat di sekitar markas yang terletak di daerah perkantoran dan hunian padat di Navy Yard, Washington DC, itu. Petugas dari berbagai kesatuan, antara lain tim SWAT, FBI, dan Kepolisian Kota Washington DC, hilir mudik di lokasi, sementara beberapa helikopter terbang di atas daerah tersebut.
 
Penembakan terjadi pada pukul 08.20 waktu setempat atau Senin (16/9) pukul 20.20 WIB di gedung markas besar Naval Sea System Command. Sekitar 3.000 orang bekerja di kompleks tersebut. Tugas mereka, antara lain, mengawasi pembangunan serta pembelian kapal perang dan sistem tempur.
 
Di dalam kompleks itu terdapat juga sebuah museum sejarah angkatan laut yang membawa para pengunjungnya kembali ke awal era 1800-an, masa tempat tersebut menjadi pusat pembuatan kapal. Selain itu, ada kawasan tempat tinggal yang menjadi lokasi rumah jenderal bintang empat AL kepala pusat komando tersebut, Laksamana Jonathan Greenert. Prosedur lockdown atau larangan keluar masuk gedung pun diberlakukan.
 
Sersan David Reyes yang ditemui VoA di luar markas tampak bingung. Dia menunggu kabar tentang nasib istrinya yang bekerja di markas AL itu, yang hingga Senin siang belum diizinkan keluar.

BACA JUGA: Korban Penembakan Pangkalan AL Jadi 13 Orang

"Saya berada di sini untuk menunggu istri saya. Dia sedang berada di dalam gedung itu. Dia dilarang meninggalkan gedung tersebut. Semua orang di sana sangat khawatir. Mereka lapar. Mereka tidak tahu apa yang terjadi di luar, kecuali tempat kerjanya memiliki saluran TV. Istri saya baik-baik saja. Tentu saja dalam kondisi seperti sekarang ini, mereka harus mengikuti prosedur yang berlaku," kata Reyes.
 
Selain kawasan markas AL Amerika itu, sepuluh sekolah dasar dan menengah yang ada di sekitar lokasi juga diamankan. Tidak ada yang diizinkan meninggalkan atau memasuki lokasi sekolah. Prosedur yang sama diberlakukan untuk kompleks senat. Bandara Reagan sempat melarang seluruh pesawat lepas dan tinggal landas. Tetapi, kemudian perintah itu dicabut.
 
Presiden AS Barack Obama yang mendapat penjelasan singkat secara berkala tentang insiden itu Senin sore mengatakan sangat berduka atas terjadinya penembakan masal tersebut serta menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan keluarganya.
 
Obama menyebut penembakan itu sebagai tindakan pengecut. "Penembakan ini menarget personel militer dan warga sipil Amerika. Mereka bekerja untuk melindungi kita. Mereka adalah patriot dan menyadari bahayanya bekerja di luar negeri. Tetapi, hari ini mereka menghadapi aksi kekerasan yang tidak dibayangkan akan terjadi di Amerika," tutur dia.
 
Dalam laporannya, Reuters mengungkap latar belakang si pelaku yang tewas, Aaron Alexis. Meski dikenal sebagai pria alim yang suka beribadah di kuil Buddha, Alexis juga sering berurusan dengan hukum. Pria yang merupakan kontraktor AL AS itu beberapa kali ditangkap polisi.
 
Data Reuters menyebutkan, pada 4 September 2010 Alexis ditangkap atas tuduhan pelanggaran debit senjata api. Namun, kasus itu dibatalkan. Dalam suatu pernyataan, jaksa menjelaskan, kasus tersebut dibatalkan karena para penyidik mengungkap bahwa Alexis sengaja dijebak.
 
Tidak hanya itu, pada 2004 di Seattle Alexis ditahan karena dengan sengaja menembak ban mobil seorang pekerja konstruksi. Dia berdalih bahwa pekerja konstruksi itu tidak menghormatinya. Dalam penyidikan, Alexis juga pernah bercerita kepada detektif bahwa dirinya merasa terganggu dengan peristiwa World Trade Center pada 11 September 2011.

Hingga kini, belum jelas bagaimana Alexis atau lebih dari satu orang penembak bisa memasuki kompleks Naval Sea System Command atau Washington Navy Yard yang dijaga sangat ketat. Alexis menjabat personel cadangan dan bekerja sebagai kontraktor sipil di salah satu divisi Hewlett-Packard yang bertugas meng-upgrade peralatan AL, khususnya intranet korps Marinir.  Posisi itu membuat Alexis memiliki kartu yang memungkinkan dirinya bebas keluar masuk kompleks tersebut dan instalasi militer lain.
 
Penembakan di US Navy Yard adalah insiden penembakan di instalasi militer Amerika yang paling menelan banyak korban setelah pembunuhan 12 tentara dan seorang warga sipil oleh Mayor Nidal Hassan di Fort Hood, Texas, pada 2009. (AP/CNN/VoA/c11/kim)

BACA JUGA: Pangkalan Angkatan Laut Amerika Diserang

BACA ARTIKEL LAINNYA... RS di Tiongkok Cari Darah Perawan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler