JEMBER - Penyergapan lima terduga teroris di Bali beberapa waktu lalu menyisakan masalah bagi sebuah keluarga di Jember, Jatim. Sebab, Anang Gianto, salah seorang yang ditembak mati polisi itu ternyata warga Dusun Krajan, Desa Langkap, Bangsalsari, Jember.
Untuk memastikan identitas Anang, dua anggota keluarga dari Bangsalsari kemarin (22/3) dibawa polisi ke Jakarta. Kedua orang itu adalah Usman, paman Anang, dan Nurhayati, adik kandung Anang. Keduanya akan menjalani tes DNA sekaligus mengecek apakah jenazah salah seorang yang ditembak itu adalah Anang.
Sebelum bertolak ke Jakarta, sekitar pukul 08.00 kemarin, Nurhayati dan Usman menjalani pemeriksaan di Polsek Bangsalsari. Sekitar pukul 10.30, Nurhayati keluar dari ruang penyidik.
Nurhayati yang menikah dengan Suswanto selama ini tinggal dan bekerja di Bali. Setelah terjadi penyergapan Densus 88 terhadap lima orang yang diduga teroris pada Jumat (16/3) pekan lalu, Nurhayati mendapat kabar bahwa sang adik menjadi salah seorang yang tewas.
Karena tidak bisa memastikan kabar tersebut, Nurhayati dan suaminya pulang ke Jember. Mereka baru tiba pada Selasa (20/3) malam. Tidak lama setelah di Jember, polisi mendatanginya.
Saat itu Nurhayati diminta melihat foto-foto orang yang diduga teroris itu. Tetapi, Nurhayati tidak bisa berbicara apa-apa karena tidak mengerti dengan apa yang terjadi. "Anak saya tidak tahu apa-apa," kata Usmiati, ibu kandung Anang, ketika ditemui di rumahnya kemarin.
Pemeriksaan polisi terhadap Nurhayati terus berlanjut hingga kemarin. Lalu, polisi kemarin tiba-tiba meminta Nurhayati ke Jakarta. Nurhayati bingung karena dia tidak punya uang. Tetapi, semua akomodasi dan transportasi ditanggung kepolisian. "Anak saya bingung karena tidak punya uang untuk pergi ke Jakarta. Tetapi, ternyata sudah dibiayai polisi. Akhirnya berangkat," ujar Usmiati.
Sebelum berangkat, Nurhayai sempat berbincang dengan ibunya. Dia mengutarakan maksud kepergiannya ke Jakarta. Dikatakan, dia bersama Usman diminta ke Jakarta untuk memastikan apakah seorang di antara lima jenazah yang dibawa ke Jakarta itu adalah kakak kandungnya. Selain itu, dia akan menjalani tes DNA.
Usmiati mengungkapkan, sebelum berangkat ke Jakarta, Nurhayati sempat bimbang. Sebab, dia takut jika ternyata salah satu jenazah itu bukan Anang Gianto. Apalagi, bila hasil tes DNA miliknya dan DNA Anang tidak sama. "Dia juga bilang kalau tidak sama (DNA-nya) bagaimana. Saya juga tidak bisa menjawab. Saya hanya bisa merestui saja," sambungnya.
Kekhawatiran itu, kata dia, muncul karena Nurhayati tidak bisa langsung melihat mayat kakaknya saat tewas di Bali. Nurhayati hanya mendengar kabar bahwa seorang di antara lima yang ditembak polisi di Bali adalah kakaknya.
"Kami melihat foto ada kemiripan di bagian alis. Memang terlihat tebal dan persis Mas Anang. Hanya itu yang membuat kami yakin," kata Suswanto, suami Nurhayati. (rid/har/jpnn/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usulan PNS Baru Ditutup 31 Maret
Redaktur : Tim Redaksi