jpnn.com, RIYADH - Konflik Yaman yang telah berlangsung bertahun-tahun kini menunjukkan sinyal perdamaian. Hal itu terlihat dari penandatanganan Perjanjian Riyadh yang dilakukan oleh Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman.
Dalam perjanjian itu, pemerintah Yaman dan kelompok separatis yang didukung Uni Emirat Arab (UEA) sepakat untuk mengakhiri perebutan kekuasaan di wilayah selatan negara tersebut.
BACA JUGA: Biadab, Serangan Udara Saudi Bunuh 7 Bocah Yaman
Pengumuman tersebut disampaikan oleh Mohammed melalui saluran televisi nasional pada Selasa (5/11), seperti yang dimuat di Al Jazeera.
"Perjanjian ini akan membuka stabilitas di Yaman. Kerajaan Arab Saudi mendukung Anda," kata Putra Mahkota Arab Saudi tersebut dalam seremoni penandatanganan Perjanjian Riyadh.
BACA JUGA: Fasilitas Minyak Saudi Diserang, Presiden Iran: Itu Pembalasan Rakyat Yaman
Lebih lanjut, menurut Mohammed, Perjanjian Riyadh merupakan langkah penting untuk mengakhiri konflik berdarah selama empat tahun di Yaman.
Dalam perjanjian tersebut, terjadi perombakan besar-besaran di tubuh pemerintahan Yaman. Di mana mantan separatis dan angkatan bersenjata akan ditempatkan di bawah kendali pemerintah.
BACA JUGA: Tentara Yaman Rebut Aden dari Separatis, Koalisi Saudi Makin Kacau
Menanggapi perjanjian tersebut, Pakar Yaman di Crisis International Group, Peter Salisbury mengatakan perjanjian itu dapat memecahkan dua masalah jangka pendek jika berhasil dilaksanakan.
Salisbury juga mengungkapkan perjanjian tersebut dapat mencegah perang antara separatis selatan dan pemerintahan Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansur Hadi. (rmol/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil