AKIBAT banjir, petani bawang di Kelurahan Kalinyamat Kulon, Keturen dan Kalinyamat Wetan, Kota Tegal mengalami kerugian ratusan juta. Petani terpaksa harus melakukan panen dini, sebab kalau tidak tanaman bawang akan membusuk. Banjir yang menenggalamkan sekitar 40 hektar sawah, diduga karena pendangkalan Kali Sibeli dan Siwaidah, serta adanya bangunan jembatan baru di Kelurahan Keturen yang dibangun pengembang.
Ketua Kelompok Tani Tri Mulya II Kelurahan Kalinyamat Kulon, Asmawi Aziz, Senin (7/1), mengatakan, saat ini usia bawang rata-rata baru 40 hari, padahal usia bawang harusnya 50 hari. Para petani bawang di Kelurahan Kalinyamat Kulon, Kalinyamat Wetan dan Keturen terpaksa melakukan panen dini. Kalau tidak bawang akan membusuk, dan kerugian justru akan membengkak. Karena semua bawang yang ada tak bisa diselamatkan, untuk dijual.
Dijelaskan Asmawi, petani bawang sedih, karena saat ini harga bawang sedang naik, yakni Rp 11 ribu/kg. Karena banjir, harapan mereka untuk bisa mendapatkan untung pupus. Justru sebaliknya, mereka harus menanggung kerugian. Sebab bawang yang di panen sebagian rusak, selain itu umur bawang juga belum cukup. Sehingga harga bawang juga murah, hanya laku sekitar Rp 5 ribu/kg.
"Harusnya hasil tanam bawang setiap hektarnya sekitar Rp 100 juta, namun karena terjadi banjir satu hektar hasil penjualan bawang hanya berkisar Rp 50 juta sampai Rp 60 juta. Sehingga setiap hektar, pentani mengalami kerugian sekitar Rp 40 juta sampai Rp 50 juta," kata Asmawi.
Menurut Asmawi, selain karena kedangkalan Kali Sibelis dan Kali Siwaidah, sehingga air meluap ke persawahan. Banjirnya 40 hektar sawah di tiga kelurahan disebabkan karena adanya pembangunan jembatan baru di Kelurahan Keturen, yang dibangun pihak pengembang. Karena kontruksi bangunan tak sesuai, sehingga air justru mengalir ke sawah. Untuk mengatasi banjir yang berlarut-larut, karena tak akan respon dari pemerintah. Akhirnya petani melakukan insiatif, membobol jalan dengan pipa untuk mengeluarkan air dari sawah.
"Karena banjir salah satunya disebabkan karena air di Kali Sibelis dan Kali Siwaidah tak lancar, akibat terjadi pendangkalan. Maka kami minta Pemkot melakukan pengerukan di Kali Sibelis dan Kali Siwaidah. Karena keduanya merupakan saluran utama sawah disekitarnya, sehingga sangat vital. Kami minta Pemkot jangan tinggal diam, karena petani yang akan dirugikan," tutur Asmawi.
Ditempat sama, salah seorang petani asal kalinyamat Kulon, Wanter (35), menyatakan, dirinya memiliki satu hektar sawah, yang saat ini ditanam bawang. Karena banjir, maka dirinya terpaksa melakukan panen dini terhadap bawang yang belum layak panen. "saya bingung, kalau tidak dipanen maka semua tanaman bawang akan busuk. Dari pada kerugian membengkak, maka terpaksa saya lakukan panen dini," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Kariadi (42), petani asal Kelurahan Kalinyamat Wetan, Pemkot harus memperhatikan nasib petani, agar tidak selalu dirugikan. Sehingga masalah bajir harus disikapi serius, jangan hanya diam saja. Pihaknya juga minta Pemkot melakukan teguran kepada pengembangm karena kontruksi bangunan jembatan tak sesuai.
"Kalau tidak ada tindakan, maka saat hujan pasti sawah akan banjir kembali. Sehingga harus ada tindakan riil dari Pemkot, agar petani bisa tetap beraktivitas," ungkapnya.
Menanggapi keluhan para petani, Kepala DPU Kota Tegal, Ir Gito Mursriyono, menjelaskan, sebenarnya bukan masalah Kali Sibelis dan Kali Siwaidah dangkal, tapi banjir karena volume air sangat besar, sehingga Kali Sibelis dan Siwaidah tak mampu. Akibatnya, air meluap ke sawah. Sehingga atas dasar tersebut, tidak perlu dilakukan pengerukan. Namun untuk penanggulanngannya, saat ini sedang dilakukan pembahasan.
"Untuk bangunan kontruksi jembatan, yang dinilai sebagai salah satu penyebab banjir sawah kami belum tahu. Sehingga kami akan segera melakukan pengecekan, untuk mengetahui bangunan kontruksi jembatan. Kalau memang tak sesuai, maka kami akan melakukan teguran atau pembongkaran jembatan," jelas Gito. (hun)
Ketua Kelompok Tani Tri Mulya II Kelurahan Kalinyamat Kulon, Asmawi Aziz, Senin (7/1), mengatakan, saat ini usia bawang rata-rata baru 40 hari, padahal usia bawang harusnya 50 hari. Para petani bawang di Kelurahan Kalinyamat Kulon, Kalinyamat Wetan dan Keturen terpaksa melakukan panen dini. Kalau tidak bawang akan membusuk, dan kerugian justru akan membengkak. Karena semua bawang yang ada tak bisa diselamatkan, untuk dijual.
Dijelaskan Asmawi, petani bawang sedih, karena saat ini harga bawang sedang naik, yakni Rp 11 ribu/kg. Karena banjir, harapan mereka untuk bisa mendapatkan untung pupus. Justru sebaliknya, mereka harus menanggung kerugian. Sebab bawang yang di panen sebagian rusak, selain itu umur bawang juga belum cukup. Sehingga harga bawang juga murah, hanya laku sekitar Rp 5 ribu/kg.
"Harusnya hasil tanam bawang setiap hektarnya sekitar Rp 100 juta, namun karena terjadi banjir satu hektar hasil penjualan bawang hanya berkisar Rp 50 juta sampai Rp 60 juta. Sehingga setiap hektar, pentani mengalami kerugian sekitar Rp 40 juta sampai Rp 50 juta," kata Asmawi.
Menurut Asmawi, selain karena kedangkalan Kali Sibelis dan Kali Siwaidah, sehingga air meluap ke persawahan. Banjirnya 40 hektar sawah di tiga kelurahan disebabkan karena adanya pembangunan jembatan baru di Kelurahan Keturen, yang dibangun pihak pengembang. Karena kontruksi bangunan tak sesuai, sehingga air justru mengalir ke sawah. Untuk mengatasi banjir yang berlarut-larut, karena tak akan respon dari pemerintah. Akhirnya petani melakukan insiatif, membobol jalan dengan pipa untuk mengeluarkan air dari sawah.
"Karena banjir salah satunya disebabkan karena air di Kali Sibelis dan Kali Siwaidah tak lancar, akibat terjadi pendangkalan. Maka kami minta Pemkot melakukan pengerukan di Kali Sibelis dan Kali Siwaidah. Karena keduanya merupakan saluran utama sawah disekitarnya, sehingga sangat vital. Kami minta Pemkot jangan tinggal diam, karena petani yang akan dirugikan," tutur Asmawi.
Ditempat sama, salah seorang petani asal kalinyamat Kulon, Wanter (35), menyatakan, dirinya memiliki satu hektar sawah, yang saat ini ditanam bawang. Karena banjir, maka dirinya terpaksa melakukan panen dini terhadap bawang yang belum layak panen. "saya bingung, kalau tidak dipanen maka semua tanaman bawang akan busuk. Dari pada kerugian membengkak, maka terpaksa saya lakukan panen dini," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Kariadi (42), petani asal Kelurahan Kalinyamat Wetan, Pemkot harus memperhatikan nasib petani, agar tidak selalu dirugikan. Sehingga masalah bajir harus disikapi serius, jangan hanya diam saja. Pihaknya juga minta Pemkot melakukan teguran kepada pengembangm karena kontruksi bangunan jembatan tak sesuai.
"Kalau tidak ada tindakan, maka saat hujan pasti sawah akan banjir kembali. Sehingga harus ada tindakan riil dari Pemkot, agar petani bisa tetap beraktivitas," ungkapnya.
Menanggapi keluhan para petani, Kepala DPU Kota Tegal, Ir Gito Mursriyono, menjelaskan, sebenarnya bukan masalah Kali Sibelis dan Kali Siwaidah dangkal, tapi banjir karena volume air sangat besar, sehingga Kali Sibelis dan Siwaidah tak mampu. Akibatnya, air meluap ke sawah. Sehingga atas dasar tersebut, tidak perlu dilakukan pengerukan. Namun untuk penanggulanngannya, saat ini sedang dilakukan pembahasan.
"Untuk bangunan kontruksi jembatan, yang dinilai sebagai salah satu penyebab banjir sawah kami belum tahu. Sehingga kami akan segera melakukan pengecekan, untuk mengetahui bangunan kontruksi jembatan. Kalau memang tak sesuai, maka kami akan melakukan teguran atau pembongkaran jembatan," jelas Gito. (hun)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Baru Siap Digunakan 2014
Redaktur : Tim Redaksi