Kini nasib petani komoditi unggulan di Tiga Kecamatan di kawasan Trumon Raya benar-benar terpuruk dipicu penurunan harga yang sangat anjlok dalam dua pekan terakhir.
“Efek dari kondisi tersebut, sejumlah petani sawit enggan membersihkan areal kebun, dikarenakan pendapatan tidak berimbang dengan biaya pengeluaran,” ujar Taufik Kamil, Rabu (10/10), salah seorang petani Sawit di gampong Cot Bayu, Trumon Tengah.
Persoalan yang muncul dan berkecamuk di tengah-tengah masyarakat adalah, sudah begitu parah harga penjualan TBS turun, namun Pemkab Aceh Selatan atau pihak berkompeten tidak pernah menghiraukan dan terkesan tutup mata. Ironisnya, harga penjualan sawit turun namun harga minyak goreng tetap stabil bahkan melonjak. “Ini membuktikan Pemkab Aceh Selatan tidak menghiraukan keadaan yang menimpa rakyat dan terkesan membiarkan kehidupan warga tani terombang ambing tanpa diusahakan mencari peluang pasar,” katanya.
Taufik Kamil mengkhawatirkan, jika harga TBS terus anjlok maka diragukan puluhan ribu hektare kebun kepala sawit akan ditumbuhi belukar. Selain berdampak kepada tidak terawatnya keberadaan kebun, pihaknya juga mengancam akan melakukan demontrasi ke beberapa titik penampungan TBS, jika harga sawit kedapatan dipermainkan makelar dan menekan perekonomian rakyat.
Menurut dia, harga TBS dalam tahun 2012 memang sedikit berfluktuasi (turun naik), misalnya pada bulan Januari-April, harga TBS Rp 1.400/kilogram, kemudian terjadi penurunan berkisar Rp 1.100 dan 900/kilogram. Pada bulan Agustus-September 2012 Rp 800-Rp 700/kilogram. Gejolak penurunan terus menjadi-jadi pada bulan Oktober 2012 dengan harga jual Rp 650/kilogram.
Penurunan hingga 70 persen itu kian memperburuk kehidupan warga tani. “Saya perkirakan hanya Rp 300, yang berhasil dikantongi petani dalam satu kilogram. Pendapat sebesar itu tidak akan menguntungkan petani dan kebun sawit terancam semak,” pungkas Taufik Kamil.
Sementara terkait melemahnya harga buah sawit, agen penampung BTS, Ikhsan mengatakan pihaknya tidak tau persis penyebab BTS turun. "Setahu saya harga di CPO Subussalam, saya beli dari petani sebesar Rp 550/Kg belum termasuk ongkos dodos dan lansir,"ucap Ikhsan.
Menurut H. Darmansyah staf ahli bidang Ekonomi dan pembangunan Pemko Subussalam yang juga mantan Kadis Perdagangan, fluktuasi harga sawit dikarenakan beberapa faktor, pertama musim panen yang membludak serta pengaruh harga CPO dunia yang mengalami penurunan dan adanya indikasi permainan pedagang karena pabrik kelapa sawit (PKS). "Pihak pemerintah daerah dan propinsi terus berusaha menstabilkan harga sawit dengan melakukan musyawarah dengan pihak pengusaha PKS, sehingga kendala dan kerugian warga tani teratasi,"terang Darmansyah.
Sedangkan menurut Corporate Comunication PT. Astra Agro Lestari, Tofan Mahdi, harga sawit secara nasional memang sedang turun drastis. "Tapi kami optimis jelang akhir tahun akan recover. Pemerintah juga akan turun tangan mengatasi masalah jatuhnya harga CPO ini,"ungkap Tofan seraya mengaku penurunan harga karena oversuplai. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Investasi Asing Naik 62 Persen
Redaktur : Tim Redaksi