jpnn.com, PALU - Sayembara yang digelar Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah untuk menyelamatkan buaya yang terlilit ban motor bekas, tidak ada peminatnya.
Sayembara lantas ditutup, setelah hingga Minggu (2/2), belum ada satupun pihak yang menyatakan siap terjun ke Sungai Palu untuk melepaskan lilitan ban motor di hewan reptil tersebut.
BACA JUGA: Sayembara Terjun ke Sungai Melepas Ban di Tubuh Buaya, tak Ada Peminat
BKSDA Sulteng lantas membentuktTim penyelamat buaya yang terlilit ban bekas itu, melibatkan BKSDA NTT, Polairud Polda Sulteng, dibantu oleh ahli buaya asal Australia.
Tim mencoba menggunakan bantuan drone atau pesawat tanpa awak untuk menyelamatkan hewan reptil tersebut, pada Kamis (13/2) sore.
BACA JUGA: Buaya Berkalung Ban Masih Berkeliaran
Kali ini, pesawat tanpa awak tersebut diikat bersama umpan berupa ayam dan pelampung, dan diterbangkan mendekati target.
Umpan ayam tersebut diharapkan dapat dimangsa oleh hewan reptil tersebut. Sehingga, buaya berkalung ban dapat terindentifikasi keberadaannya dengan adanya pelampung yang sebelumnya diikatkan di ban tersebut.
BACA JUGA: Akbar Alfarisi Divonis Hukuman Mati, Istri Sopir Taksi Online Ini Mengaku Puas
''Saya berharap dengan drone itu, umpan dapat dimakan dan pada umpan itu ada pelampung yang nanti kami ikut pakai perahu,'' ungkap Matt Wright ahli buaya asal Australia.
Namun, kali ini cara tim penyelamat dengan menggunakan pesawat tanpa awak, lagi lagi tidak membuahkan hasil.
Tim selanjutnya menyusuri kembali Sungai Palu dengan menggunakan perahu karet milik Polairud Polda Sulteng.
''Mudah-mudahan bisa menangkap secepatnya,” kata Matt Wright
Berbagai cara sudah dilakukan, oleh tim penyelamat, dari memasang perangkap di sekitar jembatan II Palu, menyusuri Sungai Palu menggunakan perahu karet, serta memasang jala. Namun, sampai saat ini belum juga membuahkan hasil.
Menurut tim ada beberapa faktor yang menjadi kendala saat proses evakuasi, seperti terlalu luasnya badan sungai, serta faktor ramainya warga Palu yang menyaksikan secara langsung proses evakuasi yang sudah berlangsung hampir sepekan itu. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo