SBY Anggap Antasari Lupa Ingatan

Bagikan Transkrip Pertemuan untuk Bantah Testimoni

Kamis, 16 Agustus 2012 – 02:20 WIB

JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ingin menunjukkan bahwa testimoni Antasari Azhar memang menyesatkan bagi publik. Karenanya dalam pidato di Istana, Rabu (15/8) malam, SBY  telah menyiapkan transkrip dan bukti-bukti lengkap mengenai isi pertemuan jajaran pemerintah pada 9 Oktober 2008 silam.

Langkah itu semata-mata demi membantah testimoni Antasari yang menyebut adanya pertemuan pada Oktober 2008 di Istana Negara untuk membahas skenario penyelamatan Century. "Dokumentasi pertemuan itu lengkap. Ada rekaman kaset, tayangan videonya, foto dan catatan masing-masing menteri yang sudah saling mencocokan. Transkrip lengkapnya, akan saya bagikan malam ini utuh. silakan dilihat tidak soal bank Century, apalagi bail out Bank Century," tutur Presiden saat jumpa pers di Istana Negara, Jakarta, Rabu malam (15/8).

Dengan adanya rekaman video pertemuan itu, Presiden menganggap bahwa Antasari mengalami lupa ingatan saat mengungkapkan testimoninya di sebuah televisi tersebut. "Saya ingin Pak Antasari membaca transkrip dari pertemuan itu. Termasuk ucapan pak Antasari sendiri dan ucapan saya di pertemuan. Siapa tahu Pak Antasari lupa atau khilaf," sambung SBY.

SBY bahkan mengaku lega karena kuasa hukum Antasari, Maqdir Ismail justru mengungkapkan hal yang berbeda dengan pengakuan Antasari. Menurut SBY, Maqdir membenarkan bahwa dalam pertemuan itu hanya membahas upaya-upaya yang akan dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemungkinan terjadinya krisis di Indonesia.

"Terus terang saya lega, setelah membaca statement Maqdir Ismail. Disampaikan jelas olehnya. Tidak membahas bailout Bank Century. Dengan penjelasan  pengacara Antasari ini, saya lega. Itu seperti diluruskan sendiri," tuturnya.

SBY juga menyebut testimoni Antasari sebagai upaya politisasi yang sengaja digelontorkan. Karenanya SBY meminta media massa agar  tidak menyiarkan informasi yang ia anggap keliru dan menyesatkan tersebut.

"Politik itu memang punya banyak cara. Pilihlah cara yang patut dan beretika. Menyebarkan berita bohong bukan politik yang baik. Janganlah mudah mempermainkan kebenaran. Mari kita berpolitik secara ksatria dan bermartabat,"pungkas Presiden.

Seperti yang diketahui,  Antasari dalam testimoninya mengungkapkan ada rapat pembahasan skenario bail out Bank Century di Istana Negara sekitar Oktober 2008. Saat itu Antasari diundang dalam kapasitasnya sebagai Ketua KPK.

Menurut Antasari, rapat tersebut dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan dihadiri sejumlah anggota Kabinet Indonesia Bersatu I, di antaranya Kepala Polri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri, Jaksa Agung Hendarman Supandji, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Joko Widodo AS, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, Gubernur Bank Indonesia Boediono, dan Juru Bicara Presiden Andi Mallarangeng.

Saat menggelar rapat itu, kata Antasari, pemerintah sudah menyadari akan adanya dampak hukum atas kebijakan bailout yang rawan penyimpangan tersebut. Selain mengungkapkan soal rapat di Istana, Antasari juga mengaku didatangi Gubernur Bank Indonesia Boediono sekitar Oktober 2008 atau setahun sebelum Pemilu 2009. Boediono membahas rencana BI menggelontorkan Rp 4,7 triliun untuk menyelamatkan Bank Indover, anak perusahaan BI di Belanda. Namun, ia berhasil mencegah rencana itu.

Lalu, lanjut Antasari, pemerintah mencoba mencari bank lain untuk diselamatkan. Akhirnya, pada November 2008, pemerintah memilih Bank Century untuk diselamatkan.

Terkait bail out Bank Century ini, Antasari juga mengaku tak diajak bicara oleh Boediono sebelumnya. Setelah disepakati, Bank Century mendapat dana segar Rp 6,7 triliun yang dikucurkan secara bertahap.(flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Makin Yakin Istana Terlibat Century


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler