"Presiden justru lebih peduli mengelola politik kekuasaan, sebagaimana tercermin dari imbauannya kepada para menteri untuk mundur dari kabinet jika sibuk mengurusi partai politik," kata Anggota Komisi III DPR Fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo, Minggu (22/7).
Padahal, kata Bambang, saat membuat pernyataan bernada imbauan itu, rakyat sedang menghadapi kenyataan atau masalah yang sama sekali tidak menyenangkan. Seperti konflik yang berlatarbelakang perebutan lahan yang terus berlanjut di beberap daerah. "Utamanya adalah lonjakan harga kebutuhan pokok," tegasnya.
Sepanjang periode Januari - Juni 2012, luas lahan yang diperebutkan mencapai 377.159 hektar dalam 101 kasus. "Melibatkan sekitar 25.000 kepala keluarga di seluruh Indonesia," katanya.
Dijelaskan Bambang, dua isu ini dikedepankan media di Jakarta secara berkelanjutan. Sayang, tetap saja lolos dari perhatian presiden. Karena presiden sibuk mengelola politik kekuasaan. "Dia pun terisolir dari sejumlah persoalan yang sedang dihadapi rakyat," ujarnya.
Ia mengatakan, dengan sikap ini terlihat bahwa Presiden SBY dan para menterinya bukan hanya tidak sensitif tetapi juga tidak antisipatif. Lonjakan harga sembako selalu terjadi menjelang puasa dan Lebaran. Idealnya, kata dia, sebelum Juli tahun ini, presiden sudah memerintahkan Menteri koordinator perekonomian, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian hingga Kepala Banda Uruisan Logistik (Bulog) untuk mengantisipasi lonjakan harga kebutuhan pokok menjelang bulan Ramadan. "Namun, tindakan atau langkah antisipatif tidak juga dilakukan sehingga lonjakan harga pun tak terelakan," pungkasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Putaran Kedua Rawan Isu SARA
Redaktur : Tim Redaksi