JAKARTA - Upaya mendongkel Anas Urbaningrum dari tampuk Ketua Umum Partai Demokrat selalu berujung anti-klimaks. Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Demokrat yang diselenggarakan Minggu (17/2) adalah salah satu bukti kegagalan itu.
"Rapimnas yang digadang-gadang merupakan fasilitas untuk SBY mengambilalih kendali Demokrat berakhir jadi pepesan kosong," ujar Pengamat Politik yang juga menjabat Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti kepada JPNN, Senin (18/2).
Menurut Ray, tanda-tanda bahwa Rapimnas Demokrat akan gembos bahkan sudah terlihat sebelum Rapimnas itu dimulai. Pasalnya meski dalam skala kecil, beberapa Dewan Pimpinan Cabang dan Dewan Pimpinan Daerah mulai menyuarakan penolakan mereka jika forum Rapimnas berubah menjadi Kongres Luar Biasa (KLB).
Bahkan tanpa diduga dua pengurus daerah menyatakan bahwa tindakan SBY itu bertentangan dengan konstitusi partai. "Anas mampu mengkordinir semacam penolakan atas rencana Rapimnas berubah menjadi KLB," ujar Ray.
Menurut Ray, dengan semua pengalaman kegagalan itu, mestinya membuat SBY sampai kepada kesimpulan bahwa langkah-langkah penyelamatan yang dilakukan olehnya selama ini tidak direspon secara positif oleh kepengursan harian Demokrat. "Alih-alih efektif dan implimentatif malah menimbulkan bibit perlawanan yang hari demi hari makin berani terhadap SBY," ucapnya.
Menurut Ray, SBY sebaiknya membiarkan Demokrat dewasa secara natural di tangan jajaran pengurus dan anggotanya. SBY seharusnya kembali fokus untuk mengurus bangsa dan negara.
"Untuk itulah beliau dipilih oleh rakyat Indonesia. Untuk mengurus bangsa dan negara ini. Bukan untuk sibuk mengurus Partai Demokrat," ujar Ray.(gil/jpnn)
"Rapimnas yang digadang-gadang merupakan fasilitas untuk SBY mengambilalih kendali Demokrat berakhir jadi pepesan kosong," ujar Pengamat Politik yang juga menjabat Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti kepada JPNN, Senin (18/2).
Menurut Ray, tanda-tanda bahwa Rapimnas Demokrat akan gembos bahkan sudah terlihat sebelum Rapimnas itu dimulai. Pasalnya meski dalam skala kecil, beberapa Dewan Pimpinan Cabang dan Dewan Pimpinan Daerah mulai menyuarakan penolakan mereka jika forum Rapimnas berubah menjadi Kongres Luar Biasa (KLB).
Bahkan tanpa diduga dua pengurus daerah menyatakan bahwa tindakan SBY itu bertentangan dengan konstitusi partai. "Anas mampu mengkordinir semacam penolakan atas rencana Rapimnas berubah menjadi KLB," ujar Ray.
Menurut Ray, dengan semua pengalaman kegagalan itu, mestinya membuat SBY sampai kepada kesimpulan bahwa langkah-langkah penyelamatan yang dilakukan olehnya selama ini tidak direspon secara positif oleh kepengursan harian Demokrat. "Alih-alih efektif dan implimentatif malah menimbulkan bibit perlawanan yang hari demi hari makin berani terhadap SBY," ucapnya.
Menurut Ray, SBY sebaiknya membiarkan Demokrat dewasa secara natural di tangan jajaran pengurus dan anggotanya. SBY seharusnya kembali fokus untuk mengurus bangsa dan negara.
"Untuk itulah beliau dipilih oleh rakyat Indonesia. Untuk mengurus bangsa dan negara ini. Bukan untuk sibuk mengurus Partai Demokrat," ujar Ray.(gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kampanye Blusukan Dinilai Kurang Greget
Redaktur : Tim Redaksi