SBY Dukung Pilkada Langsung, Peta di DPR Berubah

Senin, 15 September 2014 – 11:20 WIB
Pernyataan SBY lebih setuju Pilkada langsung disambut baik. Foto: Dok. JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti, menyambut baik pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat, lewat akun Suara Demokrat di Youtube, Minggu (14/9) kemarin.

Ray menyambut baik karena dalam akun tersebut SBY menyatakan lebih setuju pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung.

BACA JUGA: Makin Banyak Pelamar CPNS Keluhkan Pendaftaran Online

"SBY juga menyebut dalam dua hari ini (Selasa atau Rabu besok, Red), posisi yang tepat bagi FD akan disampaikan. Sekalipun terasa terlambat, pernyataan ini sedikit banyak akan mengubah posisi peta DPR," katanya di Jakarta, Senin (15/9).

Ray berharap sikap SBY ini menjadi sikap politik FD terkait dengan pilkada langsung. Sebab pada saat yang bersamaan, sikap pemerintah juga sudah menyatakan setuju dengan pilkada langsung.

BACA JUGA: Soal Kisruh PPP, Ini Kata Haji Lulung

"Dalam hal ini sikap SBY tidak bisa dipisahkan antara dirinya sebagai presiden (sikap pemerintah) dan sebagai ketua umum (PD). Jika terjadi sikap berbeda artinya SBY melawan dirinya sendiri," katanya.

Jika FD setuju dengan pilkada langsung, kata Ray, jelas peta DPR berubah. Pendukung pilkada langsung akan memenangkan voting. Jumlah suara PDIP, PKB, Hanura dan PD mencapai 287 suara. Mengalahkan suara partai pendukung pilkada lewat DPRD yang terdiri dari Golkar, PKS, PAN, PPP dan Gerindra yang hanya menghimpun 273 suara.

BACA JUGA: Sarankan PPP Gelar Muktamar Luar Biasa

"Selisihnya mencapai 14 suara. Dengan catatan tidak ada suara yang membelot. Jika melihat tren penolakan yang massif dari masyarakat Indonesia, saya justru khawatir akan ada suara KMP (Koalisi Merah Putih,red) yang membelot jadi mendukung pilkada langsung," katanya.

Ray juga menilai jika peta suara  terus bertahan mayoritas dukung pilkada langsung, maka partai-partai yang berbelok haluan dengan tiba-tiba seperti PAN, PKS, Gerindra, dan Golkar akan menuai malu.

"Karena artinya mereka berbelok haluan hanya untuk menuai kecaman masyarakat dan menerima kekalahan yang ke sekian di politik. Itu merupakan tindakan yang ceroboh," katanya.

Sikap tersebut menurut Ray, menggambarkan pengelolaan politik tidak dilakukan dengan kalkulasi rasional, cermat dan visioner. Politik dikelola dengan semangat balas dendam dan amarah.

"Dua sikap yang menghilangkan rasionalitas dan menjatuhkan akal budi yang sehat menjadi semata-mata alat pragmatisme," katanya.(gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PPP Dimbau Belajar dari Golkar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler