jpnn.com - JAKARTA - Dalam rangkaian kunjungan kenegaraan dan pertemuan bilateral ke tiga negara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan rombongannya akhirnya tiba di Saint Petersburg, Rusia, Kamis (5/9) waktu setempat. Kedatangan SBY tersebut untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-8 negara G20 yang dipimpin Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin.
Begitu tiba, rencananya SBY bersama dengan para pemimpin negara G20 lainnya, akan menghadiri sesi kerja G20 yang pertama di Marble Hall, Istana Konstantinovsky. Sesi kerja G20 yang pertama tersebut bertema. "Pertumbuhan dan Stabilitas Keuangan", yang akan membahas tentang ekonomi global dan sistem keuangan, kerangka kerja untuk pertumbuhan yang kuat, seimbang dan berkelanjutan, serta pembaharuan tax.
BACA JUGA: Lobi Yahudi Terus Galang Dukungan untuk Serang Suriah
Dalam KTT G-20 kali ini, Indonesia akan terus mengedepankan sustainable development dan financial inclusion yang menjadi isu utama bagi negara-negara berkembang. Sejak KTT pertama di Washington DC, Amerika Serikat (AS) pada tahun 2008 Indonesia telah memperjuangkan dimasukkannya agenda pembangunan dalam pembahasan G-20.
Di samping menghadiri forum resmi, bersama para pemimpin G-20 lainnya, Presiden SBY juga akan menghadiri dialog informal G-20 dengan Business 20 (B20) dan Labor 20 (L20). Tema yang akan dibahas dalam dialog tersebut adalah "promoting growth and job".
BACA JUGA: Senator AS Tepergok Nge-Game dalam Rapat Penting soal Syria
Setelah menghadiri KTT G-20, Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono, bersama rombongan direncanakan kembali ke Jakarta pada tanggal 7 September 2013 pukul 10.00 waktu setempat melalui Bandar Udara Pulkovo, St. Petersburg, Rusia.
Sejumlah menteri menyertai Presiden SBY, dalam kunjungan kerja tersebut. Antara lain, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menlu Marty Natalegawa, Mensesneg Sudi Silalahi, Mendikbud Mohammad Nuh, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, Menteri Lingkungan Hidup Baltazar Kambuaya, dan Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan Menteri Perindustrian MS. Hidayat.
BACA JUGA: Foto Langka Van Gogh Ditemukan
Sementara itu, melesatnya daya saing Indonesia dari peringkat 50 menjadi peringkat 38, berdasarkan laporan World Economics Forum, memberikan dampak positif bagi pertemuan KTT G20 tersebut. Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam. "Bagi Indonesia, kenaikan peringkat ini sangat penting mengingat Presiden SBY menghadiri KTT G20,"jelas Dipo, kemarin.
Peningkatan signifikan peringkat tersebut juga membawa banyak keuntungan bagi Indonesia. Menurut Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah, peringkat daya saing tersebut akan berimbas pada salah satunya peningkatan iklim dunia usaha. Karena itu, pemerintah akan terus berupaya meningkatkan daya saing nasional.
"Capaian ini hasil kerja keras kita bersama segenap elemen bangsa. Akan terus kita perbaiki posisi data saing nasional dengan terus membangun infrastruktur, debirokratisasi, dan penguasaan iptek. Kita optimis posisi daya saing nasional dapat terus ditingkatkan lagi,"papar Firmanzah ketika dihubungi media ini. (ken)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demokrasi Terpimpin Ala Nazarbayev
Redaktur : Tim Redaksi