jpnn.com - BOGOR - Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono meminta pemerintah Australia mengusut tuntas kasus dugaan korupsi multi-juta dolar dalam proyek pencetakan uang kertas yang melibatkan dua perusahaan Australia.
Dua perusahaan itu adalah Reserve Bank of Australia (RBA) dan Note Printing Australia. Menurut Presiden jika memang ada warga negara Indonesia yang terlibat dalam kasus itu, Australia diminta menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menuntaskannya.
BACA JUGA: Jokowi-JK Perlu Rekrut Menteri dari Daerah Konflik
"Kalau ada elemen di Indonesia yang dianggap terlibat, tolong diungkap, ditunjuk dan nantinya diusut siapa orang itu. Kalau melanggar hukum apa kasusnya, kalau memang ada saya harap, bekerjasamalah dengan KPK Indonesia," ujar Presiden dalam jumpa pers di kediamannya Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Kamis, (31/7).
Dalam Wikileaks disebut pemerintah Australia telah mengeluarkan perintah pembungkaman pada kasus dugaan korupsi multi-juta dolar yang disebut melibatkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan mantan presiden Megawati Soekarnoputri.
BACA JUGA: Soal Wikileaks, SBY Minta Australia Bicara
Presiden sudah membantah kasus itu. Pasalnya, kata dia, peristiwa itu terjadi pada tahun 1999 di mana ia maupun Megawati Soekarnoputri belum menjadi kepala negara.
Atas fitnah itu, Presiden meminta Australia tidak menutupinya, melainkan mengusut tuntas.
BACA JUGA: Apapun Putusan MK, Pendukung Capres Harus Legawa
"Proses penegakan hukum yang sedang berlangsung di Australia saya minta untuk membuka seterang mungkin jangan ditutup-tutupi," tegas SBY. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP Bantah Mega Terlibat Kasus Korupsi Pejabat Bank Australia
Redaktur : Tim Redaksi