jpnn.com - JAKARTA – Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Rabu (11/3), resmikan Universitas Pertahanan Indonesia atau Indonesian Defense University (IDU)Peresmian universitas yang diprakarsai oleh Departemen Pertahanan RI itu dilakukan oleh presiden di istana negara Jakarta
BACA JUGA: Kasasi Ditolak, Vonis Urip Tak Berubah
Dalam kesempatan itu, SBY langsung memberikan kuliah perdana
Pada peresmian IDU tersebut, presiden menerima bendera dan logo universitas dari Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono
BACA JUGA: Hontjo Akui Dana Rp3 Miliar Bantuan Kampanye
Usai peresmian dilanjutkan seminar internasional bertajuk “Indonesia 2025: Geopolitical and Security Challenges”, di gedung Bhinneka Tunggal Ika, Dephan RI
Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengemukakan, lembaga pendidikan tinggi khusus pertahanan ini penting mengingat Indonesia sebagai negara dengan posisi dan peran penting di wilayah Asia Pasifik, dan negara yang ikut berperan dalam jajaran 20 perekonomian terbesar di dunia
BACA JUGA: Akses Tanggul Tertutup, Lumpur Genangi Pabrik PPI
“Indonesia sudah saatnya, mempunyai suatu lembaga pendidikan pertahanan yang sesuai dengan tingkat kepentingan dan peran kita,” paparnya
Dijelaskannya, Dephan telah mengidentifikasi kebutuhan peningkatan kemampuan sumber daya manusia di bidang pertahanan sebagai area vital dalam kebijakan reformasi sektor pertahanan dan keamanan“IDU diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di bidang pertahanan yang sudah ada serta menjadi sumber penyiapan calon-calon pemimpin masa depan baik kalangan militer maupun sipil, khususnya yang akan menduduki sejumlah posisi penentu kebijakan strategis nasional di bidang pertahanan dan keamanan, yang berwawasan global, kredibel, dan tanggap dalam menjawab tantangan masa depan,” beber Juwono
Dia melihat, perkembangan strategis baik di lingkup nasional, regional, maupun global telah melahirkan sejumlah tantangan baru dalam seluruh aspek, termasuk pertahanan dan keamanan negara“Sebagai contoh pemanfaatan perairan Indonesia yang dilalui sekitar 40 persen perdagangan dunia membutuhkan lebih dari sekadar pertahanan dalam pengertian tradisional, namun juga pertahanan terhadap berbagai ancaman nontradisional, seperti terorisme, perampokan, dan penyelundupan, yang berdampak luas terhadap kepentingan nasional,” pungkasnya.(gus/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Semua Pesawat MD 90 Dilarang Terbang
Redaktur : Tim Redaksi