jpnn.com, JAKARTA - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendorong PBB, Rusia dan Ukraina serta pihak-pihak yang terlibat dalam perang Rusia-Ukraina untuk menyepakati gencatan senjata dengan alasan kemanusiaan.
“Dari sumber-sumber yang kredibel dan dapat dipercaya penderitaan penduduk (non kombatan) memang “exist” dan telah melampaui batas normal,” kata SBY melalui tulisan di situs The Yudhoyono Institute (www.theyudhoyonoinstitute.org) yang dirilis Selasa (15/3), menandai hari ke-19 perang Rusia-Ukraina.
BACA JUGA: Ukraina Berduka, Ibu 12 Anak Gugur di Garis Depan Perang Melawan Rusia
SBY menolak menggunakan istilah 'operasi militer khusus' yang digunakan Rusia.
“Artinya secara moral, pihak-pihak yang berperang harus membukakan jalan untuk pemberian bantuan kenanusiaan melalui gencatan senjata sementara (truce). Truce ini harus dihormati dan dipatuhi oleh kedua belah pihak. Masyarakat internasional, utamanya PBB, tidak boleh abstain dan tidak peduli dengan aksi kemanusiaan ini,” kata SBY.
BACA JUGA: Perang Rusia-Ukraina Berkepanjangan, Komisi I Minta Pemerintah Waspada
Berdasarkan pengalamannya, SBY mengakui memang tidak mudah mencari solusi damai dari konflik/perang bersenjata yang sudah terjadi.
Saat masih aktif dalam dinas militer, dengan pangkat Brigjen, SBY pernah memimpin pasukan perdamaian PBB di zona konflik Bosnia-Herzegovina selama enam bulan pada tahun 1996.
BACA JUGA: Konon Rusia Akan Melakukan Perbuatan Terlarang dalam Perang
Selain itu, saat menjadi Menko Polsoskam pada era Presiden Gus Dur dan Menko Polkam pada era Presiden Megawati, SBY terlibat aktif menyelesaikan konflik horisontal di Sampit, Poso, Ambon dan Maluku Utara.
Saat menjadi Presiden, SBY berhasil menyelesaikan konflik bersenjata di Aceh yang sudah berlangsung 29 tahun.
Presiden SBY juga terlibat aktif dalam upaya dunia mengatasi konflik Suriah pada pertemuan G20 di Rusia.
“Saya amat tahu bahwa situasinya sangat tidak mudah dan makin rumit ketika negara-negara Barat menjatuhkan sanksi ekonomi yang berat terhadap Rusia. Saya bukan pula seorang utopis. Dalam hubungan internasional dan politik luar negeri saya berpijak pada aliran realisme. Dunia tak seindah bulan purnama. Kita semua harus siap dan bisa hidup dalam dunia yang tak pernah damai dan menjadi ajang benturan kepentingan nasional yang juga tak akan pernah usai,” tegas SBY.
Namun, SBY mengingatkan agar semua pihak selalu optimistis.
“Kondisi dan situasi yang berat itu jangan menyurutkan prakarsa dan aksi nyata untuk mencegah terjadinya krisis kemanusiaan akibat perang, di manapun di dunia ini. Tidakkah dalam politik segalanya menjadi mungkin. Otto von Bismarck pernah mengatakan bahwa politics is the art of the possible?" tanya SBY secara retorik.
“Situasi di Ukraina, sebagaimana situasi di Suriah ataupun situasi di Yugoslavia dulu, selalu ada jalan untuk mencegah dan mengakhiri penderitaan kemanusiaan yang tak semestinya terjadi. If there is a will, there is a way. Jika ada kemauan, ada jalan," tegas SBY.
Dia mengingatkan Prakarsa untuk melakukan gencatan senjata ini, sering berasal dari pihak ketiga, misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa, karena dinilai ada jalan dan peluang untuk mengubah perang militer itu menjadi proses politik yang dapat menghadirkan “win-win solution”.
“Sejarah juga banyak mencatat bahwa peperangan, seberapapun dahsyatnya, akhirnya berakhir di meja perundingan,” kata SBY.
SBY menyerukan semua pihak di dunia ini untuk sama-sama peduli terhadap perang yang terjadi di benua Eropa ini.
"Kalau krisis ekonomi global terjadi sekarang, yang dipicu oleh adanya perang ekonomi menyusul serangan Rusia ke Ukraina, apa yang akan terjadi? Saya khawatir hanya negara-negara besar yang ekonominya kuat sajalah yang bisa mengatasi dampak buruknya, sementara negara berekonomi sedang apalagi lemah akan menanggung beban yang terlampau berat," kata SBY.
Oleh karena itu, SBY mengungkapkan, Saya harus berani mengatakan bahwa sebaiknya dunia mencegah memburuknya situasi kemanusiaan di Ukraina, mencegah terjadinya perang dunia dan perang nuklir, serta mencegah pula terjadinya perang ekonomi yang makin tajam, meluas dan indiskriminatif."
Dalam tulisan bersambung ini, SBY menguraikan enam poin pemikirannya terkait perang Rusia-Ukraina, yaitu: (1) Prospek perang di Ukraina, (2) Gencatan senjata untuk aksi kemanusiaan, (3) Penyelesaian konflik secara politik, (4) Kelanjutan dari perang ekonomi, (5) Masa depan hubungan Barat dan Rusia, (6) Tatanan dunia baru pasca perang Rusia-Ukraina.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich