SBY Ternyata Marah ke Tony Abbott

Hubungan Indonesia-Australia Tak Akan Segera Normal

Kamis, 28 November 2013 – 05:01 WIB
PM Australia Tony Abbott dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan APEC di Bali beberapa waktu lalu. Foto: REUTERS

jpnn.com - SYDNEY - Hubungan antara Indonesia dan Australia pascaterkuaknya penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dilakukan oleh intelijen negeri tetangga itu kemungkinan tak akan secepatnya normal seperti sebelumnya. Meski Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott sudah mengirim surat ke Presiden SBY dan berjanji tak akan melakukan langkah yang dapat mencederai hubungan kedua negara, namun tetap saja kemesraan yang sebelumnya terjalin bakal sulit untuk segera dipulihkan.

Seperti diberitakan The Age edisi Kamis (28/11) yang mengutip sumber dari pejabat teras di pemerintah RI, Presiden SBY ternyata tak berkenan dan marah atas respon Abbott. Pasalnya, Abbott dalam suratnya menolak meminta maaf atas ulah telik sandi Directorate Signal Defense (DSD) Australia menyadap pembicaraan SBY dan istrinya pada 2009.

BACA JUGA: Target Tiga RUU Rampung Desember

Sementara Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop sudah bersiaga guna menemui Menlu RI Marty Natalegawa dalam beberapa hari ini di tengah spekulasi tentang langkah selanjutnya untuk memperbaiki hubungan antara kedua negara dengan melibatkan utusan khusus dari kedua kepala negara untuk bertemu langsung. Meski demikian, sangat mungkin pertemuan antara utusan khusus itu dilakukan ketimbang pertemuan antara kedua menlu.

Mengacu pada surat Abbott ke SBY, ada tiga hal penting terkait hubungan Indonesia-Australia. Pertama adalah keinginan Australia untuk menjaga dan melanjutkan hubungan bilateral.

BACA JUGA: Kerjasama Polri dengan Australia Masih Beku

Kedua, Abbott menunjukkan komitmennya bahwa Australia tidak akan melakukan sesuatu di masa depan yang akan merugikan dan mengganggu Indonesia. Sedangkan poin ketiga adalah kesediaan Abbott mendukung usulan SBY untuk menata kembali kerjasama bilateral termasuk pertukaran intelijen dengan menyusun protokol dan kode etik yang jelas, adil, dan yang dipatuhi.

Sementara itu, Abbott menilai positif respon yang ditunjukkan SBY. Perdana Menteri dari Partai Liberal itu berharap hubungan antara negerinya dengan Indonesia justru semakin kuat pascaterungkapnya kasus penyadapan itu.

BACA JUGA: Tuntutan Jaksa Sudah Diperkirakan Kubu Luthfi

"Itu adalah pernyataan yang sangat hangat. Itu adalah statement yang sangat positif tentang Australia," kata Abbott.

Menurutnya, pembicaraan antara utusan khusus untuk membahas isu yang ada antara kedua negara akan segera digelar dalam waktu dekat. "Saya pikir itu cara yang baik ke depan," ucapnya.

Hanya saja upaya Abbott itu dirusak oleh Menteri Perdagangan Australia, Andrew Robb yang menjadi orang pertama di pemerintah Negeri Kanguru yang menyebut penyadapan pada tahun 2009 itu sebagai sebuah kenyataan. "Sayang sekali bahwa penyadapan yang terjadi beberapa tahun lalu itu telah menjadi umum," katanya. "Tapi itu ada, itulah fakta kehidupan," ucap Andrew.

Sementara itu, Indonesia belum berencana mengirimkan lagi Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib R Kesoema ke Canberra. Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha mengatakan, proses perbaikan hubungan antara kedua negara dilakukan selangkah demi selangkah yang dimulai dengan kesepakatan oleh utusan khusus. Sementara soal pengiriman Dubes RI ke Australia masih akan dibicarakan belakangan.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Prabowo Janji Temui Megawati


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler