jpnn.com, JAKARTA - SCG, salah satu perusahaan terkemuka ASEAN terus memperhatikan perubahan iklim dan isu sosial yang menjadi ancaman serius.
Perusahaan yang mengelola tiga unit bisnis; Cement-Building Material (Semen), Packaging (Kemasan), dan Chemicals (Kimia), itu pun untuk pertama kalinya menggelar ESG SYMPOSIUM 2023 di Indonesia hari ini (2/11).
BACA JUGA: SIAM-INDO dan SCG CBM Indonesia Hadirkan Showcase di Pameran ARCH:ID
Hal itu sebagai upaya melanjutkan rangkaian Sustainable Development Symposium yang sebelumnya pernah dilaksanakan.
Mengusung tema Collaboration for Sustainable Indonesia, melalui forum ini, SCG mendorong kolaborasi dari seluruh pihak untuk mempercepat target net zero emission, mengatasi kesenjangan sosial, serta mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui penerapan strategi ESG 4 Plus.
BACA JUGA: SCG Raih CSR Sustainability Award 2021 dari Pemprov Jabar
President & CEO SCG, Roongrote Rangsiyopash mengungkapkan kawasan Asia Tenggara rentan terdampak krisis global karena tingginya populasi dan pesatnya kegiatan ekonomi.
Di Indonesia sendiri, isu nasional yang terjadi hari ini meliputi krisis polusi udara, kenaikan permukaan air laut, pengelolaan limbah, dan kesenjangan ekonomi.
“Di tengah persoalan nyata, serta lanskap industri yang berkembang pesat, keberlanjutan bukan lagi sebuah pilihan, melainkan kewajiban," kata Roongrote.
Dunia usaha berperan penting dalam membentuk masa depan. Sesuai peningkatan target NDC, Indonesia memiliki pekerjaan rumah untuk mencapai nol emisi karbon atau NZE 2060.
Menurut Roongrote, dengan dukungan internasional, pengurangan ini bahkan bisa mencapai 43 persen.
"Untuk itu, mari bersama-sama menyelaraskan langkah untuk mendukung kemajuan nasional dan menciptakan masa depan Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera,” ujar Roongrote.
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dhewanti menyampaikan saat ini dunia tengah menghadapi triple planet challenges, yaitu perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan pencemaran lingkungan.
Untuk itu, konsep ESG menjadi gamechanger yang dapat membantu menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan, sehat, dan seimbang, serta memberikan insentif bagi perusahaan dan industri untuk lebih bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan mereka.
“Kolaborasi dan kerjasama merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim," ucapnya.
Laksmi menyebut komitmen Indonesia, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan merupakan modal dasar.
"Namun, harus dibarengi dengan kerja keras dan kerja cerdas dalam melaksanakan aksi-aksi nyata mitigasi perubahan iklim di semua sektor.” jelas Laksmi.
Wakil Presiden Eksekutif SCG, Thammasak Sethaudom menekankan bahwa mencapai pembangunan berkelanjutan dan target NDC memerlukan kolaborasi dari semua sektor.
“Saya ingin mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk tetap menjaga semangat kolaboratif dan inovatif," ujar Thammasak.
Dia pun menekankan kita tidak dapat mencapai masa depan yang berkelanjutan sendirian; hal ini membutuhkan upaya kolektif dari beragam perspektif dan keahlian.
"Mari kita bekerja sama untuk keberlanjutan Indonesia. Saya berharap di tahun-tahun mendatang kita akan memiliki lebih banyak lagi contoh kerja sama keberlanjutan yang mengagumkan antara Indonesia dan global.”
Country Director SCG di Indonesia, Warit Jintanawan menjelaskan pentingnya keselarasan implementasi ESG di seluruh aspek.
Menurutnya, dengan menerapkan ESG, kita tidak hanya mengatasi persoalan lingkungan saja, tetapi turut menyentuh masalah sosial-ekonomi, dengan mendorong pendapatan per kapita Indonesia agar mampu setara dengan negara maju dan menekan angka kemiskinan hingga nol persen.
"Untuk mengatasi kesenjangan sosial dan mendukung kesejahteraan masyarakat, SCG mendirikan program pendampingan dan pelatihan bagi usaha lokal, Gerakan Desa Berdikari (Gesari) yang telah mengembangkan lebih dari 70 UMKM di Sukabumi," pungkas Warit.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul