Sebelum Berangkat Sekolah, Sempat Rebutan Kamar Mandi

Jumat, 28 September 2012 – 11:50 WIB
Suasana pemakaman almarhum Deni Yanuar di Jakarta, Kamis (27/9). Foto:Indopos/JPNN
TAWURAN antarpelajar sekolah lagi-lagi menimbulkan korban jiwa. Perkelahian pelajar kali ini melenyapkan nyawa Deni Yanuar, 17 tahun. Siswa SMA Yayasan Karya 66 (Yake) ini terkena sabetan celurit hingga tewas di Jalan DR Saharjo, Rabu lalu. Kemarin, jenazah Deni dimakamkan di TPU Menteng Pulo. Seperti apa sosok Deni di mata keluarganya?

JOESVICAR IQBAL

Suara sirine ambulans memecah keheningan TPU Menteng Pulo, Jakarta Selatan, Kamis (27/9) pagi. Ratusan pelayat mengantar jenazah Deni Yanuar ke liang lahat. Tak hanya siswa berseragam dari  SMA Yake yang datang ke TPU tersebut, ada pula keluarga dekat dan tetangga Deni.

Yang paling terlihat terpukul adalah Suryanti, 57, ibu Deni Yanuar. Matanya tampak sembab. Berulang kali ibu yang sudah lama ditinggal suaminya ini menyeka air matanya yang terus mengalir di pipinya. Rasa sedih memang pantas menyelimuti hati Suryanti. Maklum, sehari sebelum korban tewas, dia dan korban beserta sepupunya sempat melihat tayangan televisi berupa tawuran pelajar antara SMAN 70 dan SMAN 6 yang sama-sama menimbulkan korban tewas.

 Di rumahnya yang sederhana berlantai dua, Deni tinggal bersama keluarga besarnya. Dia merupakan anak tunggal dari pasangan Slamet dan Suyanti. Ayahnya, Slamet, sudah meninggal dunia sejak Deni masih berada di kandungan. Ibunya, Suyanti, bekerja di sebuah pergudangan di Blok M.

Di mata keluarganya, Deni dikenal sebagai pribadi yang hangat. Meskipun jarang ngobrol di rumah, Deni memiliki banyak teman. Kata Riri Handayani, Deni sering cerita soal cewek yang ditaksir

Sebelum berangkat sekolah mereka sempat berebutan memakai kamar mandi. ’’Gue duluan ya mandi,’’ kata Riri menirukan ucapan Deni. Di keluarganya, Deni memiliki panggilan kesayangan, Dadut. Riri bercerita, nama alias ini diberikan karena tubuh Deni yang tinggi besar.

Sementara itu, selain AD tersangka utama penusukan, jajaran Polres Metro Jakarta Selatan menangkap dua orang di duga terkait dengan tawuran di Manggarai yang menewaskan Deni Januar, siswa SMA Yayasan Karya 66 (Yake). Dua orang tersebut berinisial EK dan GL yang ditangkap di rumahnya di daerah Manggarai, Jakarta Selatan, Rabu (26/9) malam lalu.
Hal itu ditegaskan Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Hermawan mengatakan, sekitar pukul 23.00 WIB lalu, kita amankan 11 orang pelajar dari Sekolah Yake dan Kartika Zeni, dari 11 orang tersebut yang mempunyai peranan tawuran cuma 2 orang. Inisialnya EK dan GL. Sedangkan sisanya 9 orang sudah kita pulangkan tadi pagi.

”Dari hasil pemeriksaan, diketahui peran kedua tersangka ini adalah ikut memukul dan menendang korban Deni,” ujarnya di Polres Metro Jakarta Selatan kepada wartawan Kamis (27/9).

Dalam pemeriksaan lanjutan, kini keduanya ditahan di rutan Polres Metro Jakarta Selatan. Informasi yang dihimpun, saat kejadian GL dan juga EK diduga memukul dan menendang Deni. “Mereka dijerat Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, Pasal 351 Ayat 3 KUHP tentang penganiayaan yang menyebabkan orang meninggal, dan Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan. Ancaman maksimal 15 tahun penjara tapi karena di bawah umur, ancaman hukuman menjadi 1/3 orang dewasa menjadi ancaman 5 tahun penjara,” imbuh Hermawan mengenakan kemeja lengan panjang warna putih kemarin.
 
Berita sebelumnya, masih melekat kasus tewasnya siswa kelas X-8, SMAN 6, Alawy Yusianto Putra, 15,  akibat dibacok celurit oleh pelajar SMAN 70. Rabu (26/9) siang lalu, kembali terjadi tawuran antar sekelompok pelajar hingga jatuh korban. Seorang siswa SMA Yayasan Karya 66, Kampung Melayu yakni Deni Januar, 17, tewas akibat dibacok celurit di Jl Payakumbuh, Minangkabau, Menteng Atas, Setia Budi, Jakarta Selatan.

 Sebelumnya Sekelompok pelajar menumpang metromini 62, sedangkan kelompok pelajar lainnya menumpang metromini S61. Tak ayal, di Jl Saharjo, Tebet, sekitar pukul 12.30 WIB kemarin, kedua kelompok pelajar tersebut diduga awalnya antara pelajar SMK Kartika Zenif dengan SMA Yayasan Karya 66 (Yake) saling ejek-ejekan hingga terjadilah tawuran. Kedua kelompok saling lempar batu dan aksi tawuran terjadi di depan restoran lapo (Toba Tabo).

Karena sudah terluka parah, tubuh Deni yang mengenakan sweeter pun limbung di aspal Jl Payakumbuh, Minangkabau, dalam keadaan terlungkup Deni terus memegangi lukanya yang menganga. Lalu seorang temannya korban kembali untuk membantu, dan dengan menumpang taksi korban Deni langsung dibawa ke RSCM. Sayangnya Deni yang merupakan anak tunggal warga Jl Manggis I, RT 4/5, No 2, Manggarai Selatan, Tebet, menghembuskan nafasnya yang terakhir saat di evakuasi ke RSCM. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Fitra: Pemprov DKI tak Punya Nurani

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler