jpnn.com - JAKARTA -- WhatsApp, layanan instant messaging yang dimiliki oleh Facebook menerapkan enkripsi yang melindungi percakapan antar pengguna. Fitur terbaru WhatsApp ini tengah menjadi tren dalam setahun terakhir, terutama setelah banyaknya peristiwa peretasan menyerang korporasi multinasional.
Dari penjelasan resmi, pesan antara pengguna WhatsApp terlindungi dengan protokol enkripsi end-to-end. Fitur ini berfungsi agar pesan tidak bisa dibaca maupun disadap oleh pihak ketiga dan bahkan tidak bisa dibaca oleh WhatsApp sendiri. Pesan tersebut hanya bisa dibaca oleh penerima yang dituju, termasuk layanan telepon, gambar, video, pesan suara.
BACA JUGA: Ada Yang Baru di Facebook, Menarik Banget
Menanggapi ini, Chairman lembaga riset keamanan cyber Communication and Information System Security Research Center, Pratama Persadha mengatakan, walaupun WhatsApp sudah dilengkapi dengan enkripsi, bukan berarti komunikasi pengguna sudah betul-betul aman. Ia menjelaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
“Enkripsi apa yang digunakan oleh WhatsApp ini? Apakah pertukaran kuncinya masih bersifat plain atau tidak. Perlu diperhatikan juga ada potensi man in the middle attack yang tetap bisa mencuri informasi,” ujar Pratama, Kamis (7/3).
BACA JUGA: Komisi Persaingan Usaha Perancis Gugat Apple Rp 722 Miliar
Ia menjelaskan, akan lebih baik lagi jika menggunakan algoritma enkripsi yang sudah dibuat atau dikembangkan sendiri. Kalau memang menggunakan algoritma enkripsi open source, sebaiknya diubah lagi untuk memperkuatnya.
“Karena man in the middle attack ini tidak hanya mencuri informasi, tetapi juga dapat menimbulkan kerugian melalui manipulasi data,” jelas dia.
BACA JUGA: Garap 4G LTE, Smartfren Gandeng Samsung
Pratama menambahkan server WhatsApp yang berada di Amerika Serikat juga patut menjadi pertimbangan. Mengingat National Security Agency (NSA), lembaga intelijen Amerika Serikat, memiliki kemampuan untuk membuka semua “kunci” enkripsi.
“Data backup-nya juga aman atau tidak. Karena secara default layanan backup yang digunakan oleh WhatsApp adalah Google Drive yang masih bisa diakses pemerintah manapun dengan permintaan khusus," katanya.
Menurut dia, ini berbeda dengan aplikasi serupa yang punya standar keamanan dan militer tingkat tinggi. Karenanya, ia menegaskan, tidak perlu khawatir berlebihan Whatsapp akan digunakan untuk tindak kejahatan seperti terorisme.
"Seperti kasus enkripsi pada iPhone, pada akhirnya pemerintah bisa memaksa Apple membuka lewat jalur hukum maupun melakukan dekripsi karena memang memungkingkan," jelas mantan Ketua Lemsaneg untuk Pengamanan IT Presiden itu.
Di samping semua hal tersebut, langkah ini patut diapresiasi mengingat WhatsApp adalah instant messaging yang menggratiskan layanannya. Enkripsi ini melindungi komunikasi lebih dari 1 miliar pengguna WhatsApp di seluruh dunia dari pencurian informasi.
Enkripsi mulai diterapkan di banyak model teknologi. Semakin besarnya ketergantungan manusia akan internet, juga membuka peluang serangan penjahat cyber lebih besar. Karena itu enkripsi digunakan untuk mengamankan data, jaringan dan komunikasi. Di tanah air sendiri enkripsi sudah dikemabngkan oleh Lembaga Sandi Negara dan beberapa perusahaan security anak bangsa. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Untuk yang Satu Ini, Canon Sudah13 Tahun Jadi Penguasanya
Redaktur : Tim Redaksi