Di Amerika Serikat sebuah pesawat Boeing 737 MAX 8 yang sedang terbang ke gurun di California untuk diparkir di sana karena adanya pelarangan terbang global terpaksa melakukan pendaratan darurat tidak lama setelah lepas landas karena masalah mesin. Masalah yang dihadapi Boeing 737 MAX
BACA JUGA: Pengemudi Ojol Indonesia Apresiasi Putusan Tarif Baru Ojek Online
Ketika terbang pesawat tersebut tidak membawa penumpang, dan masalah yang ada bukan disebabkan karena sistem komputer yang diduga menjadi penyebab kecelakaan dua pesawat Boeing 737 MAX 8 sebelumnya, di Indonesia, dan di Ethiopia.
Pesawat yang mendarat darurat itu milik Southwest Airlines
BACA JUGA: Beritakan Materi Sidang Kardinal Pell, Puluhan Jurnalis Diperkarakan
"Awak mengikuti protokol yang ada, dan pesawat mendarat kembali di bandar dengan selamat." kata Southwest dalam sebuah pernyataan.
Southwest dengan nomor penerbangan 8701 kembali lagi ke Bandara Internasional Orlando sekitar pukul 3 sore waktu setempat setelah pilot melaporkan adanya masalah dengan salah satu mesin di pesawat tersebut.
BACA JUGA: Hijab Jadi Sikap Politik Muslimah Asal Australia yang Bersuami Pria Aceh Ini
Video: The 737 MAX was one of Boeing's most popular jets. (ABC News)
Juru bicara bandara Carolyn Fennell mengatakan satu dari tiga landasan di bandara tersebut ditutup untuk pembersihan setelah pesawat mendarat.
Dia mengatakan ini adalah prosedur standar untuk mengecek apakah di landasan ada hal yang mengganggu setelah pendaratan darurat.
Masih belum jelas apakah ada bagian dari pesawat yang jatuh ketika pesawat mendarat.
Pesawat itu direncanakan terbang dari Orlando ke bandara logistik di Victorville, California, tidak jauh dari Gurun Mojave, dimana Southwest memindahkan seluruh 34 pesawat Boeing 737 MAX8 untuk disimpan.
Administrasi Penerbangan Sipil Amerika Serikat (FAA) telah melarang seluruh pesawat 737 MAX untuk terbang, setelah kecelakaan di Indonesia dan Ethiopia dimana seluruh penumpang dan awak tewas.
Namun maskapai penerbangan masih diijinkan untuk menerbangkan pesawat tanpa penumpang guna memindahkan pesawat ke bandara lain.
FAA sedang menyelidiki insiden terbaru ini namun pendaratan darurat tersebut tidak berhubungan dengan piranti lunak komputer yang diperkirakan menyebabkan jatuhnya pesawat serupa milik Lion Air dan Ethiopian Airlines sebelumnya.
Juru bicara Boeing mengatakan perusahaan 'mengetahui adanya insiden tebaru ini dan tetap mendukung pelanggan kami." Photo: Tidak ada yang selamat dalam jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX 8 Ethiopian Airlines tanggal 11 Maret 2019 (AP: Mulugeta Ayene)
Tidak ada yang selamat dari kecelakaan sebelumnya Negara yang melarang terbang 737 MAX
Seluruh penumpang dan awak 157 orang dalam pesawat naas Ethiopian Airlines dari Addis Ababa ke Nairobi tewas ketika pesawat itu jatuh tidak lama setelah lepas landas tiga pekan lalu.
Juga tidak ada yang selamat dari 189 penumpang dan awak dalam pesawat Lion Air yang kehilangan kontak dengan menara pengawas 13 menit setelah lepas landas dan kemudian jatuh ke Laut Jawa bulan Oktober lalu.
Setelah dua kecelakaan fatal tersebut, Boeing mengumumkan bahwa mereka menunda pengiriman pesawat ke berbagai maskapai, walau tetap mengatakan pesawat ini aman.
Boeing akan terus melanjutkan produksi pesawat tersebut sebanyak 52 setiap bulannya, namun pesawat jenis MAX ini tidak akan dikirim ke maskapai atau perusahaan penyewaan pesawat.
Sekitar lima ribu pesawat MAX sudah dipesan dan ini berarti dampak keuangannya bagi Boeing sangat besar.
Menurut pengamat, setiap bulannya pesawat Boeing ini tidak bisa diterbangkan, maka perusahaan itu akan menanggung kerugian sekitar $AUD 1,8 sampai $AUD 2,5 miliar (sekitar Rp 2,5 T sampai Rp 3 T).
Walaupun menurut pengamat ketika nanti larangan dicabut, kerugian itu bisa ditutupi.
Bulan Januari, Boeing mengatakan bahwa pendapatan mereka selama tahun 2019 berkisar antara $US 109,5 miliar sampai $US 111.5 miliar.
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini
ABC/wires
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hijab Jadi Sikap Politik Muslimah Asal Austalia yang Bersuami Pria Aceh Ini