jpnn.com, JAKARTA - Dokter Mursyid Bustami mengajak masyarakat mengenali tiga gejala stroke yang paling sering terjadi.
Menurut Direktur Utama di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta ini, gejala dimaksud umumnya terjadi secara mendadak.
BACA JUGA: Sertifikat Vaksin tak Muncul di PeduliLindungi? Begini Solusinya
Ketiga gejala stroke dimaksud adalah tidak simetrisnya wajah, menurunnya kekuatan salah satu anggota gerak tubuh dan terganggunya bicara.
"Gejala paling banyak yang dialami pasien stroke tidak simetrisnya wajah, menurunnya kekuatan dari salah satu anggota gerak dan bicara terganggu," ujar dr. Mursyid Bustami di Jakarta dalam sebuah virtual media briefing, Jumat (27/8).
BACA JUGA: Begini Caranya Perokok Lindungi Paru-paru dari Kerusakan
Selain ketiga gejala ini, ada juga pasien yang merasa sakit kepala yang tidak biasa, sangat hebat diikuti penurunan kesadaran, pusing dan gangguan perilaku.
Mursyid yang juga tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) mengatakan bila gejala-gejala ini muncul maka pasien perlu segera mendapatkan penanganan tenaga medis.
BACA JUGA: Ganjar Pranowo Mesti Loncat Pagar Jika Ingin Maju di Pilpres 2024
Dia hanya memiliki waktu maksimal 4,5 jam sebelum kematian sel saraf terjadi atau hal-hal buruk lainnya termasuk kematian.
"Kalau ada gejala, terjadi mendadak atau akut, yang harus dilakukan harus pergi ke fasilitas kesehatan."
"Cari rumah sakit yang tepat, yang bisa melayani cepat. 4,5 jam itu golden periode. Satu detik bisa bermanfaat mencegah kematian sel saraf. Kalau kita delay sejam dua jam akibatnya akan buruk," kata dia.
Mursyid mengatakan, kecacatan yang bisa terjadi bila penanganan terlambat diberikan.
Cacat yang dimaksud bisa bervariasi dari yang tak terlihat seperti gangguan konsentrasi, masalah mengingat, hingga kasat mata antara lain melemahnya anggota gerak yang bahkan membuat pasien selamanya harus beraktivitas di atas tempat tidur.
Sementara itu, Ketua Indonesian Stroke Society (ISS) dokter Adin Nulkhasanah menyebut stroke umumnya terjadi akibat terganggunya peredaran darah otak, bisa akibat sumbatan (80 persen) atau pendarahan.
"Karena sumbatan ini dan gangguan pembuluh darah di otak, fungsi-fungsi di otak juga terganggu," kata dokter yang juga spesialis saraf ini.
Ada banyak faktor yang menyebabkan stroke seperti usia dan genetik.
Faktor penyakit juga menjadi salah satu penyebab. Seperti kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes dan obesitas.
Gaya hidup tak sehat juga bisa mengakibatkan stroke. Mencakup stres, malas berolahraga dan pola makan buruk.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 memperlihatkan stroke dialami 7 per 1000 orang dan angka ini naik menjadi 10,9 pada 2018.
Adin memprediksi kejadian stroke yang meningkat seiring masih tingginya angka faktor risiko seperti hipertensi dan diabetes.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang