jpnn.com - SURABAYA – Tidak akan ada yang mau terjangkit kanker. Apalagi, kanker mengerikan seperti kanker mulut rahim alias serviks. Sayang, angka kejadian kanker yang identik dengan pasien perempuan itu terus meningkat.
Spesialis kandungan RSUD dr Soetomo dr Brahmana Askandar SpOG (K) mengatakan, setiap hari di RSUD dr Soetomo selalu didiagnosis sekitar sepuluh pasien kanker serviks yang baru. Jumlah tersebut belum termasuk pasien lama yang datang untuk kontrol.
BACA JUGA: Visi Jokowi Ternyata Klop dengan KMP
Ironisnya, sebagian besar pasien yang datang sudah masuk stadium lanjut. Yaitu, stadium tiga atau empat. Padahal, lanjut Brahmana, kanker serviks adalah jenis kanker yang paling bisa dicegah. ’’Karena penyebabnya sudah ketahuan, yaitu human papilloma virus (HPV). Sedangkan banyak kanker lain yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti,’’ ucapnya dalam Seminar Media Waspadai Human Papilloma Virus (HPV), Jangan Tunda Lakukan Vaksinasi! yang diadakan Merck Sharp & Dohme di Pullman Hotels and Resorts Kamis (9/10).
Kanker serviks disebabkan HPV tipe 16 dan 18. Nah, virus itu punya ciri perjalanan yang panjang. Yakni, 8 sampai 15 tahun. Jadi, seseorang yang terdiagnosis kanker serviks pada usia 40, bisa jadi virusnya sudah berjalan 8 sampai 15 tahun itu. Selama itu juga, bila seseorang sudah menjalani deteksi dini, kanker bisa dideteksi dan langsung diobati. Dengan demikian, pertumbuhan kanker tidak akan berlanjut semakin parah. ’’Karena itu, alangkah baiknya dilakukan pemeriksaan pap smearsetahun sekali. Dari sana bisa dicari tahu apakah ada sel pra-kanker,’’ terang dokter 41 tahun tersebut.
BACA JUGA: Inilah Enam Pemda di Riau yang Dinilai Bandel
Brahmana mengakui, kesadaran perempuan untuk menjalani deteksi dini saat ini sudah meningkat. Namun, peningkatannya sangat kecil, hanya 5 persen dari suatu populasi. Jadi, di antara seratus perempuan, hanya lima yang punya kesadaran untuk menjalani deteksi dini. ’’Sementara itu, di negara-negara maju, sebagian besar terdeteksi pada tahap pra-kanker,’’ imbuhnya.
Karena itu, Brahmana sangat menyarankan seseorang untuk menjalani vaksin HPV. Keberhasilan vaksin mencapai 80 persen. ’’Angka ini tergolong tinggi, paling efektif dilakukan sebelum aktif secara seksual,’’ ungkap Brahmana. Maksudnya, seseorang yang sudah aktif secara seksual, mulut rahimnya lebih berisiko karena kontak seksual yang dilakukan. ’’Usia sembilan tahun sudah bisa vaksin,’’ ucapnya.
BACA JUGA: JK Anggap Wajar Pertemuan Jokowi dengan Ketua DPR dan MPR
Spesialis kulit dan kelamin RS Bhayangkara itu menambahkan, vaksin HPV bahkan juga bisa mengurangi risiko seseorang terkena penyakit kelamin seperti jengger ayam. ’’Keberhasilannya juga mencapai 80 persen,’’ ucapnya.
Sementara itu, artis yang juga Duta Kanker Serviks Ira Wibowo menambahkan, sejauh ini memang banyak perempuan yang mengeluh dengan harga vaksin HPV yang tidak murah. Namun, menurut dia, harga yang dikeluarkan untuk pencegahan tidak sebanding dengan yang terbuang ketika benar-benar terjangkit kanker serviks. Misalnya, operasi, kemoterapi, dan radiasi yang mencapai puluhan juta. ’’Anak saya sudah saya vaksin sejak usianya 14 tahun,’’ ucap Ira.
Brahmana mengamini pernyataan tersebut. Menurut dia, harga vaksin tidak bisa dibandingkan dengan pengobatan kuratif. Operasi bisa mencapai puluhan juta, kemoterapi dan radiasi dalam setiap tindakannya mencapai belasan juta. Apalagi, RSUD dr Soetomo sebagai rumah sakit rujukan terbesar di Indonesia Timur memiliki keterbatasan mesin radiologi. ’’Antrean pasiennya mencapai 8–12 bulan, saya tidak bisa bayangkan kalau enam bulan lagi bertambah lagi. Bisa-bisa sebelum radiasi sudah tidak tertolong,’’ ucapnya. (ina/c10/tia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... JK Puji Pemikiran Nusron soal Pemerataan Ekonomi
Redaktur : Tim Redaksi