SURABAYA - Angka kejadian pasien jantung memang semakin terlihat. Hal tersebut bisa terjadi karena awareness masyarakat yang tinggi dalam melakukan deteksi dini dan gaya hidup buruk yang semakin menjadi-jadi. Tak heran, banyak orang yang harus melakukan operasi pemasangan stent atau ring.
Hal itu disampaikan pakar kardiologi intervensi dari Malaysia dr Soo Chee Siong dalam seminar kesehatan jantung sehat yang dihelat Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya Senin (27/5). Dokter yang akrab disapa Soo tersebut menuturkan, dalam sehari di Malaysia atau Singapura, rata-rata dirinya bisa melakukan operasi pemasangan ring lima kali.
Bahkan, dalam sehari Soo pernah melakukan sepuluh operasi pasang ring. Ketika ditanya rata-rata usia pasien penderita jantung koroner (PJK) di Malaysia dan Singapura, Soo menjawab bahwa penyakit itu tidak mengenal usia. Usia pasien pasang ring jantung termuda yang pernah ditanganinya adalah 18 tahun. "Dia remaja laki-laki. Dia punya riwayat sebagai perokok dan kolesterolnya tinggi," jelasnya.
Soo menambahkan, kini semakin banyak orang yang mencari ring generasi keempat. Namanya bioresorbable vascular scaffold (BVS). Sebenarnya, teknologi tersebut sudah bisa diakses di Surabaya. Hanya, masih banyak warga yang belum mengetahuinya. Karena itu, mereka mencari di Malaysia dan Singapura.
Pada jenis tersebut, ring bisa larut di darah dalam jangka waktu dua tahun sehingga efek samping yang diterima tubuh pun menurun. ''Sama kuatnya dengan ring yang terbuat dari bahan metal. Tapi, ring ini terbuat dari bahan yang bisa larut dalam tubuh. Namanya polylactide,'' paparnya.
Meski demikian, tidak semua pasien dengan PJK bisa menggunakan ring jenis ini. Ada beberapa kriterianya. "Kriterianya sangat medis. Nanti dokter melakukan pemeriksaan untuk memutuskan pasien bisa menggunakan BVS atau tidak," tegasnya.
Meski perkembangan teknologi kedokteran semakin maju, Soo tetap menganjurkan seseorang untuk melakukan langkah pencegahan. Yang paling utama adalah menjaga makanan dan tidak menjadi perokok.
Soo tidak menampik hampir semua pasien penyakit jantung koroner memiliki riwayat hiperlipidemia (kadar kolesterol tinggi) dan merokok. Menurutnya, gaya hidup semacam itu harus dijauhi oleh semua usia dan semua kalangan. Sebab penyakit ini tidak memandang status sosial. Untuk usia, bila pasien termuda yang pernah ditangani saja berusia 18 tahun, Soo mengibaratkan gaya hidup buruk sudah dimulai sejak 10 tahun sebelum terjangkit PJK.
Bila seseorang sudah terjangkit PJK dan pernah pasang ring, Soo sangat mewanti-wanti pasien tersebut untuk menjaga pola hidupnya. Bila pola hidup yang dijalankan tetap buruk, sangat mungkin beberapa tahun ke depan orang tersebut juga akan mengalami penyumbatan di area pembuluh darah lain dalam jantungnya. Bila sudah begitu, harus pasang ring lagi. Otomatis, biaya yang dikeluarkan semakin banyak. (ina/mas/ayi)
Hal itu disampaikan pakar kardiologi intervensi dari Malaysia dr Soo Chee Siong dalam seminar kesehatan jantung sehat yang dihelat Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya Senin (27/5). Dokter yang akrab disapa Soo tersebut menuturkan, dalam sehari di Malaysia atau Singapura, rata-rata dirinya bisa melakukan operasi pemasangan ring lima kali.
Bahkan, dalam sehari Soo pernah melakukan sepuluh operasi pasang ring. Ketika ditanya rata-rata usia pasien penderita jantung koroner (PJK) di Malaysia dan Singapura, Soo menjawab bahwa penyakit itu tidak mengenal usia. Usia pasien pasang ring jantung termuda yang pernah ditanganinya adalah 18 tahun. "Dia remaja laki-laki. Dia punya riwayat sebagai perokok dan kolesterolnya tinggi," jelasnya.
Soo menambahkan, kini semakin banyak orang yang mencari ring generasi keempat. Namanya bioresorbable vascular scaffold (BVS). Sebenarnya, teknologi tersebut sudah bisa diakses di Surabaya. Hanya, masih banyak warga yang belum mengetahuinya. Karena itu, mereka mencari di Malaysia dan Singapura.
Pada jenis tersebut, ring bisa larut di darah dalam jangka waktu dua tahun sehingga efek samping yang diterima tubuh pun menurun. ''Sama kuatnya dengan ring yang terbuat dari bahan metal. Tapi, ring ini terbuat dari bahan yang bisa larut dalam tubuh. Namanya polylactide,'' paparnya.
Meski demikian, tidak semua pasien dengan PJK bisa menggunakan ring jenis ini. Ada beberapa kriterianya. "Kriterianya sangat medis. Nanti dokter melakukan pemeriksaan untuk memutuskan pasien bisa menggunakan BVS atau tidak," tegasnya.
Meski perkembangan teknologi kedokteran semakin maju, Soo tetap menganjurkan seseorang untuk melakukan langkah pencegahan. Yang paling utama adalah menjaga makanan dan tidak menjadi perokok.
Soo tidak menampik hampir semua pasien penyakit jantung koroner memiliki riwayat hiperlipidemia (kadar kolesterol tinggi) dan merokok. Menurutnya, gaya hidup semacam itu harus dijauhi oleh semua usia dan semua kalangan. Sebab penyakit ini tidak memandang status sosial. Untuk usia, bila pasien termuda yang pernah ditangani saja berusia 18 tahun, Soo mengibaratkan gaya hidup buruk sudah dimulai sejak 10 tahun sebelum terjangkit PJK.
Bila seseorang sudah terjangkit PJK dan pernah pasang ring, Soo sangat mewanti-wanti pasien tersebut untuk menjaga pola hidupnya. Bila pola hidup yang dijalankan tetap buruk, sangat mungkin beberapa tahun ke depan orang tersebut juga akan mengalami penyumbatan di area pembuluh darah lain dalam jantungnya. Bila sudah begitu, harus pasang ring lagi. Otomatis, biaya yang dikeluarkan semakin banyak. (ina/mas/ayi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengapa Manusia Tidak Bisa Mengingat Detail Masa Kecilnya?
Redaktur : Tim Redaksi