"Dari nama-nama yang muncul ke permukaan memang susah untuk membedakan warna ideologi para capres itu. Kalau di Negara-Negara Barat kan jelas sekali mana yang kanan, mana yang kiri. Tapi, capres kita ideologinya sama, yaitu ingin berkuasa menjadi presiden," ujar Hajriyanto Y Tohari, di gedung DPR, Senayan Jakarta, Selasa (17/7).
Semikian juga halnya dengan program-program yang disampaikan para capres, menurut politisi Partai Golkar itu masih sebatas formalitas yang terebak dengan formlitas.
"Jadi dalam Pilpres tidak ada pertarungan ideologi, bahkan paradigma partai politik pengusungnya saja seringkali tidak tercermin dalam figur pasangan Capres dan Cawapres yang mereka usung," tegasnya.
Dalam waktu bersamaan, lanjutnya, semua mencantumkan UUD NRI 1945 dalam konsiderannya dalam bentuk formalitas. Akibatnya undang-undang Pilpres jauh dari nilai-nilai Pancasila dan konstitusi.
Karena itu, imbuh dia, dirinya tidak heran jika tidak ada pertarungan kekuatan ideologi dalam Pilpres hingga bermuara pada maraknya perilaku koruptif di kalangan politikus, pejabat negara, dan pemerintahan.
“Terlebih dua tahun menjelang Pemilu, partai-partai sudah mengusung calon presiden antara lain dari Golkar, Gerindra dan PAN. Semua partai itu tidak memperlihatkan ideologinya,” tegasnya. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Capres Tanpa Ideologi Diibaratkan Zombie
Redaktur : Tim Redaksi