jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah pihak menolak kebijakan Merdeka Belajar yang digagas Mendikbud Nadiem Makarim, terutama soal penghapusan Ujian Nasional alias UN. Namun tidak sedikit juga setuju dengan ide tersebut.
Salah satunya guru-guru beserta pegawai Sekolah Cendekia Harapan (CH) Denpasar-Bali, membuat aksi dukungan ide dari Menteri Nadiem tersebut.
BACA JUGA: Jumlah Guru Honorer Membengkak, Ketum IGI: Setop Salahkan Pemda!
Aksi tersebut dilakukan dengan menandatangi sebuah kain putih bertuliskan “SIAP MERDEKA BELAJAR” di lapangan sekolah Cendekia Harapan.
"Deklarasi SIAP MERDEKA BELAJAR juga melibatkan masyarakat," kata Juwaria Muqtadir, S.Si, ketua Asessmen CH dalam pernyataan resminya, Selasa (17/12).
BACA JUGA: KPAI Dukung 2 dari 4 Program Merdeka Belajar Nadiem Makarim
Warga sekitar kompleks perumahan Puri Gading pun antusias ikut menandatanginya. Ini bukti bahwa tidak sedikit orang peduli akan kemajuan pendidikan Indonesia.
“Aksi ini dibuat untuk menyadarkan oknum-oknum pendidikan khususnya di Indonesia akan pentingnya peningkatan kualitas SDM Indonesia yang tidak hanya dapat diukur melalui nilai dari sebuah ujian, tetapi dapat dilihat dari karakter dan kemampuan literasi, serta kemampuan numerasi. Sehingga diharapkan dengan memiliki SDM berkualitas, pendidik serta instansi pendidikan dapat terdorong untuk meningkatkan mutu pembelajaran”, tutur I Gede Saman, S.Pd, M.Pd, pendidik di SMP CH.
BACA JUGA: Pesan Nadiem Kepada 4 Pejabat Tinggi Madya Kemendikbud
NiLuh Sekar Astuti, ketua Pengembang CH Method berpendapat, ada keterkaitan erat sejarah pendirian sekolah Cendekia Harapan dengan semangat pendidikan yang merdeka. Pada halaman 265 buku Pendidikan karya Ki Hadjar Dewantara, Ki Hadjar Dewantara menguraikan dengan jelas bagaimana Dr. Maria Montessori memiliki konsep yang sangat sempurna dalam pendidikan yang memerdekakan.
Hal inilah yang menjadi dasar sekolah Cendekia Harapan untuk kemudian meneruskan penelitian dan konsep pendidikan Maria Montessori, yang dalam masa hidupnya baru menyelesaikan aparatus pendidikan hingga anak berusia 7 tahun.
"Metode khas CH yang telah menghidupkan Merdeka Belajar. Guru-guru Cendekia Harapan memiliki keinginan kuat untuk meneruskan semangat Ki Hajar Dewantara ini, dengan prinsip kuat bahwa manusia sesungguhnya memiliki kapasitas yang kuat untuk membangun dirinya. Modal semangat inilah yang menjadi dasar pembentukan metode belajar yang sangat beragam di Cendekia Harapan, dikenal dengan CH Method," beber NiLuh Sekar.
Sejak 2017, CH Method diberlakukan di sekolah Cendekia Harapan. Metode mengajar dan belajar ini terbukti mampu mendorong terciptanya puluhan karya dan hasilnya sangat memuaskan. Namun dalam pelaksanaannya, kebaruan metode ini masih belum dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat.
Asumsi dasar bahwa semua akan berakhir pada ujian nasional yang polanya tetap sama dari dulu. Akhirnya menjadi faktor penghambat pelaksanaan CH Method di Cendekia Harapan, selain lemahnya kompetensi guru.
Berbekal pengalaman melaksanakan CH Method yang bersumber dari semangat yang sama, yakni memerdekakan semua warga sekolah dalam belajar dan mengajar, SMP Cendekia Harapan berkomitmen untuk memberikan segala informasi terkait pelaksanaan CH Method.
“Kami mengirimkan surat permohonan audiensi kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berisi lampiran semua dokumen alur pelaksanaan, dasar pemikiran serta formulir dan rubrik asesmen yang dilaksanakan di Cendekia Harapan. Harapan kami, dokumen-dokumen tersebut dapat digunakan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia," ujar Dr Lidia Sandra, M.Comp. Eng. Sc, Principal Cendekia Harapan.
Lidia mengatakan, masalah terbesar untuk perubahan pendidikan bukan hanya terletak pada guru. Lidia merujuk tulisan Ki Hadjar Dewantara dan Driyarkara, bahwa isu pendidikan bergantung pada sekolah, masyarakat dan keluarga.
Mengubah metode pembelajaran bukan hanya pada cara pandang murid dan guru. Melainkan juga cara pandang keluarga dan masyarakat tentang pendidikan itu sendiri. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad