jpnn.com, JAKARTA - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanangan COVID-19 Doni Monardo menyebut daerah yang masuk kategori zona hijau penularan coronavirus disease 2019 (Covid-19), sudah bisa menerapkan metode sekolah secara tatap muka.
Sebab, kata dia, zona hijau dimaknai sebuah daerah tidak ditemukan kasus baru dan tak terdampak pandemi Covid-19.
BACA JUGA: ZA Satu Mobil dengan Teman Sekantor dari Surabaya, Positif COVID-19
"Nah, untuk daerah yang zona hijau tidak ada kasus baru dan tidak terdampak, ini sudah dimulai kegiatan belajar mengajar tatap muka secara langsung," kata Doni dalam keterangan resmi secara virtual yang disiarkan akun Youtube Kemendikbud RI, Sabtu (7/8).
Bahkan, kata Doni, daerah zona kuning penularan Covid-19 bisa menggelar kegiatan belajar mengajar secara tatap muka.
BACA JUGA: Melbourne Salah Satu Kota Paling Nyaman di Dunia, COVID-19 Mengubahnya Jadi Kota Mati
Catatan Satgas Penanganan Covid-19, 163 daerah dinyatakan zona kuning.
"Kemudian kalau kami lihat peta hari ini, per tanggal 2 Agustus 2020, ada 163 zona kuning yang kiranya nanti ini akan bisa dilakukan kegiatan belajar tatap muka," beber Doni.
BACA JUGA: Ashanty Menemukan Akun Netizen Penghina Aurel, Dia Terkejut
Namun, kata Doni, pihaknya tidak mempermasalahkan jika sekolah di zona hijau dan kuning yang belum mau menerapkan kegiatan belajar dan mengajar secara tatap muka.
Satgas Penanganan Covid-19, kata Doni, tidak memaksakan sekolah dilaksanakan secara tatap muka, meskipun sebuah daerah dinyatakan zona hijau dan kuning penularan Covid-19.
Menurut Doni, kesempatan memulai belajar mengajar secara tatap muka dikembalikan kepada pengelola sekolah, setelah berdiskusi dengan dinas pendidikan setempat.
"Keputusan untuk melakukan kegiatan belajar tatap muka kembali kepada pengelola sekolah yaitu para guru yang mana nanti dibimbing oleh kepala dinas pendidikan yang ada di daerah," kata Doni
Selain berdiskusi dengan dinas pendidikan, pengelola sekolah juga perlu berdiskusi dengan orang tua murid.
Setidaknya untuk memastikan risiko penularan Covid-19 tidak terjadi di lingkungan sekolah.
"Artinya harus seminimal mungkin adanya resiko, sehingga setiap sekolah yang memulai kegiatan diawali dengan prakondisi, juga dilakukan simulasi-simulasi, termasuk kebutuhan-kebutuhan alat pendukung untuk mengurangi resiko termasuk sosialisasi tentang penggunaan masker, jaga jarak, tersedianya hand sanitizer, alat cuci tangan tersedia sabun, dan seluruh alat pendukung lainnya untuk bisa mengurangi resiko," beber dia. (ast/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan