jpnn.com, BANJARMASIN - Sektor pariwisata Kalimantan Selatan sudah terdampak mahalnya harga tiket pesawat dan bagasi berbayar oleh sejumlah maskapai penerbangan. Dinas Pariwisata Kalsel menyatakan, kunjungan wisatawan ke Banua telah menurun hingga 14 persen.
"Dampaknya luas sekali. Perhotelan, rumah makan, hingga usaha kecil pembuat oleh-oleh juga turut terkena imbasnya," kata Kepala Dinas Pariwisata Kalsel, Dahnial Kifli.
BACA JUGA: PHRI Keluhkan Tiket Pesawat Mahal dan Kartel Penerbangan ke Jokowi
Sebagai contoh terdekat, Dahnial menunjuk penurunan kunjungan ke Pasar Terapung, Menara Pandang di Siring Pierre Tendean, dan wisata susur sungai di Banjarmasin.
Lantas, apa yang bisa diperbuat Dispar? Tak lebih dari sekadar menampung keluhan pelaku industri wisata. Kemudian diteruskan ke pemerintah pusat. "Saat ini, Kementerian Pariwisata dan Kementerian Perhubungan terus berkomunikasi. Cuma itu yang bisa saya informasikan," imbuhnya.
BACA JUGA: Mantan KSAU Dorong Depanri Diaktifkan Kembali
BACA JUGA: Kenaikan Harga Tiket Pesawat Memang Sungguh Terlalu
Meski tak rinci, data yang dibeberkan Dahnial sebenarnya tak jauh berbeda dengan rilis BPS (Badan Pusat Statistik) Kalsel pada awal Februari tadi. Tingkat hunian hotel berbintang pada Desember 2018 menurun hingga 5,97 persen. Atau dari November sebesar 64,60 persen menjadi 58,63 persen.
BACA JUGA: Berita Terbaru soal Dampak Tiket Pesawat Mahal dan Bagasi Berbayar
Masih mengutip data BPS, pada waktu bersamaan, jumlah penumpang yang tiba di bandar udara Kalsel bahkan menurun sebanyak 151.360 orang. Atau turun sebesar 10,50 persen.
Namun, pemprov enggan menyalahkan pelaku industri penerbangan. "Lihat sisi baiknya. Mengingat seringnya kecelakaan penerbangan. Siapa tahu, harga tiket naik, jaminan keselamatan juga membaik," tambah Kabid Destinasi Wisata Dispar Kalsel, Ida Saptika Dewi.
Ida mengingatkan, data kunjungan wisatawan bukan satu-satunya acuan. "Data kedatangan wisatawan tinggi, jangan buru-buru girang. Siapa tahu, ternyata data kunjungan keluarnya juga tinggi," ujarnya.
Maksudnya, warga Kalsel yang lebih memilih menghabiskan uangnya di luar daerah. Enggan berlibur di sini. "Contoh, baru-baru ini ada rombongan study tour asal Kalsel terbang ke Yogyakarta. Satu pesawat sampai penuh dengan pelajar kita lho," sesalnya.
BACA JUGA: Dikabarkan Hanya Angkut 3 Penumpang Rute Padang-Soetta, Begini penjelasan Lion Air
Jika uang itu dihabiskan di sini, Ida yakin bakal sanggup menggeliatkan ekonomi lokal. "Perputaran uang warga Kalsel mestinya dinikmati oleh masyarakat Kalsel juga," tegasnya.
Ketimbang merisaukan harga tiket, Ida menyarankan untuk fokus membenahi infrastruktur wisata lokal. Dia mengambil contoh Kotabaru. Sebagai kabupaten yang dianugerahi garis-garis pantai mempesona. "Mau tak mau semua instansi harus duduk bersama," tukasnya.
Dinas Pendidikan diajak meneken MoU (nota kesepahaman). Menginstruksikan sekolah-sekolah untuk mengambil paket-paket wisata lokal sebagai pilihan study tour. Sementara Dinas Pekerjaan Umum dituntut membenahi infrastruktur objek wisata. Misalkan, jalan yang rusak harus diaspal mulus. (fud)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berharap Frekuensi Penerbangan Langsung ke Surabaya Ditambah
Redaktur & Reporter : Soetomo